Sunday, December 11, 2005

Don't Judge The Book From Its Cover


Sampai saat ini rasanya masih sulit untuk sebagian besar masyarakat kita menilai seseorang bukan dari packagingnya saja. Mereka yang berkata bahwa inner beauty yang terpenting hanyalah mengaburkan realita, begitu pengamatan Samuel Mulia kolumnis gaya hidup di harian Kompas. Pencitraan seseorang tetaplah berdasar cara dia mengemas dirinya, baju dan accessories yg dikenakan, tatanan rambut, dandanan, bahkan parfum yg digunakannya (oops ini gue kali yee yg suka ngendus-ngendus nandain parfumnya orang hehehe). Kemudian tanpa sadar kita pun mulai mempersempit jendela pandang kita tentang orang tersebut, .. hmm dia anak gaul tuh lihat donk rambutnya, atau .. dia pasti orangnya kalem karena dia suka pake warna salem ;-p.

Padahal apakah packaging bisa sedemikian rupa merefleksikan jiwa – karakter – prinsip hidup – bahkan keimanan seseorang ? let’s think bout it.

Sekedar bahan pembelajaran, tanpa bermaksud mengunggulkan yg satu dan menyudutkan yg lain, mari kita lihat selebriti kita yg sedang laris-larisnya dipublikasikan di infotainment. Hampir disaat yg bersamaan diberitakan Agnes Monica, si cantik dgn dandanan super nyentrik, meluncurkan album barunya dan bersiap go international lewat berduet dgn Keith Martin. Sementara teman sebayanya si manis lembut Enno Lerian, diberitakan siap bercerai dgn pria yg dinikahinya 2 tahun lalu. Dua public figure ini bak langit dan bumi, yg satu selalu tampil dgn dandanan yg serba nyeleneh tetapi ternyata prestasi di bidang acting dan tarik suaranya patut dibanggakan, selain juga kenyataan bahwa ia adalah anak mami yg sangat dekat dgn keluarga, rajin ibadah di gereja, juga murid yg pandai di sekolahnya. Sementara yg satunya walaupun tidak pernah ada keanehan dalam dandanannya tapi sempat diberitakan terpaksa menikah dini karena telah berbadan dua, dan kini akhirnya bercerai dgn alasan belum cukup dewasa.

Hidup memang tentang pilihan, mau jadi Agnes atau mau jadi Enno misalnya, itu pilihan kita. Tapi bisakah kita menutup telinga dari komentar orang-orang di sekitar kita? Lalu kita sendiri, apakah kita sudah cukup fair menilai seseorang dari inner dan outernya? Mungkinkah kita merugikan seseorang dengan penilaian kita? Pernahkah kita merasa dirugikan dgn penilaian orang?

Sedikit sharing, beberapa kali saya merasa dirugikan dgn penilaian orang sebatas packaging, kebetulan saya menganut prinsip base on mood untuk outer look, tanpa pusing dgn brain, soul dan behaviour yg saya miliki. Jadi ketika saya masih rajin clubbing sekitar tujuh tahun lalu, saya sempat ditegur oleh seorang kenalan, tidak berhenti sampai disitu ceramah pun mengalir tentang gambaran perempuan yg baik dan benar versi kenalan itu, untungnya kekasih saya yg baik hati tetap tersenyum dgn penuh pengertian, karena dia tahu saya yg gedumbrangan ini kali lain akan berdakwah ttg filsafat, dan berganti nama jadi cengengiwati :p. Kedua kalinya, saat saya mengenakan wardrobe yg anggun dan charming pada satu acara kantor, tiba-tiba salah satu komisaris yg baru sekali itu saya temui menghampiri dan menanyakan, siapa yg terima kamu kerja di perusahaan ini? Kalau si A, pasti karena penampilan kamu, tapi kalau si B saya percaya kamu pintar. Sejak saat itu, setiap kali saya membuat artikel ttg marketing & customer service yg akan tertulis di bawahnya, alumnus FE UI, songong sih tapi daripada garing dibilang manado alias menang nampang doang.

Ppft beruntungnya saya cukup cerewet dan punya keberanian untuk terbuka berekspresi, dengan berbagi cara pandang lewat tulisan ataupun debat dengan orang lain. Sehingga sedikit banyak saya bisa meluruskan pandangan orang-orang tentang diri saya, walaupun ada beberapa orang yg masih saya biarkan menganggap diri saya misterius dan mengerikan ;-) biar deh, gak penting getuw. Tapi bagaimana dgn orang lain yg tak bisa mengklarifikasi suara-suara yg salah tentang pencitraannya? Haruskah mereka pasrah menerima komentar yg tidak enak akibat packaging dan pencitraan yg tidak sesuai kemauan khalayak.

Jadi saya masih tetap menyetujui kata bijak ’Dont Judge the Book from Its Cover’, karena seharusnya kita lihat keseluruhan buku nya dulu, dibaca bab per bab dan dilihat adakah makna yg tersirat, berhati hati dalam membuat kesimpulan tentang pribadi seseorang. Untuk diri sendiri, mungkin tak ada salahnya kita jadi buku yg enak dilihat, enak dibaca, bagus dan mendidik isinya, mudah dibawa, harga premium tapi bisa membuat pembeli merasa priceless ketika merasakan manfaat saat membacanya.

Keep the good faith pals.


^-^ Puspita - 10 Dec 2005

Friday, December 2, 2005

Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan

Adakah cinta yg tulus kepadaku .. Adakah cinta yg tak pernah berakhir.. selalu untuk selamanya..


Masih ingat lagu “selalu untuk selamanya” yg dilantunkan Fathur? Melow banget ya.. Tapi temans pernah ga ngalamin yg namanya cinta yg bertepuk sebelah tangan? Yaitu saat orang yg kita suka atau cinta ternyata ga membalas perhatian kita sedikitpun. Ditelpon tidak diangkat, di-sms tidak dibalas, bahkan dia sengaja mempermainkan kita. Sedih kannn, cuk cuk cuk menusuk ke hati kecewanya.


Itu yg terjadi dalam hubungan cinta antar sesama manusia. Lalu gimana dengan hubungan horizontal, kita dan Sang Pencipta? Pernah ga terlintas di pikiran temans betapa cinta Allah sama setiap kita ga ada habisnya. Begitu banyak yg Ia beri sebagai wujud cintaNya buat kita, detak jantung, hela nafas, hingga kita bisa hidup sampai hari ini. No matter how much we can give to Allah in return. Untunglah Ia Sang Maha Sempurna jadi tidak mudah ngambek seperti kekasih kita. Ga kebayang apa jadinya kalo Allah ngambek tiap kali kita absent dari shalat 5 waktu, lalu Allah memutuskan untuk mengskorsing jalannya darah ditubuh kita, persis kayak adegan sinetron pas sepasang ABG ngambek-ngambekan gitu. Hiiii ngeri kaleee..


Begitu banyak kita diberi toleransi untuk berbuat salah, bahkan saat kita sengaja atau tidak sengaja melupakannya. Tapi Allah tak pernah meninggalkan kita sekalipun, tetap setia memberi kesempatan untuk kita menjadi lebih baik, tetap rajin mengingatkan agar kita tak melupakanNya, tanpa pernah berhitung atas pemberiannya, tak pernah menagih janji walaupun kita sendiri yg sudah membuatnya. Terus memberi dan memberi. Lalu apa yg kita lakukan?


Shalat, Puasa, ibadah yg kita jalankan banyak kali bermuara pada niat mengejar pahala, mengejar janji Allah akan kebaikan dunia akhirat, takut siksa neraka, takut azab kubur, sekadar menjalankan kewajiban sebagai umat Muslim dan ada lagi yg lebih parah, karena takut diomongin orang. Mungkinkah suatu hari nanti kita bisa menjadi kekasih Allah yg baik? Yg bersimpuh sujud karena mencintaNya, yg bersuka cita menyambut Ramadhan karena merindukanNya, bak seorang ABG gelisah didepan telpon menunggu dering panggilan dari kekasihnya, dan bukan sekadar ritual belaka (walaupun itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali). Karena kalau tidak begitu cinta Allah pada kita akan terus bertepuk sebelah tangan.


Semoga kita diberi waktu … 




–- Puspita Widowati - Ramadhan 2005--


Malaikat Hati




kawan, kita pernah berada di garis sejajar..


walau akhirnya kita berjalan ke arah yg berbeda


memang cinta tak pernah sejalan dengan dunia


karena dunia selalu menganggap pencinta itu gila


seperti alkisah sedih nestapa Majnun dan Layla


bagi dunia tak ada cinta tanpa tahta dan harta



memang tak pernah masuk akal alam pencinta bagi dunia


dunia bilang pencinta itu sia-sia


kan masih bisa kita bahagia dengan anggur dan tarian


sedang cinta cuma bikin derita



dentingan dawai hati mungkin tak terdengar indah bagi tiap telinga


seperti kala tak semua orang arab menyukai rasul kita


apalagi cinta tak pernah memaksa


untuk menerobos masuk pada pintu yang tak terbuka



pernah kupinta pada Tuhan hadirkan malaikat untuk menjagaku


Tuhan hadirkan ia sesaat dalam hidupku


bukan untuk menjagaku tapi untuk mengajarku


arti cinta yg tak cuma semu


dan ketika kisah kami berakhir diujung waktu


ia sisakan satu pesan yang terngiang saat jelang rindu



hidup ini terlalu singkat untuk menjadi sempurna dimata semua manusia


tapi selalu ada waktu untuk menjadi malaikat di hati orang yg kita cinta



(Puspita - 19 Nov 2005)







===============


Betapa sepinya hari terlewati tanpa kekasih


Kekasih adalah anugerah Tuhan yg dihidupkan untuk menceriakan harimu


(Syeikh Nizami - Syair Layla Majnun)


===============




Friday, October 7, 2005

Aku Merindu


Di suatu Kamis petang...


Ketika kudengar asmaMu dikumandangkan ya Rabb..


Entah kenapa aku terduduk begitu lemas..


Malam ini Ramadhan pertama..


Dan kusadari betapa aku merindunya..




Kapan lagi aku bisa mencuci diri ..


Tersirami hati dengan ceramah kyai setiap hari..


Ketika semua iblis nan jahat sedang dikebiri..


Dan aku hanya berjuang melawan nafsuku sendiri..




Begitu banyak petuah yang kudengar malam ini..


Aku terpekur diri menyesali..


Kalau esok tak lagi tiba..


Dan ku tak punya waktu lagi untuk melakukannya...




Kenapa selama ini aku harus menunggu...


Hingga orang lain melakukannya untukku...


Bagaimana jika mereka tak bisa, tak mau dan tak punya itu..


Dalam kesedihan aku akan mati lesu..




Kenapa tidak aku saja yang melakukannya untuk mereka..


Membagi kasih dan sayangku pada mereka...


Membagi harta ku pada mereka..


Membagi ilmu ku pada mereka...


Membagi semangat ku pada mereka...


Membagi senyum dan maaf ku pada mereka...




Ramadhanku...sungguh aku merindu...


Akan hadirmu untuk waktu refleksiku...


Hingga aku bisa dekat lagi dengan Rabb-ku...


Yang kurindukan sosok agungNya nan kekal selalu...




Allahu Akbar...





(Puspita - 15 Oct 04)

Thursday, October 6, 2005

[Journey] Monggo Mas Kelilingan Malioboro

Untuk seorang pecandu jalan-jalan seperti saya, rasanya tidak lengkap kalau pergi kesuatu kota tanpa melihat pemandangan indah, belanja pernak-pernik plus jajan makanan khas daerah setempat. Itu juga yg saya lakukan ditengah kesibukan acara ‘nyadran’ alias ziarah ke makam para leluhur di Yogya akhir minggu lalu. Apalagi kalo bukan ngulik kawasan seputar Malioboro yang terkenal itu. Dan seperti biasa, saya berbagi laporan pandangan mata yg bisa jadi referensi teman-teman jika terdampar disana.
Penginapan
Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali penginapan dari yg kelas melati hingga diamond. Kalau kita menyusuri dari sisi utara (selepas stasiun Tugu) hingga ke selatan (arah ke Psr Bringharjo) di jalan utama kita bisa menjumpai beberapa hotel bintang 3, Inna Garuda, Ibis dan Mutiara Baru. Sedikit menikung ke kiri ada Melia Purosani yg gagah berdiri di tengah lingkungan pertokoan grosir. Untuk kelas melati banyak terdapat di jl. Sosrowijayan dan jl. Dagen yg terdapat di sisi kanan Malioboro dengan rate yg cukup variatif, dari 50.000 hingga 150.000 tergantung fasilitas kamarnya, ada lho 80ribu udah dapet kamar ber-ac. Untuk bintang 3 berkisar 240.000 hingga 300.000. Di daerah Pasar Kembang (dekat Stasiun Tugu) juga terdapat banyak hotel melati, tapi hati-hati ya karena kawasan ini terkenal sebagai daerah tujuan pehobi prostitusi dan peseli bobo siang, salah-salah bisa kena grebek lho.
Hotel Mutiara Baru memiliki letak yg strategis persis ditengah sentra perbelanjaan dan disamping kantor Gubernur DIY, ratenya cukup kompetitif 265.000 incl breakfast. Mirip-mirip Sahid Group lah modelnya, makanannya enak (better than Inna Garuda), ada free transfer ke airport & stasiun plus yg terpenting, ada hairdryer!
Belanja Kerajinan
Yogya terkenal dengan barang-barang kerajinan yang beragam dan penuh kreatifitas seni. Murahnya upah tenaga kerja membuat Yogya menjadi sentra industri kerajinan seni, bahkan produk kerajinan yang sering kita beli dari Bali konon beberapa justru diproduksi di Yogya. Di kawasan Malioborolah berbagai model kerajinan itu dijajakan, dari mulai di kaki lima, pasar bringharjo, hingga Mall yg nyaman. Jangan panik dulu lihat pernak-pernik yg dijajakan, survey harga dulu yuuk ke toko Mirota Batik yg terdapat di ujung selatan Malioboro, jalan kaki ga jauh kok, tapi kalo mau naik becak dari sisi utara Malioboro cuma 3000an juga sih. Di toko 2 lantai ini terdapat berbagai bentuk kerajinan, batik, accessories, souvenir, perlengkapan interior, perak, keris, barang antik (telpon & mesin jahit jaman dulu), aromaterapi hingga jamu-jamu khas Jawa. Harga di Mirota umumnya cukup fair alias tidak terlalu mahal, beda 1.000-4.000 lah dari kaki lima. Surely kalo mau beli segambreng alias banyak kudu consider juga untuk cari barang sejenis di kaki lima or pasar bringharjo, at least kita tahu dulu harga pasarannya khususnya untuk standar mutu yg sama.
Khusus batik berkualitas selain di Mirota ada juga di toko Terang Bulan yg terletak di sisi jalan dekat mall. Kain batik tulis (250rb-1jt) dan batik cap (60rb-200rb), sarung (mulai 30rb), kemeja (mulai 40rb), baju muslim (mulai 125rb), sprei, taplak meja dan produk busana lainnya dari berbagai kualitas dijajakan disini. Toko Terang Bulan ini sudah ada sejak tahun 1940an dan terus menjaga kualitas dagangannya hingga saat ini.
Nyatronin kaki lima juga seru apalagi kalo pinter nawar. Sayang kalo beberapa tahun lalu saya bisa dapet harga sangat miring di kaki lima dgn berbekal bahasa jawa kromo inggil seadanya sekarang tidak lagi, soalnya sebagian besar kaki lima di malioboro saat ini adalah pendatang L. Untuk batik kualitas kaki lima bisa didapat lebih murah di Pasar Bringharjo, sayangnya pasar ini sering tutup di hari-hari tertentu (biasa deh aturan primbon).
Ngiras Jajanan
Ehm jajan! Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali jajanan lesehan yg nampaknya menggiurkan, tapi ternyata tak ada satupun yang dianggap layak untuk direkomendasikan, bahkan oleh orang Yogya sendiri. Kalaupun kepepet pengen banget nyobain lesehan pilih deh di sekitar kantor Gubernur, cukup banyak orang makan disana, harga makanan pun sudah tertera (walau tetap perlu diconfirm).
Jajanan pagi hari banyak terdapat di pasar Pathuk yg dikenal dgn bakpianya, bisa ditempuh dgn becak 3000 saja. Minta tukang becak bawa ke pasar tradisionalnya, jangan mau kalau ditawarin ke penjual bakpia yg aneh-aneh. Bakpia Yogya yg terkenal adalah bakpia Pathuk 75 dan 55. Karena sudah direferensikan dari Alm kakek saya sejak dulu, favorit kami adalah bakpia Pathuk 55 yg terletak di tusuk sate depan pasar. Bakpia Pathuk 55 punya keistimewaan di isinya kacang hijau kumbu hitam yg tidak terdapat di penjual bakpia lainnya. Kulitnya lebih tipis, renyah dan isinya melted di lidah saking lembutnya, gak bikin seret leher. Memang lebih mahal dari penjual lain yaitu sekitar 600 per buahnya tapi sesuai dgn rasanya. Selain bakpia mereka punya produk andalan lain yaitu kue bulan atau thong so pia (9000an yg ukuran besar) dengan berbagai isi.
Di samping bakpia 55 terdapat kios Serabi Notokusuman yang gurih manis legit, di seberangnya ada toko Andhini sakti (penjual abon sapi yg asli – daging semua ga pake campuran, juga kripik paru yg gurih banget), serta berbagai kue-kue jajanan pasar yg enak yg dijajakan di dalam pasar (putu mayang khas Yogya ga pake santen tapi kuenya sendiri udah gurih hmm), jangan khawatir pasarnya bersih kok ga kotor or becek. Di tikungan depan bakpia 55 saya sempat mencoba gudeg yg dijual seorang Ibu tua yang laris banget walaupun cuma dagang di emperan toko, cukup enak, 4000 rupiah udah pake ayam suwir, krecek, plus tahu.
Untuk gudeg sendiri, sentra penjualnya terdapat di jalan Wijilan dekat alun-alun utara Kraton Yogya (bisa ditempuh naik becak 5000 dari Malioboro). Yg terkenal adalah gudeg Yu Djum yg terletak paling selatan dari jajaran penjual gudeg itu. Gudegnya kering jadi tidak mudah basi walaupun dibawa perjalanan hingga 2 hari cocok untuk oleh-oleh. Kemasan kendil bisa dibeli seharga 50ribu, komplit isinya, sedangkan kemasan besek berharga 25ribu, kemasan sekedar nyicip bisa juga didapat seharga 5000. Bisa juga makan ditempat. Kalau tidak suka manis, lebih baik minta diperbanyak sambel kreceknya, pedesnya seru deh.
Ada satu rumah makan cina yg terkenal sekali di sisi kanan Malioboro, masuk di Jl. Pajeksan sekitar 200m. Namanya Restoran Mahkota, dulunya bernama Tiong San. Saking enaknya kemarin ada satu rombongan bis wisatawan dari Taiwan yang mampir disana. Saya mencoba pangsit kuahnya yg sangat terkenal sejak jaman Ibu saya kecil dulu, ternyata benar enak banget, cukup mahal sih 17500 untuk semangkuk bakso pangsit tapi no regret lah. Saya juga sempat bertanya sama Ncinya, khawatir kalo mengandung babi, tapi dia bilang kalau bukan menu babi ya tidak ada babinya, minyak babi juga tidak digunakan karena membuat makanan berkuah menjadi kotor karena minyak babi biasanya mengental. Konon rahasianya adalah minyak seafood dan minyak belut yang lebih bening dan tidak membuat eneg. Nah loh aneh lagi tuh.
Di malam hari belum afdol kalau belum makan jajanan khas Yogya yaitu bakmi Yogya yg dimasak pakai arang, serta minum wedang ronde. Wedang ronde banyak terdapat di sepanjang jalan Malioboro, rasanya tidak terlalu berbeda satu sama lain. Untuk bakmi Yogya yg enak dapat ditemui di Jl. Dagen, pedagangnya mangkal di depan SMP Stella Duce 1, laris banget, enak, murah cuma 5000 udah pakai ayam (ada juga nasi gorengnya), saking larisnya kudu sabar yah, soalnya ngantri. Entah deh sesuatu yg dimasak pakai areng itu memang membuat aroma dan rasa yg khas dan istimewa. You must try.
Arena Foto-Foto
Sepanjang jalan Malioboro berjajar gedung-gedung tua nan indah dimana kita bisa berfoto ria dengan mengambil angel kemegahan arsitektur gedung paduan Belanda dan Jawa. Dari paling utara ada stasiun Tugu yg romantis (inget lagu Sepasang Mata Bola kann?), bunderan Malioboro yg penuh lampu cantik, hotel Inna Garuda, terus ke arah selatan ada kantor Gubernur DIY, Benteng Vredenburg, Kantor Pos, Bank Indonesia, hingga Museum Sonobudoyo dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang anggun berwibawa.
Gak cukup sehari untuk bisa nikmatin Malioboro seluruhnya, apalagi keliling Yogya hingga Parangtritis, Prambanan, Borobudur, Merapi. Jadi siapkan waktu lebih panjang untuk menikmati Yogya dan banyak berbagilah untuk menghidupi salah satu daerah dengan pendapatan perkapita terendah di negeri ini, yaitu dengan cara memborong kerajinan dan mencoba segala jajanan. Yuuuukkkk…
^-Puspita Widowati * October 2005-^

You Complete Me

Kalimat yg simple namun begitu bermakna, ga heran kalo temen gue Sisca selalu terkaing-kaing tiap nonton Jerry Mcquire pas adegan Tom Cruise ngucapin kata itu ke Rene. How romantic! Intinya sih sama, manusia ga ada yg sempurna dan kita selalu butuh orang lain untuk menyempurnakannya. Hidup kita lebih berwarna karena kehadiran orang lain juga mahluk-mahluk lain yang Allah ciptakan.
Dulu gue selalu beranggapan bahwa gue cuma bisa get along sama orang yg punya minat dan kepribadian yg sama (bukan masalah SARA lho, tapi lebih tentang pandangan hidupnya); temen, rekan kerja, pacar, kecuali sama keluarga yah yg otomatis harus dijalanin. Persahabatan gue sama Eka n Eni bisa solid selama 14 tahun karena more or less kita sama, jahil-tukang ketawa-suka jalan-gila joget-nonton bola-gila parfum-ga pernah mikir terlalu ruwet-setia-hardworker- n selalu berusaha jadi pribadi yang mandiri dan all-out.

Di kost-an gue cenderung lebih cocok sama Sisca daripada sama Anna, karena Sisca gampang diajak jalan dan pola pikirnya sama kayak gue, lebih suka baca daripada nonton sinetron. Sementara Anna betah banget nangkring di depan tv dan ikut repot berkomentar atas jalannya cerita - berisik! gue juga sering banget debat sama dia karena dia suka ngotot n gue suka aja ngegodain, makin dia ngotot makin hot lah gue. Hingga suatu malam gue cuma berdua Sisca di kos, Anna pulang ke Bogor, kita berdua leyeh-leyeh di kamar, puter cd dan tenggelam dengan buku bacaan masing-masing. Tiba-tiba saat yang bersamaan kita saling melihat dan tertawa, olala rumah ini jadi terasa sepi tanpa Anna, biasanya ada suara tv yg dia setel keras-keras, dan kami pun sibuk teriak-teriak komplain sama dia. Barulah gue sadar, kehadiran mahluk yg 'berbeda' ternyata kita butuhkan dalam hidup ini.

Minggu lalu, gue jalan keliling kota di Jawa Tengah, sama Chandra-Ari-Ratna dan Ajenk, yang notabene belum lama gue kenal dan gue belum tahu banyak tentang mereka (biasanya gue ga pernah mau niy, takut ga asik). Selama menikah dengan mereka selama 5 hari itulah, gue melihat sosok yg berbeda-beda tapi justru saling melengkapi satu sama lain. Awalnya, baru beberapa km jalan (baru mau ngejemput Ari niy), Chandra udah complain karena gue-Ratna-Ajenk bercanda terus tiada henti, kata Chandra "buset, bawa 3 orang kayak bawa orang 1 bis!", sampe-sampe dia 2x salah jalan saat denger kita becanda soal 'rambut'. Lama-lama dia terbiasa dengan kebawelan kita, bahkan thankful karena kita cerewet banget ngingetin dia yg pelupa, dan dia pasrah menikmati jadi korban keusilan kita, apalagi pas dia salah mesen es beras kencur (disangka rasanya kayak jus alpukat getu) ludaslah dia kita kata-katain.

Ari, teman baru kami (yg baru sekali ini jalan bareng, konon dia niy pendiam), langsung shock..dimulai dari keributan kami saat nyamper dia "Ari.. Ari... Main bola lagi yuuukk..." hingga keluarlah tetangga depannya Ari dengan muka heran. Belum lagi liat trio kwek-kwek alias power puff girls niy beraksi foto-foto dengan cueknya di keramaian, sementara doi malu-malu kalo difoto.. Untunglah Ari cepat beradaptasi, di hari ke-3 saat di Baturaden dia sudah pintar bergaya difoto, bahkan sengaja menyingkap celana pendeknya... hmmm....

Kunci manisnya kebersamaan kami adalah keterbukaan.. diskusi begitu seru, karena semuanya tak ragu membagi cara pandang mereka terhadap hidup, menceritakan pengalaman pahit maupun lucu yang pernah mereka alami... tentang apapun.. hingga Ajenk yang menurut gue paling tertutup dan misterius pun, akhirnya bisa membuat gue terpaku selama 3 jam saat dia curhat tentang kisah cintanya.. gue surprise akan sosoknya yg sangat bijaksana, setia dan tegar...
Gue juga terpana melihat Ratna yg polos dan manja (cuma buset semua cemilan dia hajar, makan melulu kerjanya)... mmm gue jadi belajar manja deh tuh sama Nana.. Chandra dan Ari juga ngajarin kita untuk tidak takut berterus terang kalo kita suka sama seseorang (mm gue udah coba praktekin lho Kang, udah sms getuu hehe)...sementara kedua cowok itu jadi tahu betapa pentingnya membalas sms dari orang yg 'dekat di hati'... kita juga diajarin Ari untuk rajin membagi rejeki dengan para pedagang (tanpa takut bankrut khan rejeki udah diatur Tuhan)..

Pemandangan indah sepanjang perjalanan ke Cirebon - Cilacap - Nusa Kambangan - Baturaden - Ambarawa dan Yogya jadi semakin indah karena keragaman sifat kita yg saling melengkapi. Hmm mungkin itu juga yg dimaksud dengan Bhineka Tunggal Ika, Unity in Diversity ... kita selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup.. tidak harus selalu sama hitam dan rambut tidak harus sama lurus.. perbedaan kadang justru sangat diperlukan... kalo kata Aa Gym, memiliki batu bata saja tidak cukup untuk membangun mesjid, butuh semen, butuh kayu, butuh besi... semua saling melengkapi.. tinggal gimana caranya kita menyikapi perbedaan itu... gelas bisa setengah penuh atau setengah kosong tergantung cara kita memandangnya...

Aku bersyukur memiliki orang-orang hebat disekelilingku, di rumah, di kantor, di bangku sekolah hingga di kehidupan bermasyarakat... aku membutuhkan dan merindukan kehadiran mereka, walau semua begitu unik... tapi ternyata yang unik itu yang mewarnai hidupku....so I can say to all my beloved friends.. I love You coz You complete Me... thank you for being around... (mungkin gue sering lupa nunjukin ke kalian, lupa telpon pas kalian bday, tapi sungguh kalian begitu berarti..)



^- Puspita - 14 February 2005 -^


[Journey] Ngelayap ke Bandung Utara


Setiap kali pergi ke Bandung untuk bekerja, rasanya sedih sekali melihat gapura selamat datang saat memasuki kota Bandung, entah kenapa dimataku tulisannya berubah jadi selamat bekerja, hiks ngga rela. Untunglah suasana kerja di kantor Bandung cukup menyenangkan hingga tidak terasa bosan. Selepas kerja seperti biasa saya dan beberapa teman pulang larut, asyik menikmati teh hangat dan cemilan seru di resto sekitar lembang sambil ngobrol sana sini hingga lupa waktu. TGIF.

Esok harinya, bangun pagi! Kami mau melancong ke Bandung Utara mengunjungi obyek wisata Situ Patenggang dan Kawah Putih, berangkat dari Bandung usai sarapan jam 08.30, perjalanan sedikit merayap selepas dari pintu tol Kopo, satu jam kemudian kami sudah tiba di daerah Soreang (*), dimana terdapat kantor DPRD Bandung. Hmm ini benar-benar suasana desa khas Jawa Barat. Hamparan sawah di kanan kiri jalan sangat menyegarkan mata apalagi mata yg kurang tidur. Sesekali nampak kuda dan kerbau yang melenggang anggun menarik gerobak berisi hasil bumi. Ingin berfoto bersama? Hati-hati, ada banyak ranjau darat berserakan di jalan J

Karena masih pagi kami memilih untuk melihat Situ Patenggang yang terjauh terlebih dahulu , jalanan menuju kawasan Ciwidey sedikit menanjak dan berliku, untungnya pemandangan di kanan kirinya hijau menawan, kami pun memutuskan membuka jendela dan membiarkan angin sejuk semilir yang dingin bebas menyapa. Sempat kami lihat gerbang wisata Kawah Putih dan beberapa tempat pemandian air panas, tapi kami terus saja melaju ke arah Situ.

 -- Situ Patenggang --
 -- Kawah Putih --
 -- Love the fresh air --
 -- Mystic --

Memasuki kawasan perkebunan teh dan situ kita harus membayar retribusi sebesar Rp.3000 per orang. Well, its nothing compare to the scenic view you’ll see inside. Subhanallah, refresh banget lihat kebun teh bak selimut hijau, tebal nan lebar membentang, hmm what a day. Its even more catchy than what you could see along Puncak area. Tak lupa kami menyempatkan berfoto bersama Ibu-ibu yang masih asyik memetik teh, aha ternyata kami boleh juga meminjam atributnya, great.

Di bawah sana tampak situ patenggang yang berair tenang, sungguh eksotis dengan sedikit aroma mistisnya. Sayang saat kami tiba disana, hujan rintik turun menyergap hingga kami tak bisa menumpang perahu menuju batu cinta. Pernah dengar kan legenda batu cinta dan situ patenggang? Kisah seorang putri yang setia menunggu kekasihnya di batu besar yang kini disebut batu cinta, ia begitu bersedih sehingga air matanya meluap menjadi air danau. Jadi kalau kini ada teman yang menangis berember-ember karena cinta, please deh belum seberapa, belum jadi danau getu lhow.

Karena tak bisa berperahu di situ patenggang, maka kami bergegas ke wisata kawah putih, ternyata dari pintu gerbangnya pun jalan yang harus dilalui cukup jauh, berliku, berbatu, menanjak, dan sempit, hanya muat 1 bis ukuran sedang. Kabut tebal yang turun saat itu membuat suasana makin mencekam, untunglah tak ada mobil yang berpapasan. Tiba di bibir kawah waktu menunjukkan pukul 11.50, mata langsung tertumbuk pada deretan penjual strawberry segar yang konon baru dipetik dari rumah strawberry yang banyak terdapat disekitar kawasan Ciwidey, untuk satu kotak plastik ukuran chiffon cake dijual seharga Rp.10,000 lumayan besar-besar buahnya, merah ranum menggoda, rasa asam berpadu manis menyegarkan, plus pahit kalau termakan daunnya ;-p.

Memasuki kawah kita dikenakan retribusi Rp4500 per orang, aroma belerang yang kuat akan menyambut kita saat menuruni beberapa anak tangga menuju kawah. Di depan mata tampak dinding kawah white everywhere mengepung air belerang yang mengepul berwarna kehijauan. Cool. Subhanallah tak terhenti. Beberapa pengunjung nampak asik berfoto dan merendam kaki atau tangan mereka di pinggir kawah, walaupun ada peringatan di beberapa area akan bahaya pasir hisap. Udara siang itu tidak begitu dingin, kami pun langsung menggelar bekal piknik berupa nasi padang yang kami beli di perjalanan. Nikmat juga makan rendang di tengah udara dingin, serasa di bukit tinggi, J as you wish. Sayang kami kesulitan menemukan tempat berganti kostum, padahal kami sudah bawa gaun untuk berfoto di tempat indah ini.

Kawah putih memang sudah seringkali digunakan untuk tempat pengambilan foto pre-wedding, nuansa eksotis dan romantisnya juga kerap kali menghiasi halaman mode majalah wanita. Karena seringnya, pengelola setempat mengenakan biaya khusus bagi yang berniat foto untuk tujuan komersil, terutama bagi pengguna jasa fotografer profesional.

Tak terasa sudah dua jam kami ada di sekitar kawah, semakin sore semakin banyak pengunjung yang datang. Kami pun beranjak pergi, hujan kembali turun saat kami memasuki kendaraan dan terus menghadang sepanjang jalan hingga tiba kembali di daerah Kopo. Rasanya belum puas, banyak yang belum kami jelajah di Ciwidey ini, pemandian air panasnya, rumah strawberry, juga Batu Cinta. We’ll be back someday, wanna join? J


Puspita Widowati - July 2005
(*) asal usul nama Soreang :
Dahulu kala ada sepasang kekasih yg hubungan cintanya tidak disetujui oleh orang tua mereka, karena sulit bertemu di desa kemudian mereka sepakat untuk bertemu di taman bunga di kaki bukit, setelah si pemuda menunggu lama sang gadis pun tiba saat mentari sudah diufuk barat dan si pemuda menyambut gembira “SORE, YANG” si gadispun tersenyum dan menjawab “SORE juga, YANG”, sejak saat itulah tempat itu dinamakan daerah soreang, untuk mempermudah mereka saat membuat janji.
-- aming banget ga seeh, hehe --

Friday, September 16, 2005

[Journey] Saat Kurindu Bali-ku


Entah kenapa gw lagi kangenn banget ama Bali, sayang mo pergi ga bisa... jadilah gw mengetik saja nginget-nginget my beloving Bali...
Bali emang udah jadi second home gue, terutama sejak 5 tahun terakhir gw rajin banget, rasanya badan gue sedikit gatal-gatal kalo ga tiap tahun kesana... surely karena alam yg indah dan belanjaan pernik-pernik yang menyenangkan... feelingnya tuh beda jalan ke Bali n ke tempat lain, mungkin juga didukung faktor budaya dan mistis yg masih kental menghadirkan kesan dramatis yg sungguh romantis...
15-22 May 2004
Kali itu gw jalan berdua temen gue - Ika, judulnya siy dia dapet voucher gratisan hotel sekalian mau nyobain digicam baru yg dia beli... suer kita niat banget foto... themanya beautiful white, jadi segala kostum putih-putih yg kita punya dibawa... no matter what kind.. sejak awal kita berdua sepakat mau ngirit, apalagi cuma berdua, ga ada yg pede buat nyetir pula, jadilah kita niat keliling-kelilingnya naik angkutan umum... jadi backpacker ni yee ....
Dari Jakarta kita pake flight yg paling pagi (subuh-subuh bo, paling murah soalnya -tetep kekeuh naik pesawat coz tahun sebelumnya gw naik bis ke bali badan gw sakit-sakit dpt duduk diatas ban belakang, cuma beda 50rebu juga)... pagi banget kita sampe n belum bisa check in di hotel, jadilah kita nangkring di branch office kita di denpasar, kebetulan BM disana harus ke Nusa Dua buat temuin GMnya Grand Hyatt... jadilah kita ngikut n numpang foto-foto di Hyatt... Hyattnya cantik siang hari after lunch di DPS baru deh kita CI di Sahid Kuta... tak lupa mampir di Art Market Kuta Square samping Kuta Paradiso tu beli kalung-2an (2000-15000 perak)... sore hari, ngapain lagi kalo ga liat sunset di kuta, sambil basa-basi dikit sama pedagang n lirik-lirik dikit ke bule-bule yg mondar-mandir nenteng papan surfing... malem pertama, sesuai schedule kita dugem di hard rock cafe (menu wajib di bali).. jalan kaki saja dari hotel kita yg emang dekat.. modal 50ribu buat beli minum... n loncat-loncat deh ga peduli mata melotot di kanan kiri.. jam 12 malam teng kita pulang, cinderela bo, takut berubah jadi labu lewat jam 12...
Minggu pagi jam 6 kita bangun, packing lagi coz hari ini kita mau cek out dan memulai perburuan kita... jam 8 after mandi, sarapan biskuit dan roti (maklum hotel gratisan, jadi ga dapet makan) kita nangkring di depan hotel cari angkutan menuju terminal ubung di denpasar, 20 menitan dari Kuta...buat ke ubung butuh 2x ganti angkot, 2000 sekali jalan, sementara kalo naik taxi sekitar 25rebuan... tujuan kita pagi itu adalah pantai lovina di bali utara...sampe di ubung, ternyata kita kelaparan.. mengingat perjalanan ke lovina cukup lama jadilah kita putuskan ngisi perut dulu, makan nasi soto ayam 4000an semangkuk, enak dan sangat kenyang... habis itu mulailah kita berburu angkot..
Ke Lovina Naik Angkot
Hasil nanya-nanya di terminal, ternyata untuk menuju lovina ada 2 jalur angkot, via bedugul-singaraja lalu ganti angkot lagi yg menuju lovina, or cari yg tujuan singaraja via tabanan-seririt. Via bedugul cenderung lebih cepat karena jalur lebih pendek, motong jalan getuw, paling 2 jam sampe lovina.. namun mengingat tentengan ransel yg cukup berat n kita masih pada ngantuk abis dugem semalem males kalo kudu pindah-2 angkot , jadilah kita pilih rute kedua... kebetulan ada angkot tujuan seririt yg sudah di depan mata... kita langsung naik, sambil setengah shock denger tarifnya cuma 10rebu per orang, haaa sejauh itu getuw.. sementara kalo carter taksi gelap mintanya 250rebu... idih males deh..
Angkot berkapasitas 12 penumpang itu ga pernah penuh, sepanjang perjalanan paling banter diisi 5 orang, makanya kita cuek menguasai tempat duduk depan dgn ransel dan tidur-tidur ayam sambil kakinya naik ke ransel.. pemandangan sepanjang jalan cukup indah, menyusuri bali selatan dengan view pantai disebelah kiri dan hutan di sebelah kanan.. angkot terus ke arah barat hingga tiba di daerah tabanan dan mulai berjalan ke arah utara... hingga tiba di daerah seririt...
Bisa dibilang seririt adalah pesona alam bali yg perawan dan belum dipublikasikan... terasering sawah yang memukau justru lebih cantik daripada daerah tegal alang-ubud yg kondang itu... jalan berkelok-kelok melalui hutan-ladang dan sawah sungguh menyegarkan dan 3 jam perjalanan pun kami lalui tanpa bosan... karena sopir angkot sangat kooperatif dan bersedia mengantar kami hingga ke depan penginapan yg ingin kami tuju (dekat patung dolphin) maka dengan kesadaran penuh kami pun menambahkan 2500 lagi per orang tanpa diminta...
Pantai Lovina terletak diantara Seririt dan Singaraja.. konon Bung Karno sendiri yg memberi nama lovina.. berasal dari kata 'Love Indonesia'.. pantainya berpasir hitam namun sangat lembut dan bersih, ombaknya sangat tenang hingga banyak turis bule berenang-renang tak kenal waktu, pagi siang malam cuek bener (kok ga masuk angin ya) selain untuk liat dolphin... dibandingkan 2 tahun sebelumnya lovina tampak lebih ramai oleh pedagang (walaupun ga separah kuta)... pertanda kemajuan... bahkan pemda setempat membangun jogging track untuk mereka yg ingin bersepeda atau lari sepanjang pantai...
Penginapan kami, nirwana cottage terletak di pnggir pantai persis disamping patung dolphin (ancer-ancernya dari jalan raya adalah satu-satunya atm bca di jalan itu)... kamar termurah tertulis di brosurnya seharga Rp.150ribu dgn kmr mandi beratap langit (alias kebuka).. kalo ada bulan siy romantis bgt tapi kalo ujan hiks menyedihkan... untuk kmr mandi yg atapnya tertutup tertulis 200rb... mmm mulai deh kita negosiasi, akhirnya dapatlah 100rb untuk kamar yg harusnya 200rb... pake sedikit akting muka ngambek, dikasihlah pula morning tea n buah-2an juga...
Masuk kamar, unpacking, nyuci-nyuci pakaian dalem trus dijemur n jalan-jalan d ke pantai... negosiasi sama pemilik perahu buat liat dolphin esok pagi.. awalnya minta 50rb per orang, tapi kita minta tarif lokal 30rb n dapet... janjian buat dibangunin jam 6pagi.. ternyata malem itu kita terlalu sibuk ngupingin tetangga kita bule2 yg lagi honeymoon jadi alhasil bangun kesiangan.. gagal lagi deh liat dolphin (udah 2 kali niy gue gagal liat dolphin .. ah sutralah no regret, next time kudu minum obat tidur kali yee.. no worries, we will have great time at Bedugul and Dreamland later..
 -- photo session at Lovina --
 -- a pic of Dreamland from my friend Martin --

Mengubur Cinta


rintik hujan
gelap malam
rindu merentang
mata terpejam

dua belas kali sudah jam dinding berdentang
aku masih terdiam
kegalauan terus pergi dan datang
aku tak beranjak dari pusara itu
walau sudah tak tegak lagi ia berdiri
nama yang terukir masih terbaca

diam membisu
satu tahun
dua tahun
lima tahun berlalu

di pemakaman itu
sosoknya terbujur kaku disana
aku tak bisa lagi menjangkaunya

aku ingat aku rela
ku gali kuburnya dengan derai air mata
ku taburi sekelilingnya dengan bunga cinta
ku senandungkan doa agar ia damai di surga
..........................
lima tahun lalu kukubur cintaku
tapi nama di pusara itu tetap terbaca

-- Puspita 21 Feb 05 --

Saturday, August 6, 2005

[Journey] Meriahnya Hari di Zona Inti Kepulauan Seribu - June '05


"From My Diary"... by Puspita Widowati
Jujur saja awalnya saya sedikit hopeless dapat melihat keindahan bawah laut di Pulau Seribu mengingat pemberitaan seputar pencemaran di teluk Jakarta yang sudah sangat memprihatinkan sering menghiasi surat kabar kita, namun demikian saya tidak menampik ajakan dari Explorer Indonesia untuk mengunjungi zona inti taman laut nasional pulau seribu 25 Juni lalu, maklum deh tidak semua hidung bisa berkunjung ke zona inti yang sangat dilindungi ini kecuali untuk tujuan penelitian.
 
 
Rombongan berangkat dari dermaga Marina yang berada di komplek perumahan Pantai Mutiara Pluit Sabtu pagi dengan menggunakan 2 buah kapal besar, 1 kapal Andarini yang mewah ber-AC dan 1 lagi kapal kayu tradisional. Teringat pengalaman menumpang kapal mewah di Karimun Jawa yang justru membuat kami norak dan mabuk laut, maka saya dan teman-teman memilih menumpang kapal kayu, angin laut yang cepoi cepoi sepertinya lebih bersahabat buat kami.. J
 
 
Keberangkatan yang sedikit molor dari jadwal, membuat kami tertidur di sepanjang perjalanan dan baru membuka mata lagi saat kapal merapat di pulau bidadari yang hari itu tampak meriah oleh deretan kapal-kapal hias. Masih dalam rangka perayaan hari ulang tahun ibukota Jakarta tercinta dan upaya pemda pulau seribu untuk menggalakkan wisata bahari, malam itu di pulau bidadari digelar pesta DJ yang konon akan dihadiri 1,500 pengunjung, wow.
 
 
Tak lebih dari sepuluh menit kami sandar di Bidadari, kapal pun melaju ke pemberhentian berikutnya yaitu Pulau Pramuka. Tiga jam berlayar tibalah kami di Pramuka, rombongan istirahat sejenak di balai taman nasional sambil mengisi perut dan menyegarkan diri dengan berwudhu. Selanjutnya kami mengunjungi tempat penangkaran penyu sisik dan pembibitan pohon mangrove, sungguh ini adalah hiburan yang menarik dan sarat ilmu. Senang rasanya melihat dan dapat mengelus tukik (bayi) penyu yang berenang-renang di dalam bak juga kolam. Sempat tercekat dalam haru saat mendengar penuturan petugas taman nasional tentang kehidupan penyu-penyu yang dilindungi ini, beratnya perjuangan mereka untuk hidup di laut, sulitnya mencari tempat yang aman untuk bertelur bahkan hingga ribuan mil dan ketidakberdayaan mereka menghadapi pengrusakan ekosistem pantai. Selain penyu sisik, di penangkaran ini dapat juga ditemui penyu hijau yang dibawa dari pantai ujung genteng Sukabumi.
 
 
Puas bermain dengan penyu, perjalanan dilanjutkan ke pulau yang akan menjadi base camp kami yaitu pulau Pamegaran yang berjarak tempuh 1 jam dari pulau Pramuka. Hmm air lautnya sudah tampak lebih jernih sekarang, tak lagi hitam ataupun hijau penuh sampah. Merapat di Pamegaran yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bira, tampak tenda-tenda kami sudah tegak berdiri, ternyata pulaunya tidak terlalu besar tapi justru asri karena tak berpenghuni. Rombongan langsung menyebar, sebagian langsung sibuk dengan snorkle dan masker, ada yang mencoba bermain kano, ada pula yang langsung mengambil kamera dan sibuk mengatur posisi bersiap mengabadikan momen sang surya tenggelam. Sayang sekali di seputar pulau pantainya sudah dikepung bulu babi dan ubur-ubur sehingga butuh kehati-hatian ekstra bermain di pantai. Beberapa teman tampak meringis kesakitan terkena bulu babi dan ada yang tampak sibuk menggaruk tubuhnya karena gatal-gatal terkena ubur-ubur. Walau tak berenang terlalu jauh tapi saya cukup senang dapat menemukan bintang laut berwarna biru yang cukup besar, juga bertemu rombongan ikan warna warni. (pls don’t ask me name of the fish, I only familiar with – ikan goreng & ikan bakar ;-p)
 
 
Saat langit mulai kelam barulah kami berhenti bermain air, ada yang langsung berbilas, ada juga yang sibuk membuat api unggun dan bermain pasir. Saya dan teman-teman, Sisca-Leo-Jimmy-Azhar-Andreas, bercanda-canda menikmati kebersamaan sambil saling menimbun diri dalam pasir yang putih dan halus, ditemani sebungkus kacang kulit dan minuman hangat. Kebetulan kami berenam tingkat stressnya sudah mencapai batas maksimal, jadi di tempat terpencil ini disaat jauh dari klien, bos dan tumpukan kertas kerja benar-benar dimanfaatkan untuk pelepasan stress sepenuhnya. Tertawa sepuasnya entah apa saja yang ditertawakan. Man! This is what we call Life!
 
Usai membersihkan diri dengan air seadanya (satu peserta dibatasi mandi dengan dua gayung saja maklum air bersih terbatas), kami menikmati makan malam dengan menu ikan bakar.. hmm yummy.. gurih tenan.. baru saat itu saya tahu ternyata harga ikan di pulau seribu lebih mahal daripada di muara angke.. sebabnya? simpel saja, hukum ekonomi..
 
 
Dalam keadaan perut kenyang, sungguh nikmat rasanya duduk di tepi pantai sambil saling bercerita, bernyanyi, menjulurkan kaki hingga ujungnya sesekali tersentuh air laut, menunggu munculnya plankton-plankton yang tampak bersinar seperti fosfor saat terdampar di pasir, memandang bintang-bintang yang bertaburan di atas sana J. Malam itu kami berenam memutuskan tidur di luar tenda menggelar sleeping bag… zzz (walaupun seperti biasa, harus tergopoh-gopoh bangun di dini hari karena hujan mulai turun)
 
Keesokan pagi, setelah puas dengan session foto sunrise dan mengisi perut secukupnya rombongan pun mengemas barang-barang dan segera bertolak ke zona inti di perairan pulau Penjaliran. Tak sabar rasanya menanti perjalanan selama 1.5 jam, beberapa teman bahkan sudah mulai lemas karena mabuk laut. Tiba di Penjaliran, huah lega luar biasa, apalagi pemandangan di depan mata sungguh indah, bak batu permata hijau ditengah hamparan permadani biru. Teman-teman yang enggan berbasah-basah memilih trekking di pulau, menikmati perpustakaan flora yang kaya disekeliling hutan bakau Penjaliran. Sementara saya dan teman-teman lain diantar kapal ke perairan laut dangkal taman nasional yang masih diperbolehkan dikunjungi untuk tujuan wisata. Sambil menunggu giliran menceburkan diri ke laut, saya menikmati pemandangan burung elang laut, camar dan bangau berterbangan disekeliling pulau sambil sesekali meliuk ke laut memangsa ikan.
 
 
Pemandangan di bawah laut Penjaliran hampir sama seperti pulau Geleang di Karimun Jawa, bunga karang yang cantik (walaupun warna-warninya tidak semeriah Karimun), nemo dan saudara-saudaranya… Subhanallah tak terhenti… sayang, visibility di bawah sana tidak terlalu bagus sehingga beberapa foto yang diambil di dalam laut tidak terlalu jelas hasilnya.. selain itu, sakhing dangkalnya laut tempat kami diceburkan beberapa teman luka luka karena tergores karang… saya sendiri beberapa kali terpaksa habis waktu menarik-narik baju saya yang tersangkut di karang.. nggak lucu kan kalo pas naik ke kapal baju saya jadi compang camping.. Sisca tampak sangat bersemangat berenang paling jauh ke tengah, bersama Andreas yang sebelumnya sempat manyun karena tak ada teman menyelam.. Ketika sadar bahwa arus laut semakin kuat dan perut sudah lapar, kami pun bergegas naik ke kapal.
 
Perjalanan hari itu sungguh melelahkan, seharian penuh kami berada di tengah laut, sejak pagi jam 09.00 hingga tiba saat kapal merapat di Muara Angke jam 19.30.. banyak peserta tumbang karena mabuk laut .. apalagi ombak yang sangat kuat setinggi hampir 2 meter terus menerus menghantam kapal kayu yang kami tumpangi sejak kapal bertolak dari Pramuka.. awalnya saya, Sisca, Jimmy, Leo dan Lina bertahan duduk di buritan untuk menghindari mual dan pusing yang umumnya diderita mereka yang duduk di bagian dalam kapal, ombak yang semakin kuat memaksa kami masuk ke dalam (takut kelempar gitu lhow, langit semakin gelap pula).. akhirnya saya pun tak kuat menahan mabuk..lemas.. hampir putus asa rasanya karena daratan yang dituju tak tampak jua di depan mata..
 
 
Hmm tak terbayang bagaimana beratnya perjuangan nelayan kita, kadang mereka harus berhari-hari meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berlayar mencari ikan, tantangan alam seperti ombak, angin kencang, hujan lebat dalam kegelapan malam yang mencekam... belum lagi perlakuan tidak manusiawi yang kerap mereka terima jika mereka terdampar di pulau atau negara lain (masih ingat donk kasus pertikaian nelayan jawa dengan kalimantan, penyiksaan nelayan asal Maluku yang terdampar di perairan Australia).. sungguh mereka layak disebut pahlawan pangan.. terimakasih bapak-bapak nelayan.. karena kegigihan kalian lah kami dapat dengan mudah menikmati ikan yang lezat..
 
 
nenek moyangku seorang pelaut.. gemar mengarungi luas samudera.. syalala :-) (lha kok jadi qasidahan yaa ;-p)




[Journey] Agustusan di Peucang Island - 2004

Wiken kemarin ini (14-16 Agt) bener-2 jadi Weekend of the Year buat gw… gw berdua Yeyen ke Pulau Peucang di Ujung Kulon sana ikutan rombongan anak Nature Trekker.. fiuuu amazing banget pantainya.. pasirnya putih bersih (lebih putih dari pasir putih yg di jawa timur or dreamlandnya bali), tapi lembuuutt banget (selembut hati gue gituu lho), kalo ga takut masuk angin sih pengennya tidur di pantai aja beralas pasir.. airnya juga bersih banget, ombaknya tenang (setenang lovina tapi yg ini lebih manteb).. kita main-2 di tempat yang sepaha gw gitu aja, kanan kiri gw ikan nan cantik berseliweran .. mungkin masih kalah sama ambon or bunaken tapi gw ga nyangka laut jawa juga punya kekayaan secantik itu.. enaknya lagiii tak ada pedagang!! yg ngrusuhin di sepanjang pantai..

Pulaunya sendiri sih cuma kecil, cuma sekitar 450 hektaran.. konon pulau ini sempet kerendam pas krakatau meletus ratusan tahun lalu (terbukti pas kita nyusur hutan kita bisa nemu serpihan karang laut & pasir di tengah hutan).. tapi sungguh Tuhan punya rahasia.. aneh juga di pulau yang pernah terendam ini bisa hidup binatang-2 macam rusa, kancil, merak, celeng, biawak, phyton n surely sodara kita – monyet!! Uh uh ah uh… ini yg gw sebutin cuma yg gw ikut liat or temen di rombongan kita yang nemuin.. tapi konon masih banyak lagi… di depan penginapan kita aja rusa & monyet mondar-mandir kayak setrikaan, entah buat minta makan or fashion show niatnya..

Masih jarang yg tau pulau ini.. yg sering dateng sih orang Jepang or bule.. buat kesana tuh kita berangkat dari Jakarta jam 7an, bermobil ke daerah Sumur (Tanjung lesung kesana lagi deh) + 6 jam, trus dari Sumur naik perahu cilik ke tengah laut n dari tengah laut kita naik kapal motor yg gedean dikit.. berlayar + 3,5 jam baru deh sandar di dermaganya Peucang.. katanya sih kalo org Jepang itu perginya naik Yacht dari Anyer + 3 jam doank .. tapi yah mahal lah yauw, ga asik..

Temen seperjalanan gw tumplek dari bermacam asal usul n usia, kita ber-32 , umumnya gawe n cukup mapan.. sebagian besar pikirannya sama.. udah lelah banget sama hari-2 di Jakarta yg serba cepat, penuh polutan, bikin stres, penuh basa-basi tanpa ketulusan.. n pingin nikmatin alam buat nemuin keseimbangan hidup, supaya kelak lebih sabar, arif dan bijaksana .. cieh sedapp.. Penyelenggaranya anak Nature Trekker tuh juga pro banget deh ngerancang acaranya sehingga kita bener-2 bisa jadi penikmat alam yg TAK merusak.. gw iri banget ngeliat mereka (Andre, Igo, Agus), kelihatan banget jiwa-2 mereka damai, penuh toleransi, kasih sayang terhadap sesama n sabaaarrrr banget…
 
Hari –1, berhubung kita sampe udah sore (jam 5) jadi after taruh barang-2 di penginapan, kita langsung naik kapal lagi ke daerah Cidaon (masih pulau Jawa), masuk hutan buat ngeliat banteng-banteng merumput di padang rumput yg luas (tapi dikelilingin hutan gitu lho).. banteng2nya masih liar tapi ga galak malahan takut sama orang.. beda banget sama bantengya Mbak Mega yg makanannya tepung keluaran bogasari sampe moncongnya putih semua gitu hehe.. trus pas udah magrib kita balik deh ke peucang, makan n malemnya tiduran di dermaga ngeliat bintang-2 bertaburan di langit yg indah.. sumpah langitnya tuh bersih berkilauan banget…

 -- Green Savana, photo by Yeyen --

Hari kedua, pagi-2 banget kita nyebrang lagi ke pulau jawa, ke daerah Cibom (masih masuk taman nasional ujung kulon juga) buat liat mercu suar.. trekking + 1,5 jam masuk hutan yg pohonnya guede-guede bangget (kalah deh kebon raya bogor) n nyamuknya juga gede berwarna ijo (trendy banget ga sih).. buat gw yg ga pernah 'jalan kaki' lagi 10 tahun terakhir kecuali ke mall, sumpah capek banget mana jalannya pada ngebut sakhing excitednya ngeliat ijo-ijo.. belum lagi kita ber-12 sempet nyasar (kejauhan), ngelewatin medan yg cukup berat, naik turun yg curam banget.. tapi begitu ngeliat yg namanya tanjung layar tuh keren banget, tebingnya kayak Jurassic Park.. mercu suarnya udah cukup tua juga (belum pake tutup kayak yg di anyer) tapi pemandangan n anginnya uhhh uenak tenan.. pas perut udah keroncongan baru deh kita jalan balik, nyebrang lagi ke pulau peucang buat makan siang (siangggg banget, tapi tumben lho biasanya kan gw kalo kelaparan dikit aja tuh jadi galak yah, bisa nyakar.. kali ini gaaa lho malah masih nyanyi-2 di atas kapal).


 -- Trekking at Cibom, with Yeyen --
-- Tanjung Layar --


-- The edge of Java Island, south west --

Sorenya jam 4an kita trekking lagi tapi cuma di dalem pulau buat ngeliat sunset di karang copong, sebelah baratnya peucang.. masuk hutan lagiii jalan lagiiii.. ternyata hutan di peucang juga pohonnya gede-2, kayaknya dah ribuan tahun deh (makanya gw bingung gimana logikanya ini pulau pernah kerendem gitu lhow).. di kanan kiri ada rusa yg malu-malu mengintip or binatang lain yg langsung blezz kabur gara-2 kita jalannya brisik banget kayak ratusan tentara lagi baris brak bruk brak bruk … sekitar 1 jam kita sampe deh di karang copong, aduh pantainya tuh paduannya kuta lombok & uluwatu.. pasir putih bulet-2 n karangnya kayak kuta lombok tapi lebih bersih.. bintang laut bertebaran dimana-mana, udang, ikan.. ombaknya juga ga galak…tebing-2nya kayak uluwatu.. pas kita naik ke tebingnya, cantiiiik banget pemandangannya, I love the blue of Indonesia banget deh (mirip-2 view di senggigi atas tapi yg ini kesannya lebih laut lepas).. abis ngeliat mataharinya terbenam kita sibuk jadi pemulung, ngumpulin batu2an warna-warni di pantai itu… walaupun pas pulang kita bergelap-gelap nyasar di hutan sampe 3x muter-muter (padahal dah ditemenin ama polisi hutan) tapi tetepp bersemangat…

 -- Karang Copong, photo by Sugi --


 -- Roommate --
 
Hari-3… aduh maleessss banget menyambut kedatangan hari ketiga… soalnya hari itu kita pulang ke Jakarta… pagi-2 sebelum sarapan masih sempet lari2an main pasir di pantai.. foto-2 ala Cleopatra lagi lulur pake pasir barengan Titi, Irma, Iyus, Usep.. sementara ditepian pantai Sisca sibuk bikin benteng pasir sendirian (biar udah dicelain autis ama anak-2 dia tetep cuek aja).. pas berlayar balik, di tengah laut gw cuma bisa berpikir… gimana kalo Tuhan ga kasih gw mata sehingga gw ga bisa liat tempat seindah ini oh betapa sedihnya..terima kasih Tuhan.. trus gw mikir lagi kasihan sekali Indonesia yg indah ini selalu tersia-sia, pasir laut dijual, pulau ditutup buat sampah impor.. duh merananya…

 -- at the Island pier --
 -- white sandy beach, photo by Sugi --

Di perjalanan pulang di bis kita rame-2 nyanyi lagu 17 agustus… di dalam hati gw juga masih tetep nyanyi.. Tanah airku Indonesia, Negeri Elok amat kucinta, Tanah tumpah darahku yang mulia, Yang kupuja sepanjang masa….
Eh tau-2 pas sampe rumah, anak-2 AFI juga pada nyanyi lagu Tanah airku tidak kulupakan… kan kukenang sepanjang hidupku…
Aduh emang liburan tuh enak banget… apalagi temennya asik-asik… trus pulangnya beli otak-otak yg gurih banget…. Selamat Ulang Tahun Indonesiaku.. Merdeka !