Tuesday, February 17, 2009

Ketika Ayam Jadi Binatang Langka

(pindahan dari blogspot, yg kuposting 27 April 2008)

Cukup banyak teman yg keheranan dengan pilihan nama ID saya CHICKENDUCK. “Aneh bener sih Ta, kenapa harus ayam sama bebek?” komentar mereka. Well, menurut saya, Ayam dan Bebek adalah binatang yg paling lucu bentuknya dan paling enak rasanya (ga ngebosenin deh buat nemenin nasi putih hangat, nyamm). Kebetulan saya punya pengalaman memelihara ayam yg cukup lama, sejak saya kecil lah tepatnya. Dulu sempat punya 40 ekor ayam sewaktu tinggal di pasar minggu, menyusut jadi 7 sewaktu pindah ke depok, dan akhirnya tahun 2006 lalu satu-satunya ayam yg tersisa terpaksa dipindahkan ke kuali alias dibinasakan karena telah menganiaya pembantu saya. Bagaimanapun saya ga mau lah kalau Eni pembantu saya yg baik hati itu akhirnya resign gara-gara dianiaya ’Si Putih’, malu juga sama tetangga.

Si Putih, ayam terakhirku, memang ayam jago yg nyentrik, dia suka bermain kasta. Ga mau bergaul sama ayamnya Pak Arifin, tetangga belakang yg ayam kampung biasa, dan maunya cuma main sama ayamnya Pak Hengky, tetangga depan yg ayam bangkok aduan. Padahal si Putih juga ayam kampung, tapi dia merasa kastanya lebih tinggi, karena rajin mandi setiap minggu dengan shampoo rejoice rich serta kakinya disikat, hehe. Setelah mandi dan handukan, bulunya harus dikeringkan dengan hair dryer, karena kalau ga begitu nanti dia kucluk kedinginan di pojokan dan udahannya ngambek, kalau dipanggil ga mau nengok. Si Putih ga mau makan makanan ayam biasa, maunya biskuit, potongan keju, roti tawar, beras ketan atau nasi yg dimakan sama kita (alias ga mau nasi sisa, maunya yg hangat keluar dari magic jar). Most of the days kerjaanya duduk di depan tivi, kadang pindah ke teras kalau bapak-ibuku lagi ngobrol disana, or kadang duduk diam-diam di ruang tamu saat bapak lagi main catur sama tetangga. Persis anjing.

Ayam-ayamku memang cenderung lulut seperti anjing daripada ayam kampung yg liar. Mereka punya nama dan ngerti dipanggil sesuai namanya, yg ga dipanggil yah santai aja tidak ikut mendekat. Kadang mereka main di dalam rumah, mengekor saat kami berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain, duduk diam menunggui saya yg tertidur, atau duduk santai ikut nonton tivi. Walaupun otak mereka kecil (terlebih saat dikuali), tapi mereka ngerti banget kalau mereka disayang, kenangan saya sewaktu kecil kalau saya pulang sekolah dan berteriak memanggil ”naakkk..” maka mereka pun akan berhamburan lari mendatangi. Saat saya kos di cilandak dan pulang hanya akhir minggu saja, mereka akan langsung mengoceh mendengar suara mobil saya masuk ke garasi. Kokokokok.. Ada juga Si Jego, yg suka inisiatif naik ke atas genteng dan berkokok persis disamping jendela kamar saya kalau saya bangun kesiangan di hari sabtu atau minggu seakan membangunkan. Kukuruyukk.. sungguh mengharukan.

Kadang saya suka menimang sampai mereka merem melek, entah ngantuk atau kebauan. Yg kecil-kecil suka manja, terbang ke atas paha atau punggung saya. Hihi, paling abis itu Ibu yg marah-marah karena baju saya jadi kotor bikin susah yg nyuci. Kadang mereka saya tanyai, ”besok gede mau jadi apa? ayam bakar, ayam goreng atau opor ayam?” dan jawaban mereka selalu sama ”kokokok” mungkin artinya ”syumpee looo”. Suatu ketika, Sisca-Anna (teman di G4S) dan Endah (teman kos) menginap di rumah kami di depok, mereka terlongong-longong melihat saya memandikan salah satu ayam dan ayam lain duduk diam nonton tivi. ”ya ampun, baru kali ini gue liat sales manager multinational company mandiin ayam” keluh Sisca. Hehehe.

Kalau bebek, walaupun belum pernah memelihara atau berhasil memegangnya, saya sangat suka keluarga donal bebek dan daffy duck. Pantat dan paruhnya sexy. Dan keusilannya itu lhow yg bikin jatuh cinta. Bebek juga hidangan yg a must disantap dimanapun dia tersedia, gurihhh, sayang kandungan kolesterol dan lemaknya cukup tinggi, jadi ga boleh sering-sering.

Unfortunately, sekarang ayam dan bebek udah mulai jadi binatang langka. Sejak krisis flu burung, hampir semua peternakan unggas diratakan dgn tanah. Hiks. In a way, saya berpikir bahwa isue flu burung ini akal-akalan negara luar, tau donk siapa, coz hanya disanalah satu-satunya daerah yg ga pernah diberitakan ada kasus flu burung, even Eropa n Australia juga ada, apalagi di China. Sepertinya ini taktik mereka utk menghambat perekonomian di negara lain, jadi it's all about business. Apa susahnya mereka taruh virus itu di pakan ternak or even obat ternak yg mereka jual ke negara lain, ini eranya bacteria war khan. Then ketika krisis ini merebak, semua peternakan harus disterilisasi, ayam divaksinasi, lagi-lagi beli obatnya sama mereka, dan paling buruknya saat di negara kita unggas terutama ayam jadi langka karena dilarang dipelihara masyarakat, maka mereka akan berjaya selaku pengekspor sayap dan bagian tubuh ayam yg lain yg dianggap sampah disananya. Make sense khan. Kurang ajar aja kalau itu taktik mereka. Ggrrrhhh.

Dan ketika sosok ayam or bebek jadi langka, saya jadi berbinar-binar norak kalau bertemu mereka di jalan, inilah hasilnya, foto dua ekor ayam pelung milik tetangga kakak saya yg sedang bersantai di lapangan.

No comments:

Post a Comment