Sunday, June 24, 2007

[Journey] Belitung, Pesona Pantai Tiada Akhir

Bertutur tentang Belitung adalah mengisahkan alam indah yg Tuhan lukiskan secara sempurna, bumi yg melimpah isi perutnya, dibalut keragaman penduduk yg berbaur dalam damai, yang sayangnya dinodai oleh ketidakbijakan manajemen dari para pengelola.

Belitung memang tidak sepopuler Bali, tapi hamparan pasir putih nan lembut di setiap sudut pulau dan laut dangkal berair tenang yang mengelilinginya adalah dambaan para pencinta pantai. Surprisingly, hanya 40 menit penerbangan dari Jakarta!

Here is my journey story, two days exploring Belitung 1-3 June 2007, one of the most beautiful place in the archipelago..

A Dream Comes True

Jatuh cinta pada pandangan pertama, itulah tepatnya yg terjadi antara aku-Sisca dan Belitung. Sejak awal 2005 lalu kami sudah bermimpi-mimpi tentang Belitung saat  melihat websitenya. Akhirnya sebulan lalu kami membulatkan niat, walaupun sedikit deg-degan takut gelombang pasang masih asyik memeriahkan laut di Indonesia.

Jumat pagi, 1 Juni 2007, kami berdua berangkat dengan penerbangan Batavia Air direct ke Tanjung Pandan (niy bukan iklan yee, secara cuma  Batavia n Sriwijaya aja yg ada kesana). Tiba di Bandara sudah dijemput Ko Acid, kenalan sahabat kami yg bersedia menyewakan kendaraanya untuk digunakan berkeliling Belitung.

Tujuan pertama, cari hotel dunk, putar-putar ke beberapa tempat, akhirnya pilihan tertuju pada wisma Bunga Pantai di daerah Tanjung Pendam. Wismanya sederhana tapi bersih, terutama kamar mandinya, lengkap dengan AC & TV, harga terjangkau (buat backpacker manja macam kita niy). Usai cek in, langsung melaju ke daerah Belitung Timur kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Tanjung Pandan. Jalanan lintas kabupaten yg dilalui sangat lengang dan sepi dari rumah penduduk, kanan kirinya hanya pepohonan, kubangan besar bekas galian pasir atau padang rumput, huiii ga kebayang deh gimana gelapnya kalo malam hari..

Tiba di daerah Gantung, Putra (driver merangkap pemandu kami) mengajak mampir ke vice alias dam buatan Belanda yg masih kokoh hingga kini. Panas terik matahari Belitung membuat kami tak berlama-lama di dam yg siang itu diramaikan banyak orang bersantai sambil memancing. Tujuan selanjutnya adalah Bukit Samak, daerah ini adalah kawasan peristirahatan elit macam Puncak di Jawa Barat, no wonder, pemandangan dari atas bukitnya adalah lautan luas yg membiaskan warna biru dan hijau, waksss indah banget.

Puas menikmati pemandangan Bukit Samak, kami beranjak menuju kota Manggar, Putra mengajak kami singgah di warung kopi yg jadi ciri khas masyarakat Belitung Timur, wah kebetulan niy, secara mataku udah tinggal 5 watt, maklum deh semalam hanya sempat tidur 3 jam aja. Di sudut pasar berjejer beberapa kedai kopi dan hampir semua dipenuhi laki-laki, akhirnya kami memilih satu kedai yg tak terlalu ramai, dan tak lama kemudian kami larut menikmati kopi hitam khas Manggar yg kental tapi menyegarkan, sambil cekikikan mencuri dengar pembicaraan para lelaki, secara sebagian besar pengunjung mengangkat satu kakinya, sutralah kita ikutan, yiuk mari, angkat kaki.

Soft Sandy Beaches is Everywhere

Mata ngantuk sudah terobati, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Bukit Batu, pemandangan dari atas bukitnya tampak sangat menggoda, penuh penasaran kami berlarian menuruni anak tangga dan yuhuu pemandangan di bibir pantainya cantik nian, riak-riak kecil ombak terhempas ke bebatuan yg terserak di sepanjang pantai. Tak perduli panas terik matahari tepat jam 12 siang, kami berdua sibuk berfoto ria. Narcis time! action! Bela-belain punggung n kaki kebakar demi gaya nempel di batu besar, pasir pun sukses mengotori baju putih kami yg basah.. untung ada rinso ;-p. By the way busway, kawasan Bukit Batu ini sepertinya sudah direncanakan jadi kawasan wisata komersil, tapi karena sepi pengunjung akhirnya fasilitas toilet, gazebo, warung makan, tampak terbengkalai tak terurus.

Tak jauh dari Pantai Bukit Batu terdapat Klenteng Dewi Kwan Im, menurut Putra banyak yg datang ke klenteng ini berdoa untuk minta jodoh. Hmm seru tuh, tapi cacing di perut sudah ga mau diajak kompromi niy padahal tempat makan terdekat adalah di kota Kelapa Kampit, cepat-cepatlah mobil dipacu. Untung saja salah satu tempat wisata yang kami tuju yaitu Pantai Burung Mandi terletak sejalan dengan Kelapa Kampit, bageuss. Jadi kami masih bisa mampir untuk foto-foto.

Tiba di Pantai Burung Mandi, kami berloncatan kegirangan lagii.. Wahh ternyata pasir di Pantai Burung Mandi ini halus sekali, agak creamy… hmm ombaknya juga tenang banget, airnya masih bening, rerimbunan hijau berjajar mengelilingi garis pantai, langit biru dihiasi awan putih, memayungi beberapa perahu nelayan yg diparkir berjajar warna-warni.. huhu cantik bangett.. pasir lembutnya itu luoohhh.

(jadi teringat.. pasir-pasir di daerah Riau, Bangka, Belitung dan kepulauan kecil di sekitarnya sering sekali diperdagangkan ke Singapura, entah sudah berapa ton kubik yang tertimbun disana, sayang banget.. apalagi ternyata hasil perdagangan pasir itu belum pernah bisa dinikmati oleh rakyat banyak secara merata, duh jahatnya para pelaku..)

Sayang buaian ombak dan pasir lembut di Pantai Burung Mandi hanya dapat kami nikmati sejenak, secara matahari sudah semakin tinggi, kami belum juga mengisi perut, dan sebelum senja turun kami harus sudah kembali ke Belitung Barat. Putra tak berani mengambil resiko melewati jalan lintas kabupaten selewat senja.

Di kota Kalapa Kampit, kami singgah di rumah makan Sederhana yg menyediakan nasi dan lauk-pauk cukup lengkap, kepiting muda goreng tepung, cumi telur pedas, beragam ikan yang disajikan dengan sambal kecap yg rasanya pedessss dueh. Lho kok tiba-tiba turun hujan deras, huhu padahal tadi puanasss benerr, kami neduh sejenak sebelum kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Belitung Barat.. Oh ya, di Belitung ini sebagian besar penduduknya adalah penganut agama Islam, jadi mudah saja menemukan mesjid di pelosok pun, tapi jangan lupa gunakan baju yg sopan yaa.. (secara gue dipelototin ibu-ibu, kebiasaan yee kalo lagi liburan, masuk mesjid teteup pake celana pendeknya.. yiukk…)

PhiPhi-nya Sumatera

Perjalanan kembali ke Belitung Barat jauh lebih pendek dari saat berangkat, maklum deh Putra sengaja membuat rute berputar ke utara untuk menyingkat waktu. Aku dan Sisca sudah tak mampu lagi menahan kantuk, akhirnya kami sukses tertidur sepanjang jalan, dan baru terbangun saat mobil sudah memasuki kawasan Tanjung Tinggi. Masih sambil kucek-kucek mata, wow serasa mimpi! di depan kami terpampang pemandangan indah mirip PhiPhi Island Thailand yg ada di film The Beach-nya mas Leonardo itu lohh.. hii inilah Pantai Tanjung Tinggi, batu-batu granit raksasa menjulang kokoh di kanan-kiri bak disusun oleh pematung handal, lautan biru kehijauan tampak tenang tak berombak, pasir nan putih (lembut banget kek terigu), dan asyiknya tak banyak orang.. dan aaarghh kayaknya ga ada kata yg pas untuk melukiskan tempat indah ini, harus datang sendiri deh kesini..

Lagi dan lagi..setelah berganti kostum..aku dan Sisca berlarian sambil berteriak kegirangan.. Welcome to My Paradise !! wah bener lhow ga berombak sama sekali, tenang banget, macam kolam renang aja deh, Subhanallah, hei ada gerombolan ikan kecil berenang dengan santainya, kewrenn.. lari sana lari sini, manjat batu-batu, berfoto ala spiderman (sampe disorakin anak-anak kecil.. cuek cuek..).. tapi langit kok mendung yah, wah alamat sunsetnya ketutup awan niy.. no problemo, sekarang kami mau bersnorkel ria duluw, ganti kostum, tenteng snorkel gear n live jacket (niy bukan sok safety, tapi kita berdua memang ga ada yg bisa berenang di tempat dalam, hehe).. byurr..

Di bawah sana memang tak ada terumbu karang, hanya pasir dan algae saja, tapi ikannya buanyak.. sering sekali kami berpapasan dengan gerombolan ikan, warna putih, kuning strip oranye maupun zebra. Apalagi jika merapat mendekati batu-batu granit besar, banyak ikan yg bersembunyi diantara bebatuan itu. Laut yg begitu tenang ternyata ada efek negatifnya juga, mau tak mau kami harus benar-benar berenang karena tidak bisa mengandalkan ombak menghantar kami. Sudah kelelahan berenang, akhirnya kami berdua berbalik posisi, wajah kami menghadap ke atas langit, tidur terlentang menikmati pemandangan indah dan buaian lembut laut nan tenang, berpegangan tangan (huhu mesra banget yaks, kek lagi honemun aja kita berdua niy..persis sama lagu ‘Kemesraan’, suatu hari disaat kita duduk di tepi pantai bla bla bla).. wow ada pelangi, panjang dan penuh.. wow lagi, pelanginya ternyata dua set alias dua tumpuk, atas bawah.. awesome.. Subhanallah, dahsyat banget ciptaanNya.. tak rela rasanya meninggalkan tempat seindah ini, kami pun baru beranjak pulang ke hotel saat langit mulai gelap.. malam itu kami terlelap cepat, berharap mimpi indah seindah Pantai Tanjung Tinggi..

Petualangan Bahari

Hari kedua, bangun pagi ga pake mandi, cuci muka, sarapan di kamar hotel n cabuts, today kami udah nyewa boat untuk keliling ke pulau-pulau kecil, cihuy seharian di laut. Ga lupa kami mampir cari nasi bungkus dan cemilan untuk makan siang. Cemilan yg paling mudah ditemui, khas Belitung adalah kue apam (persis sama kue apem, dibuat dari tepung beras dan gula nira, ditaburi kelapa parut, rasanya manis legit), cocok untuk ganjel perut yg lapar. Lucunya ibu penjual apam sempat menanyai kami, mengira kami adalah penyanyi yg datang untuk show long weekend di Belitung, duh susah emang kalo aura artis, padahal pagi itu kami masih pakai daster semalem lhow ;-). Lanjut cari penjual nasi bungkus, wah ternyata sulit mencari penjual nasi di pagi hari di Belitung ini, biasanya mereka baru buka lapak jam 11-12 gitu deh. Untung akhirnya kami menemukan satu warung yg sudah buka, perjalanan pun dilanjutkan ke Pantai Tanjung Kelayang.

Tiba di Tanjung Kelayang, ko Acin pemilik perahu sudah menanti kami, tapi waktu masih terlampau pagi, baru jam 7.30, kami memilih bersantai dulu menikmati pemandangan pantai dan berfoto ria, wah ada bintang laut terdampar.. gede banget, dan ga cuma satu.. Tepat jam 8 kami berdua ditemani ko Acin dan Putra memulai petualangan bahari ini, ombak tenang dan langit cerah, perfecto. Sekejap saja sudah terlihat gugusan kepulauan dan onggokan batu-batu besar. Kewrenn, awesome. Ada pulau Babi, pulau Burung, pulau Lengkuas dan masih banyak lagi.

Spot snorkeling pertama yg kami tuju adalah disekitar Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas tampak lebih luas dibandingkan pulau lainnya, di pulau ini dibangun menara suar dan kantor pengawas, konon pulau Lengkuas adalah salah satu tempat favorit bertelurnya penyu hijau, sayangnya menurut penduduk setempat pencurian telur penyu sangat sering terjadi, duhh sedihnya. Karena di disini arusnya agak kuat, kami memilih renang melawan arus, baru kembali ke arah kapal mengikuti arus. Terumbu karang masih terawat, walaupun tidak terlalu beragam jenisnya karena didominasi oleh karang-karang besar berwarna coklat keunguan. Ikannya jangan ditanya deh, buanyakkkk buanget, ada yg biru, kuning, orange, putih bintik kehijauan, hitam kerlip hijau (duh sayang banget ga tau namanya, soalnya ga sempet kenalan ;p). Sudah mulai kelelahan kami kembali ke kapal. Melanjutkan perjalanan ke Pulau Burung.

Terdampar di Pulau Kirrin

Kapal harus memutar untuk menuju Pulau Burung, sepanjang jalan kami sering menemui serombongan ikan terbang yg berwarna hijau, keren dueh. Langit agak mendung saat kami turun ke laut, teteup nekat. Aku dan Sisca memutuskan untuk snorkeling sambil renang menuju daratan pulau Burung.  Di sini karangnya tajam dan tinggi-tinggi, jika tidak berhati-hati kami bisa tersangkut. Ikannya cenderung lebih sedikit ragamnya dibandingkan Pulau Lengkuas. Tak lama, hujan deras mengguyur kami, untuk saja tinggal sedikit lagi kami tiba di darat, tiba-tiba arus terasa sangat kuat karena angin, wah ini badai. Ko Acin berteriak dari perahu agar kami mencari tempat berteduh di pulau, kebetulan ada pondok yang ternyata tidak berpenghuni, kami hanya bisa berlindung di lekuk-lekuk pondok untuk menghindari terpaan angin dan air hujan. Huhu jadi inget komik lima sekawan dulu, terdampar di pulau Kirrin.. dingin banget, hanya berdua, tapi sesuai kesepakatan dalam tiap perjalanan ga boleh ada yang bete or panik, harus tetap fun. Hujan mulai reda, angin tak lagi bertiup kencang, dalam dingin dan lapar bukannya mikir gimana cara balik ke kapal, kami berdua malah sibuk foto-foto (hehe untung bawa aqua pac-nya).

Kembali ke kapal, kami langsung meraup nasi bungkus yg dibawa, duh nikmat banget makan di tengah lautan, apalagi dalam keadaan super lapar. Awan gelap mulai bergeser dan matahari bersinar cerah lagi, yuk mari berlayar lagi. Sauh diangkat dan kami pun bergerak menuju Pulau Babi. Dari kejauhan sudah terlihat kerumunan burung camar di satu sudutnya, wah berarti disitu banyak ikan. Tak ragu, kami pun segera menyiapkan diri dan loncat lagi. Hmm ternyata camar ga pernah bohong, benar saja, di bawah sana tersimpan ribuan ikan warna-warni yg mengagumkan, huaa kami berteriak-teriak setiap kali berpapasan dengan rombongan ikan.

Sayang waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, kami pun harus naik dan kembali ke Tanjung Kelayang. Laut yg jernih menyegarkan pandangan kami yg sudah kelelahan, di bawah sana tampak puluhan bintang laut besar bertebaran, terselip juga beberapa ular karang, duh untung tadi ga ketemu ya.

Tiba di Tanjung Kelayang, waktunya berpisah dengan Ko Acin, nah kita ternyata dapat bonus kelapa hijau masing-masing satu, segerr buanget. Tanpa berganti baju, kami menuju Hotel Bukit Berahu, disana konon pemandangan dari kolam renangnya sangat indah, yiuk sekalian membersihkan pasir di badan. Masuk Bukit Berahu, kami pun tercengang lagi, duh Belitung ini setiap sudutnya menyimpan pesona yg berbeda, gak habis-habis kami dibuat terpana. Mirip pemandangan di Hotel Bali Cliff sana, sepanjang mata akan terpuaskan laut yg membentang dengan gradasi warna yg menawan, biru, hijau, coklat. Usai berenang dan membersihkan diri (kalo ditotal hari itu kami berjemur 8 jam penuh, nyemplung 4x, no wonder kulit berubah jadi hitam), kami menikmati calamari, mie kuah dan teh hangat di restonya. Huu nendang banget.

Kembali ke hotel kami benar-benar kelelahan, tapi sore ini langit cerah, sayang kalo ga liat sunset, kami pun celingukan cari sunset di belakang hotel. Oho ternyata Pantai Tanjung Pendam tempat kami menginap ini ditumbuhi mangrove yg cukup rapat, kesannya jadi semakin dramatis. Malam itu bulan purnama tampak sangat menawan, too bad kami harus tidur cepat, karena besok kami akan pulang ke Jakarta dengan penerbangan jam 8.

Dua hari terasa sangat singkat untuk menikmati Belitung, kami tak menduga bahwa pesona alamnya begitu indah dan tak menjemukan. Siapa sangka! Hanya 40 menit dari Jakarta! We’ll be back someday. Yiuks teman, kunjungi Belitung dan jelajahi tempat indah lain di Nusantara tercinta.

June 1-3, 2007

^-^ puspita widowati

Special Thanks to :

-       Tuhan Yang Maha Esa

-       my beloving Sisca, always a nice journeymate

-       Venny for the guidance

-       Ko Acid, Ko Acin & Putra for the arrangement

-       Majalah Tamasya utk referensi tempatnya, TOP bgt..