Sunday, December 2, 2007

Jika Suatu Hari Nanti Aku Jadi Buta

.. nulis ini, sambil denger lagunya Once..

Suatu sore beberapa tahun yg silam, Ibuku bertanya kepadaku yg kala itu tersenyum-senyum sendiri memandangi cincin yg melingkar cantik di jariku.. kalau suatu hari nanti dia jadi buta, akankah kamu tetap bersamanya’. Aku mengangguk mantap ‘yes I will, aku kan masih bisa kerja’ dan masih terus berusaha meyakinkan ibuku aku akan tuntun dia berjalan, aku yg akan mendorong kursi rodanya, aku yg akan membacakan buku untuknya, agar kami berdua bisa tetap tertawa bersama’.. I love him, that’s all’… waktu berlalu, akhirnya aku meninggalkannya.. bukan karena dia benar-benar menjadi buta.. bukan karena aku tidak menikmati hari-hari bersamanya.. tapi karena ‘I love him, that’s all’…

Waktu terus berlalu dan aku ada disitu.. tampaknya bisa jadi esok hari aku yg menjadi buta, jika air mata ini sudah kering, lelah menyucur, menangisi lukaku karena kebodohanku sendiri, menertawakan kebodohan orang-orang yg tidak pernah mensyukuri cinta di hati mereka dan memilih mengingkarinya..

Malam tadi, aku dan adikku menghabiskan malam dibibir pantai Jakarta, menikmati angin laut, malam temaram berhias bulan setengah, sup ayam dan teh hangat, sambil menertawakan pelangi disekeliling kami berdua.. adikku sayang, sudahlah, mereka hadir untuk memberi warna, mereka sungguh tidak tahu, apa yg sudah mereka biarkan lewat.. mereka bahkan terlalu naif untuk mendengar suara hatinya.. mereka melepaskan hati untuk suatu alasan yg tak masuk akal, basa-basi, terlalu manusiawi, ah dangkal sekali..

Waktu terus melaju, hanya tersisa satu pertanyaan saja… ‘jika suatu hari nanti aku jadi buta maukah engkau tetap bersamaku’..

Mari adikku, kita bersulang..untuk kegendutan dan keeogisan kita..seperti katanya.. hmm, seharusnya tidak seperti itukan cinta..

 

 Puspita Widowati - 1 Dec 07

Aku mau mendampingi dirimu

Aku mau cintai kekuranganmu

Slalu bersedia bahagiakanmu, apapun terjadi

Ku janjikan aku ada … Once-Aku Mau

Aku bisa untuk menjadi apa yg kau minta

Untuk menjadi apa yg kau inginkan

Tapi ku tak bisa menjadi dirinya… Once–Selimut Hati

Sunday, June 24, 2007

[Journey] Belitung, Pesona Pantai Tiada Akhir

Bertutur tentang Belitung adalah mengisahkan alam indah yg Tuhan lukiskan secara sempurna, bumi yg melimpah isi perutnya, dibalut keragaman penduduk yg berbaur dalam damai, yang sayangnya dinodai oleh ketidakbijakan manajemen dari para pengelola.

Belitung memang tidak sepopuler Bali, tapi hamparan pasir putih nan lembut di setiap sudut pulau dan laut dangkal berair tenang yang mengelilinginya adalah dambaan para pencinta pantai. Surprisingly, hanya 40 menit penerbangan dari Jakarta!

Here is my journey story, two days exploring Belitung 1-3 June 2007, one of the most beautiful place in the archipelago..

A Dream Comes True

Jatuh cinta pada pandangan pertama, itulah tepatnya yg terjadi antara aku-Sisca dan Belitung. Sejak awal 2005 lalu kami sudah bermimpi-mimpi tentang Belitung saat  melihat websitenya. Akhirnya sebulan lalu kami membulatkan niat, walaupun sedikit deg-degan takut gelombang pasang masih asyik memeriahkan laut di Indonesia.

Jumat pagi, 1 Juni 2007, kami berdua berangkat dengan penerbangan Batavia Air direct ke Tanjung Pandan (niy bukan iklan yee, secara cuma  Batavia n Sriwijaya aja yg ada kesana). Tiba di Bandara sudah dijemput Ko Acid, kenalan sahabat kami yg bersedia menyewakan kendaraanya untuk digunakan berkeliling Belitung.

Tujuan pertama, cari hotel dunk, putar-putar ke beberapa tempat, akhirnya pilihan tertuju pada wisma Bunga Pantai di daerah Tanjung Pendam. Wismanya sederhana tapi bersih, terutama kamar mandinya, lengkap dengan AC & TV, harga terjangkau (buat backpacker manja macam kita niy). Usai cek in, langsung melaju ke daerah Belitung Timur kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Tanjung Pandan. Jalanan lintas kabupaten yg dilalui sangat lengang dan sepi dari rumah penduduk, kanan kirinya hanya pepohonan, kubangan besar bekas galian pasir atau padang rumput, huiii ga kebayang deh gimana gelapnya kalo malam hari..

Tiba di daerah Gantung, Putra (driver merangkap pemandu kami) mengajak mampir ke vice alias dam buatan Belanda yg masih kokoh hingga kini. Panas terik matahari Belitung membuat kami tak berlama-lama di dam yg siang itu diramaikan banyak orang bersantai sambil memancing. Tujuan selanjutnya adalah Bukit Samak, daerah ini adalah kawasan peristirahatan elit macam Puncak di Jawa Barat, no wonder, pemandangan dari atas bukitnya adalah lautan luas yg membiaskan warna biru dan hijau, waksss indah banget.

Puas menikmati pemandangan Bukit Samak, kami beranjak menuju kota Manggar, Putra mengajak kami singgah di warung kopi yg jadi ciri khas masyarakat Belitung Timur, wah kebetulan niy, secara mataku udah tinggal 5 watt, maklum deh semalam hanya sempat tidur 3 jam aja. Di sudut pasar berjejer beberapa kedai kopi dan hampir semua dipenuhi laki-laki, akhirnya kami memilih satu kedai yg tak terlalu ramai, dan tak lama kemudian kami larut menikmati kopi hitam khas Manggar yg kental tapi menyegarkan, sambil cekikikan mencuri dengar pembicaraan para lelaki, secara sebagian besar pengunjung mengangkat satu kakinya, sutralah kita ikutan, yiuk mari, angkat kaki.

Soft Sandy Beaches is Everywhere

Mata ngantuk sudah terobati, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Bukit Batu, pemandangan dari atas bukitnya tampak sangat menggoda, penuh penasaran kami berlarian menuruni anak tangga dan yuhuu pemandangan di bibir pantainya cantik nian, riak-riak kecil ombak terhempas ke bebatuan yg terserak di sepanjang pantai. Tak perduli panas terik matahari tepat jam 12 siang, kami berdua sibuk berfoto ria. Narcis time! action! Bela-belain punggung n kaki kebakar demi gaya nempel di batu besar, pasir pun sukses mengotori baju putih kami yg basah.. untung ada rinso ;-p. By the way busway, kawasan Bukit Batu ini sepertinya sudah direncanakan jadi kawasan wisata komersil, tapi karena sepi pengunjung akhirnya fasilitas toilet, gazebo, warung makan, tampak terbengkalai tak terurus.

Tak jauh dari Pantai Bukit Batu terdapat Klenteng Dewi Kwan Im, menurut Putra banyak yg datang ke klenteng ini berdoa untuk minta jodoh. Hmm seru tuh, tapi cacing di perut sudah ga mau diajak kompromi niy padahal tempat makan terdekat adalah di kota Kelapa Kampit, cepat-cepatlah mobil dipacu. Untung saja salah satu tempat wisata yang kami tuju yaitu Pantai Burung Mandi terletak sejalan dengan Kelapa Kampit, bageuss. Jadi kami masih bisa mampir untuk foto-foto.

Tiba di Pantai Burung Mandi, kami berloncatan kegirangan lagii.. Wahh ternyata pasir di Pantai Burung Mandi ini halus sekali, agak creamy… hmm ombaknya juga tenang banget, airnya masih bening, rerimbunan hijau berjajar mengelilingi garis pantai, langit biru dihiasi awan putih, memayungi beberapa perahu nelayan yg diparkir berjajar warna-warni.. huhu cantik bangett.. pasir lembutnya itu luoohhh.

(jadi teringat.. pasir-pasir di daerah Riau, Bangka, Belitung dan kepulauan kecil di sekitarnya sering sekali diperdagangkan ke Singapura, entah sudah berapa ton kubik yang tertimbun disana, sayang banget.. apalagi ternyata hasil perdagangan pasir itu belum pernah bisa dinikmati oleh rakyat banyak secara merata, duh jahatnya para pelaku..)

Sayang buaian ombak dan pasir lembut di Pantai Burung Mandi hanya dapat kami nikmati sejenak, secara matahari sudah semakin tinggi, kami belum juga mengisi perut, dan sebelum senja turun kami harus sudah kembali ke Belitung Barat. Putra tak berani mengambil resiko melewati jalan lintas kabupaten selewat senja.

Di kota Kalapa Kampit, kami singgah di rumah makan Sederhana yg menyediakan nasi dan lauk-pauk cukup lengkap, kepiting muda goreng tepung, cumi telur pedas, beragam ikan yang disajikan dengan sambal kecap yg rasanya pedessss dueh. Lho kok tiba-tiba turun hujan deras, huhu padahal tadi puanasss benerr, kami neduh sejenak sebelum kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Belitung Barat.. Oh ya, di Belitung ini sebagian besar penduduknya adalah penganut agama Islam, jadi mudah saja menemukan mesjid di pelosok pun, tapi jangan lupa gunakan baju yg sopan yaa.. (secara gue dipelototin ibu-ibu, kebiasaan yee kalo lagi liburan, masuk mesjid teteup pake celana pendeknya.. yiukk…)

PhiPhi-nya Sumatera

Perjalanan kembali ke Belitung Barat jauh lebih pendek dari saat berangkat, maklum deh Putra sengaja membuat rute berputar ke utara untuk menyingkat waktu. Aku dan Sisca sudah tak mampu lagi menahan kantuk, akhirnya kami sukses tertidur sepanjang jalan, dan baru terbangun saat mobil sudah memasuki kawasan Tanjung Tinggi. Masih sambil kucek-kucek mata, wow serasa mimpi! di depan kami terpampang pemandangan indah mirip PhiPhi Island Thailand yg ada di film The Beach-nya mas Leonardo itu lohh.. hii inilah Pantai Tanjung Tinggi, batu-batu granit raksasa menjulang kokoh di kanan-kiri bak disusun oleh pematung handal, lautan biru kehijauan tampak tenang tak berombak, pasir nan putih (lembut banget kek terigu), dan asyiknya tak banyak orang.. dan aaarghh kayaknya ga ada kata yg pas untuk melukiskan tempat indah ini, harus datang sendiri deh kesini..

Lagi dan lagi..setelah berganti kostum..aku dan Sisca berlarian sambil berteriak kegirangan.. Welcome to My Paradise !! wah bener lhow ga berombak sama sekali, tenang banget, macam kolam renang aja deh, Subhanallah, hei ada gerombolan ikan kecil berenang dengan santainya, kewrenn.. lari sana lari sini, manjat batu-batu, berfoto ala spiderman (sampe disorakin anak-anak kecil.. cuek cuek..).. tapi langit kok mendung yah, wah alamat sunsetnya ketutup awan niy.. no problemo, sekarang kami mau bersnorkel ria duluw, ganti kostum, tenteng snorkel gear n live jacket (niy bukan sok safety, tapi kita berdua memang ga ada yg bisa berenang di tempat dalam, hehe).. byurr..

Di bawah sana memang tak ada terumbu karang, hanya pasir dan algae saja, tapi ikannya buanyak.. sering sekali kami berpapasan dengan gerombolan ikan, warna putih, kuning strip oranye maupun zebra. Apalagi jika merapat mendekati batu-batu granit besar, banyak ikan yg bersembunyi diantara bebatuan itu. Laut yg begitu tenang ternyata ada efek negatifnya juga, mau tak mau kami harus benar-benar berenang karena tidak bisa mengandalkan ombak menghantar kami. Sudah kelelahan berenang, akhirnya kami berdua berbalik posisi, wajah kami menghadap ke atas langit, tidur terlentang menikmati pemandangan indah dan buaian lembut laut nan tenang, berpegangan tangan (huhu mesra banget yaks, kek lagi honemun aja kita berdua niy..persis sama lagu ‘Kemesraan’, suatu hari disaat kita duduk di tepi pantai bla bla bla).. wow ada pelangi, panjang dan penuh.. wow lagi, pelanginya ternyata dua set alias dua tumpuk, atas bawah.. awesome.. Subhanallah, dahsyat banget ciptaanNya.. tak rela rasanya meninggalkan tempat seindah ini, kami pun baru beranjak pulang ke hotel saat langit mulai gelap.. malam itu kami terlelap cepat, berharap mimpi indah seindah Pantai Tanjung Tinggi..

Petualangan Bahari

Hari kedua, bangun pagi ga pake mandi, cuci muka, sarapan di kamar hotel n cabuts, today kami udah nyewa boat untuk keliling ke pulau-pulau kecil, cihuy seharian di laut. Ga lupa kami mampir cari nasi bungkus dan cemilan untuk makan siang. Cemilan yg paling mudah ditemui, khas Belitung adalah kue apam (persis sama kue apem, dibuat dari tepung beras dan gula nira, ditaburi kelapa parut, rasanya manis legit), cocok untuk ganjel perut yg lapar. Lucunya ibu penjual apam sempat menanyai kami, mengira kami adalah penyanyi yg datang untuk show long weekend di Belitung, duh susah emang kalo aura artis, padahal pagi itu kami masih pakai daster semalem lhow ;-). Lanjut cari penjual nasi bungkus, wah ternyata sulit mencari penjual nasi di pagi hari di Belitung ini, biasanya mereka baru buka lapak jam 11-12 gitu deh. Untung akhirnya kami menemukan satu warung yg sudah buka, perjalanan pun dilanjutkan ke Pantai Tanjung Kelayang.

Tiba di Tanjung Kelayang, ko Acin pemilik perahu sudah menanti kami, tapi waktu masih terlampau pagi, baru jam 7.30, kami memilih bersantai dulu menikmati pemandangan pantai dan berfoto ria, wah ada bintang laut terdampar.. gede banget, dan ga cuma satu.. Tepat jam 8 kami berdua ditemani ko Acin dan Putra memulai petualangan bahari ini, ombak tenang dan langit cerah, perfecto. Sekejap saja sudah terlihat gugusan kepulauan dan onggokan batu-batu besar. Kewrenn, awesome. Ada pulau Babi, pulau Burung, pulau Lengkuas dan masih banyak lagi.

Spot snorkeling pertama yg kami tuju adalah disekitar Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas tampak lebih luas dibandingkan pulau lainnya, di pulau ini dibangun menara suar dan kantor pengawas, konon pulau Lengkuas adalah salah satu tempat favorit bertelurnya penyu hijau, sayangnya menurut penduduk setempat pencurian telur penyu sangat sering terjadi, duhh sedihnya. Karena di disini arusnya agak kuat, kami memilih renang melawan arus, baru kembali ke arah kapal mengikuti arus. Terumbu karang masih terawat, walaupun tidak terlalu beragam jenisnya karena didominasi oleh karang-karang besar berwarna coklat keunguan. Ikannya jangan ditanya deh, buanyakkkk buanget, ada yg biru, kuning, orange, putih bintik kehijauan, hitam kerlip hijau (duh sayang banget ga tau namanya, soalnya ga sempet kenalan ;p). Sudah mulai kelelahan kami kembali ke kapal. Melanjutkan perjalanan ke Pulau Burung.

Terdampar di Pulau Kirrin

Kapal harus memutar untuk menuju Pulau Burung, sepanjang jalan kami sering menemui serombongan ikan terbang yg berwarna hijau, keren dueh. Langit agak mendung saat kami turun ke laut, teteup nekat. Aku dan Sisca memutuskan untuk snorkeling sambil renang menuju daratan pulau Burung.  Di sini karangnya tajam dan tinggi-tinggi, jika tidak berhati-hati kami bisa tersangkut. Ikannya cenderung lebih sedikit ragamnya dibandingkan Pulau Lengkuas. Tak lama, hujan deras mengguyur kami, untuk saja tinggal sedikit lagi kami tiba di darat, tiba-tiba arus terasa sangat kuat karena angin, wah ini badai. Ko Acin berteriak dari perahu agar kami mencari tempat berteduh di pulau, kebetulan ada pondok yang ternyata tidak berpenghuni, kami hanya bisa berlindung di lekuk-lekuk pondok untuk menghindari terpaan angin dan air hujan. Huhu jadi inget komik lima sekawan dulu, terdampar di pulau Kirrin.. dingin banget, hanya berdua, tapi sesuai kesepakatan dalam tiap perjalanan ga boleh ada yang bete or panik, harus tetap fun. Hujan mulai reda, angin tak lagi bertiup kencang, dalam dingin dan lapar bukannya mikir gimana cara balik ke kapal, kami berdua malah sibuk foto-foto (hehe untung bawa aqua pac-nya).

Kembali ke kapal, kami langsung meraup nasi bungkus yg dibawa, duh nikmat banget makan di tengah lautan, apalagi dalam keadaan super lapar. Awan gelap mulai bergeser dan matahari bersinar cerah lagi, yuk mari berlayar lagi. Sauh diangkat dan kami pun bergerak menuju Pulau Babi. Dari kejauhan sudah terlihat kerumunan burung camar di satu sudutnya, wah berarti disitu banyak ikan. Tak ragu, kami pun segera menyiapkan diri dan loncat lagi. Hmm ternyata camar ga pernah bohong, benar saja, di bawah sana tersimpan ribuan ikan warna-warni yg mengagumkan, huaa kami berteriak-teriak setiap kali berpapasan dengan rombongan ikan.

Sayang waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, kami pun harus naik dan kembali ke Tanjung Kelayang. Laut yg jernih menyegarkan pandangan kami yg sudah kelelahan, di bawah sana tampak puluhan bintang laut besar bertebaran, terselip juga beberapa ular karang, duh untung tadi ga ketemu ya.

Tiba di Tanjung Kelayang, waktunya berpisah dengan Ko Acin, nah kita ternyata dapat bonus kelapa hijau masing-masing satu, segerr buanget. Tanpa berganti baju, kami menuju Hotel Bukit Berahu, disana konon pemandangan dari kolam renangnya sangat indah, yiuk sekalian membersihkan pasir di badan. Masuk Bukit Berahu, kami pun tercengang lagi, duh Belitung ini setiap sudutnya menyimpan pesona yg berbeda, gak habis-habis kami dibuat terpana. Mirip pemandangan di Hotel Bali Cliff sana, sepanjang mata akan terpuaskan laut yg membentang dengan gradasi warna yg menawan, biru, hijau, coklat. Usai berenang dan membersihkan diri (kalo ditotal hari itu kami berjemur 8 jam penuh, nyemplung 4x, no wonder kulit berubah jadi hitam), kami menikmati calamari, mie kuah dan teh hangat di restonya. Huu nendang banget.

Kembali ke hotel kami benar-benar kelelahan, tapi sore ini langit cerah, sayang kalo ga liat sunset, kami pun celingukan cari sunset di belakang hotel. Oho ternyata Pantai Tanjung Pendam tempat kami menginap ini ditumbuhi mangrove yg cukup rapat, kesannya jadi semakin dramatis. Malam itu bulan purnama tampak sangat menawan, too bad kami harus tidur cepat, karena besok kami akan pulang ke Jakarta dengan penerbangan jam 8.

Dua hari terasa sangat singkat untuk menikmati Belitung, kami tak menduga bahwa pesona alamnya begitu indah dan tak menjemukan. Siapa sangka! Hanya 40 menit dari Jakarta! We’ll be back someday. Yiuks teman, kunjungi Belitung dan jelajahi tempat indah lain di Nusantara tercinta.

June 1-3, 2007

^-^ puspita widowati

Special Thanks to :

-       Tuhan Yang Maha Esa

-       my beloving Sisca, always a nice journeymate

-       Venny for the guidance

-       Ko Acid, Ko Acin & Putra for the arrangement

-       Majalah Tamasya utk referensi tempatnya, TOP bgt..


Wednesday, May 16, 2007

My Meaningful Life

Am just an ordinary girl living in the 'big and crowded' city named Jakarta.. I believe, many people has the same story with me.. We are not alone at all..

 

Sama seperti kebanyakan orang kota, waktu saya habis dengan sibuk menata diri untuk mendapatkan karir lebih baik dipekerjaan, mengejar materi, menuntut ilmu dan hal lain yang berorientasi kepuasan fisik.. sisa waktu yg ada digunakan untuk bersosialisasi.. sedikit saja waktu untuk merenung dan membangun hubungan baik dengan Sang Pencipta..

 

Kebetulan juga, saya dikaruniai beberapa talenta oleh Sang Pencipta yang sayang sekali tidak saya maksimalkan karena selama ini hanya digunakan untuk berbagai hal yang bernama kesenangan diri..

 

Ego, sebagai anak perempuan satu-satunya dikeluarga, paling kecil, dan jarak usia yg cukup jauh dengan kakak, maunya menang sendiri, enggan mendengar pendapat orang, makin terasah didukung oleh berbagai keberuntungan disana-sini, save by the bell in any critical situation, apalagi pemahaman saya tentang agama sangatlah minim, makin lah ego terpupuk, jauh dari kegiatan bersyukur..

 

My turning back time.. was When I fall in Love..

 

Ketika si egois jatuh cinta, pada sosok yg nyaris sempurna inside out.. rintangan menghadang.. cinta yg membuat saya mau berkorban untuk orang lain, karena begitu ingin melihatnya bahagia, dengan cara yg ekstrim karena tak mau pengorbanan saya diketahui orang lain bahkan dirinya.. akting berlanjut.. tertawa riang dalam tangis, tegar dalam kekecewaan, tidak saja menipu orang lain juga diri sendiri..  

 

Pelarian pun dimulai.. dugem seminggu 2-3x.. joget naik meja? pulang pagi? biasa aja tuh… Alhamdulillah tidak sempat kenal narkoba.. akhirnya menyerah karena tetap merasa sepi di dalam segala bentuk keramaian itu..

 

Since I found You..

 

Pelarian diri berlanjut.. traveling.. tahun-tahun pertama yg jalan-jalan hanya fisiknya saja, pikiran masih melayang-layang merasa sebagai mahluk yg menderita.. kesan yg didapat hanyalah menumpuknya foto-foto saya di kota A, B, C dst.. masih berujung pada kebanggaan diri.. hingga saat pembelajaran pertama yang sedikit demi sedikit mulai mengikis ego.. saat saya mengikuti trip bersama komunitas Nature Trekker ke Ujung Kulon, siang itu dalam perjalanan pulang dari Pulau Peucang perahu nelayan yg kami tumpangi terkepung ombak yg cukup tinggi, padahal langit sangat cerah dan tak ada tanda-tanda angin bertiup kencang, tawa riang kami pun berubah jadi teriakan cemas.. saya dan beberapa teman tak bisa berenang dan tak satupun dari kami di perahu itu mengenakan live jacket.. hampir 45 menit drama ketakutan kami dimainkan, hingga saat menapak daratan banyak diantara kami yg bersujud syukur.. saat itulah saya mulai merasakan betapa saya merindukan Tuhan saya..

 

Perjalanan-perjalanan berikutnya, selalu terisi dengan tangisan.. kali ini bukan tangis ketakutan lagi, tetapi tangis haru.. haru karena hati saya mulai terbuka memaknai kebesaranNya.. bersyukur memiliki mata yg bisa saya gunakan untuk melihat, bersyukur diberi kesehatan, bersyukur diberi rejeki.. sekali lagi teruji dalam ketakutan, terombang-ambing ombak dalam perjalanan dari Pulau Penjaliran – kepulauan seribu, langit gelap, hampir semua peserta trip terkapar karena mabuk laut, saya bahkan hampir terlempar keluar saat ombak setinggi 2M menerpa perahu kami..  perjalanan ke Nusa Kambangan menyentuh sisi kemanusiaan saya, saat kami mengobrol ringan dengan seorang napi mantan pembunuh yg sangat merindukan keluarganya hingga hampir meneteskan airmata saat bercerita kepada kami..  tukang ojek di Ujung Genteng yg begitu lirih mengucap, ‘teteh sering-sering kesini ya, ajak temen-temennya juga, kalo sepi gini kita susah teh’.. hingga perjalanan ke Manado yg benar-benar membuka hati saya pada tulusnya persaudaraan..

 

Ternyata saya tidak sendirian, beberapa teman sudah mulai membawa hati dan pikirannya saat traveling untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Apalagi tempat-tempat indah di Indonesia umumnya masih alami, sedikit sekali sentuhan tangan manusia dan hanya lukisan indah Tuhan-lah yg kita temui disana.. keharuan semakin menyeruak saat menyadari jalan-jalan kita ternyata tidak hanya memberi dampak positif untuk diri kita sendiri tapi juga untuk saudara-saudara kita di tempat yang dikunjungi.. mereka senang karena diberi peluang untuk melakukan sesuatu yg bisa membantu penghasilan keluarganya, katakanlah bagi tukang ojek tadi, penyedia catering dan penginapan.. maka kami berhimpun menjadi beberapa EO, yang walaupun aktivitasnya berbeda visinya tetap sama, memberi arti bagi sesama dengan mengajak teman-teman baru menyambangi tempat-tempat indah dan menghidupi pariwisata di daerah terpencil di Indonesia, tak lupa kami mengajak juga mereka melakukan kegiatan social untuk daerah yg didatangi.. ternyata teman-teman kami pun yg notabene orang kota yg umumnya lelah dengan rutinitas hidup merasa senang juga memiliki keluarga-keluarga baru.. inilah kepuasan jiwa, melihat orang lain tersenyum dengan tulus..

 

Sedekah Pembuka Pintu Hati

 

Bagaimanapun dari sedekah inilah Allah mulai memberi pengalaman-pengalaman jiwa yg beragam.. kini yg kami belajari adalah hati yg memberi.. sedekah bukan milik para pejabat atau pengusaha yg berkelebihan saja tetapi milik siapapun yg punya hati dan empaty.. bisa berupa bantuan fisik, tetapi ternyata bantuan psikispun sangat diperlukan.. menyediakan waktu mendengarkan teman yg lagi curhat itu juga sedekah lho.. satu pengalaman batin yg membuat saya terharu adalah kepercayaan dan dukungan teman-teman pada kegiatan ini, pada peristiwa banjir kemarin awalnya saya hanya mau mengirimkan masakan saya untuk korban banjir, karena bingung harus kemana jadi saya menanyakan pada beberapa teman, alih-alih memberi jawaban mereka malah nitip dana untuk sekaligus dibelikan sembako, akhirnya saya, Mira dan Nuning kewalahan karena dalam 30 menit saja dana yg terkumpul banyak sekali dari 10 teman kami.. Subhanallah.. sesungguhnya kita hanya perlu punya niat baik, dan sisanya Tuhan yg mengerjakan..

 

90:10

 

Saya pernah membaca sebuah artikel tentang 90:10, penulisnya mengatakan dalam setiap kegiatan yg dilakukannya 90% adalah apa yg dilakukannya, tapi ternyata dari 10% porsi Tuhan saja bisa mengubah apa yg diinginkan si penulis itu.. ketika itu saya setuju pendapat si penulis, hingga suatu hari seorang teman justru bilang bahwa apa yg terjadi pada dia adalah sebaliknya 10:90 karena dia merasa dirinya tidak kompeten tapi bisa mendapatkan sesuatu yg lebih dari kemampuan dirinya..

 

Saat ego dan kesombongan sudah luruh, saya ikut menyetujui pendapat teman saya.. iya juga ya, secara kita cuma berniat baik saja malaikat sudah mencatat, selanjutnya memang Allah yang melakukannya, fisik kita hanyalah media yg dipinjamkan.. ketika kita mengulurkan sesuatu dengan tangan kita, Allah-lah yg menggerakkan tangan itu, rejekinya yg kita ulurkan juga dari Allah,  otak yg kita gunakan untuk berpikir mencari rejeki itu juga milik Allah..modal kita cuma niat.. even dalam beribadah, niat berpuasa kita sampaikan pada malam sebelumnya, esoknya Allah memberikan tenaga untuk kita bangun, memasak, makan dan menahan lapar seharian penuh, termasuk makanan yg kita makanpun rejeki dari Allah..

 

 

--- kisah ini juga yg saya ceritakan pada pendengar setia Radio Pesona 103.8 FM, pada acara tentang kajian hidup yg bermana, yg dibawakan oleh Bp. Wisnu Prayudha, pada hari Senin tgl 28 May 2007 jam 08.00-09.00.. --

 

Apa yg saya tuangkan disini InsyaAllah atas ijin Allah, bukan untuk riya atau pamer, tapi untuk memotivasi teman-teman yg tengah mencari cinta Illahi..  Allah masih mau menyayangi saya, memberi kesempatan kedua setelah semua kenakalan saya, pasti Allah juga menyayangi teman-teman..

Alone and Lonely

 Apakah yg salah untuk suatu status kesendirian?
Kenapa kesendirian itu dianggap begitu memalukan untuk banyak orang?'
 
Hingga seorang teman saya membatalkan datang ke pesta pernikahan sahabat baiknya hanya karena tak punya gandengan, lelaki in this case. 
 
Tapi Allah memang selalu punya jawaban, ditengah tanda tanya Allah gave me pemandangan luar biasa which I believe will change my mindset forever, just simple sih, gara-gara ngeliat prosesi pemakamannya Alm Bpk. Matori yg dishoot close banget oleh para reporter TV terutama saat jenazah beliau yg dibalut kain kafan ditidurkan di dalam lubang yg sempit itu. Walaupun pemandangan ini biasa banget disuguhin di sinetron pintu hidayah, hikayah dan sejenisnya tapi mungkin selama ini saya cuma ngelihat adegan itu dengan mata dan bukan dengan hati. So, melihat seksama pemakaman Bp. Matori itulah saya jadi terhenyak.. pikiran saya langsung mengembara dan sibuk berdiskusi sendiri..
 
..firstly dampak fisik dulu..
"Ya ampyuuun, lubang utk bobonya cuma sekecil itu kah nanti, huaa sempit amat, padahal berapa lama kita kudu bobo disitu, ga tau kan berapa lamanya, dingin pula, sendirian pula.. huhu"
 .. secondly dampak psikologis..
"ahh ntar kan ruh kita sudah berpisah dari raga, fisik kan memang bakal ancur, tinggal ruh aja yg bersisa, dan kondisi ruh tidak terkait dengan sempitnya lubang itu tadi..",
oh oke deh.. but next..
"tetep aja judulnya ruh itu bakal sendiri, apalagi pas ditanya-tanya malaikat itu, sendirian lhow jawabnya.. ga ada pilihan 50:50 or phone a friend pula.. huhu ntar kalo ga bisa jawab gimana, trus kalo dirajam sendirian gitu donk nanggung sakitnya.. "
dan segala macam pertanyaan miris lainnya.. mengembara lagi..
"huhu di dunia sih masih ada keluarga, masih ada temen, masih ada kerjaan dan kesibukan lain.. ngerasa kesepian bisa ngafe, karaoke, nonton bola, or ngeriung ikut pengajian.. rame khan tuh..  tidur-tiduran bisa sambil baca buku, jilat-jilatin coklat n dengerin mp3.. tapi kalo di dalam kubur, sendirian, gelap, menunggu dalam ketidakpastian hingga saat pengadilan tiba.. hiii sewremm"..
akhirnya isi doa shalat malam saya pun berubah jadi begini..
"Ya Allah, ita serahkan kepadaMu kehidupan di dunia ini dan atributnya, aku minta yg terbaik saja menurutMu Ya Rabb.. tapi boleh yaa ita minta ditemenin sama malaikat dan bidadara di kubur nanti, ga mau sama kecoa, takutt.. Ya Allah, trus kalo tabungan amal ibadah ita belum cukup, semoga bisa tercukupi oleh doa orang tua ita, doa kakak-kakak, doa teman-teman untuk ita, doa mereka yg pernah mengucapkan terima kasih dgn tulus, doa binatang-binatang yg pernah ita sayangin, doa dari pohon-pohon yg pernah ita siramin, dan doa anak-anak kecil yg polos yg pernah Kau buat tersenyum saat mereka bersamaku.. amiinn.."    
 
mengarungi laut... saat hanya ada kita dalam kapal nelayan tradisional.. sepanjang mata memandang hanya ada lautan biru tiada bertepi dan langit putih biru kelabu luas membentang.. tak bisa ada kesombongan disana.. luruh sudah dalam pasrah dan doa yg dipanjatkan hamba-hamba pada Sang Khalik... bermain di lautan.. ombak menyeret semua kesombongan dalam ketidakpastiannya.. saat pasrah ada di dalam dada, mahluk-mahluk laut nan indah pun menyambut kehadiran kita, bermain untuk membuat kita tersenyum..
 
saya tak bisa berenang, mencintai lautan tapi sangat bergantung pada live jacket.. untuk di dalam kubur nanti, di tempat yg gelap dan sempit itu, saya juga pasti butuh live jacket.. konon menurut para Ustadz ialah doa, zikir dan amal baik selama di dunia.. semoga kita bisa masuk dalam golongan orang-orang yang dilindungi dan bukan termasuk mereka yg sesat.. amiinn..
 
 ita - 14 May 2007 -

Monday, April 30, 2007

G4S Sales Training HKG




Another gift from my boss, joining the sales training at Group4Securicor - HKG.. I had a great time.. with lots of new lovely friends.. Mark, thanks for the treat, I respect you as a great team leader and loveable guy ever.. Joyce, Anita, Iris, Antonia, Clara, Bellina, YF, Frank, thanks for all your kindness.. Thomas, Tambrin, Vincent, Wendy, thanks for a great moment.. Milly, you are really a generous lady, love you Mom.. Apri, thanks buat segala kelucuan itu.. dapet salam dari Chong Hing :-D

Friday, April 20, 2007

G4S Singing Contest - Hong Kong

 
 
-- from rehearsal, greeting on stage, to performance--

20 April 2007 – gw berdua Apri nyangsang di Hongkong, buat acara G4S Regional Singing Contest, pesertanya 16 org dr 8 negara.. di Gordon Wu Hall - BP International Hotel yg gede bgt serasa lagi konser di JCC bo.. hampir semua nyanyi lagu Cina, slow pula.. n kita berani beda dunk.. kostum paling heboh (hasil ngaduk-2 koleksi kostum tari bali n Apri berblangkon ria) plus gaya selangit.. cuma kita yg pake joget.. gw bawain 'Bubuy Bulan', keluar deh tuh semua cengkok n ilmu tari jaipong-bali-jawa hasil belajar waktu kecil duluw.. while Apri bawain 'Cucak Rowo', ga kalah hebohnya.. pemenangnya cowo semua, 1st winner d charming guy from Macau -James- yg suaranya n mukanya Andy Lau banget.. walau ga menang yg penting boss bilang well done.. n kita disalamin banyak orang lhow..kata jurinya most entertaining.. ya iyalah Indonesia gitu lohh.. negeri kita kan kaya budaya toh, biar dunia luar tau Indonesia itu bukan cuma exportir TKI, teroris n kaya bencana aja.. yiuuuk marii..

 -- with PD G4S Indonesia, Martyn and Chris Wright --

   -- with G4S Asia Regional Head Mr. Ted Deveraux  --
 -- with some of female contestant --

- special thanks to Inge for the arrangement, my coleagues Novita-Rizaldi for the support, my best friends Sisca-Eny Rus-Rifqy buat doanya, cici Mira buat sepatunya, my Jenusers friends selaku pengajar vokal gue hehe .. love you all -

Sunday, April 8, 2007

[Journey] Negeri Indah itu Bernama Minahasa

[gara-gara Jelajah TransTv ngebahas tentang Manado, jadi inget trip kesana tahun 2005 lalu, berdua Sisca, berbekal peta dan bocoran info tempat wisata dari website, juga nomer telpon Mba Sisil n Paul]

 

14 August 2005 - Tinutuan & Boulevard

 

‘Selamat datang.. selamat datang’.. begitu deh kira-kira sambutan dari deretan nyiur melambai yang menyapa sejuk mata kami bahkan saat pesawat belum mendarat di negerinya paman Sam [Sam Ratulangi maksudna].. hmm rayuan pulau kelapa banget.. its really relieving after 3 hours flight..

 

Sesampai disana sudah menjelang siang, langsung menuju rumah keluarga Sembiring di Komo, menemui mba Sisil yang langsung mengajak kami mencicipi Bubur Manado tidak jauh dari rumahnya yang disajikan bersama bakwan Nike  [sejenis ikan seperti teri, katanya sih cuma ada di Manado].. wah uenak bangett, secara masih jet lag gitu n disuguhin bubur hangat dan nike yg gurih.. welcome drinknya nutrisari segar.. hmm mak nyuss..

 

Setelah istirahat siang hingga sore [hehe kebo banget ya, secara kamar yg disediain mba Sisil buat kita standard hotel banget getu] .. sore hari kita berdua iseng jalan-jalan naik angkot ke pusat kota, wah angkot disana heboh banget, kek diskotik jalan, secara speakernya 6-8 bo, sakhing kerasnya keknya supirnya jadi rada budeg gitu, kalo penumpang mo turun kudu pencet bel.. kocak ga seeehh.. malamnya bang Simon [yg waktu itu menjabat KaKanDaTel Telkom Manado] n keluarga ajak kita ke kawasan Boulevard tempat favoritnya anak nongkrong Manado, makan di mega mall n cuci mata liat toko-toko pakaian yg modis banget dagangannya..

 

15 August 2005 - Snorkel @ Bunaken

 

Pagi-pagi kita bedua udah nangkring di dermaga belakang hotel Celebes, menanti Pak Jalil pemilik kapal yang direferensikan oleh Tieke teman kami.. setelah negosiasi beberapa saat, dapatlah kami sewa kapal yang cukup murah (murah coz itu kapal gede banget muat deh 30 orang, n cuma 300ribu aja sewa dari pagi sampai sore).. menunggu sejenak, datanglah Paul - brondong maniz ponakan sahabatku Andrey yg memang dipesan Andrey untuk nemenin kita jalan-jalan disana.. yiuukk..

 

Berlayar dua puluh menit saja, tapi mata kami sudah tersegarkan dengan pemandangan indah gunung di pulau Manado Tua yang menghijau tampak kontras dengan birunya laut.. dan tibalah kami di Taman Laut Bunaken.. berdecak disana nganga disini.. alamak dari atas perahu aja kita bisa lihat ikan warna warni di bawah sana.. tanpa menunggu hitungan ke-5 gw n Sisca langsung memasang alat snorkel, live jacket dan menceburkan diri berbaur dengan ikan-ikan cantik itu.. kami masih dapat melihat jelas di kedalaman 10 meter terumbu karang yang bentuk dan warnanya beraneka ragam, ikan-ikan berwarna biru-orange-perak dan beragam mahluk laut lainnya.. andai gue bisa diving, hiks hiks.. kami terus berenang menuju arah daratan, hingga kedalaman 3 meter ikan dan terumbu karang cantik masih dapat ditemui, tapi semakin dekat daratan karangnya tajam-tajam membuat baju kami tersangkut.. secara jarum jam sudah menunjuk angka 1 siang, perut sudah lapar, kami pun bergegas kembali ke kapal, menuju dermaga Pulau Bunaken dan memesan makan siang ikan bara laut yg dibakar disalah satu resto disana, lezat banget apalagi dimakannya pakai sambal dabu-dabu, trus sambil nikmatin angin cepoi yg bertiup lembut..

 

[sayang deh tempat seindah Bunaken ini tidak didukung fasilitas wisata umum yg memadai, pulaunya kesannya kotor, wc di resto aja berantakan, mungkin cuma di resort yg mahal aja yg rada bersih yak L, mudah-mudahan sekarang udah better deh]

 

Usai melihat-lihat souvenir dan ngeborong kalung dolphin yg dijajakan, cita-cita mau lanjut snorkel lagi di sekitar pulau Siladen, sayang pas kapal menuju kesana arus ombak terasa makin kuat, Pak Jalil pun menyarankan agar kita kembali saja.. hiks padahal dah kebayang-bayang deh indahnya laut Siladen.. tapi no problemo.. tetep aja kita ceria gumbira bercanda sama Paul n awaknya Pak Jalil yaitu Simbar dan Jemmy.. toh esok hari masih ada acara jalan-jalan lagi..

 

16 August 2005 – Tomohon, Danau Tondano, Bukit Kasih, Danau Linow

 

Dengan menyewa angkot milik Ato rekan Paul [lengkap dgn speaker bombastisnya] dan ditemani oleh Paul, Ato, Audi dan Nathan [teman Paul dari Amurang], seharian kami berkeliling ke daerah Tomohon dan sekitarnya..

 

Pemandangan pertama yg kami temui adalah vihara Ekayana, tempat ibadah umat Budha berbentuk pagoda yg berdiri megah setinggi 20 meter, berwarna kontras diantara kehijauan alam sekitar, berhadapan dengan gunung Lokon yg menjulang angkuh dibalut awan putih dipayungi langit biru.. glekk..

 

Lanjut ke Danau Tondano, dibuai pemandangan sepanjang jalan yg asri sekali, sawah menghijau disana-sini, lagi lagi deretan pohon kelapa turut menghiasi.. wah ternyata Danau Tondano luas banget yaa, sampe cape berdecak kagumnya n berhenti futu-futunya.. lanjut ke Bukit Kasih di desa Kawangkoang..

 

Cukup jauh juga lhow Bukit Kasih itu, melewati beberapa desa, diantaranya desa Polutan yg terkenal dengan hasil kerajinan keramiknya, juga goa peninggalan Jepang yg konon dulu digunakan untuk menyimpan makanan dan obat-obatan milik pasukan Jepang.. melewati juga tempat pemandian air panas Kinali.. tapi kita ga tergoda mampir.. tiba di Bukit Kasih, kami beristirahat sejenak menikmati jagung yg direbus di air belerang, manis dan anehnya ga berbau belerang lhow.. plus pisang goreng.. n sambal roa.. yummy.. tenaga mulai kumpul, dan kami pun mulai menaiki anak tangga menuju puncak Bukit Kasih dimana terdapat 5 rumah ibadah dari 5 agama.. istirahat sebentar futu-futu sambil meluruskan betis yg terasa ketarik-tarik n melonggarkan nafas yg mulai tersengal.. hua gimana pegelnya kalo manjat tembok Cina ya.. tapi semua lelah itu terbayar dengan pemandangan indah di puncak Bukit Kasih, Tomohon nan permai, nyiur melambai, sawah keemasan, dan danau tondano yg tampak seperti permadani hijau keperakan.. belum lagi dibelai-belai sama sejuknya angin dingin yg bertiup lembut [padahal siang itu matahari lagi lucu-lucunya].. puas istirahat diatas, futu-futu di gua Maria dan salib gede yg kemarin kelihatan jelas banget dari pesawat, kami menuruni anak tangga untuk melanjutkan perjalanan ke Danau Linow..

 

Terletak tidak jauh dari Bukit Kasih, tepatnya di desa pertama belok kanan setelah gereja yg paling besar, terus aja ikutin jalan.. Danau Linow ini ga terlalu besar tapi karena airnya air belerang jadi bikin unik coz permukaannya warna-warni, sore itu tampak hijau berkilauan, konon di pagi hari warnanya lebih variasi lagi, ada kuning, hijau, biru.. wow seperti di negeri dongeng, apalagi diapit bebatuan kapur berwarna putih ditepiannya, dan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi disekelilingnya.. [mirip Kawah Putih di Bandung, tapi yg ini lebih luas dan mempesona].. disana sini tampak kawanan burung bangau bercengkerama dengan asiknya..

 

Sore terasa cepat, tampaknya kami tak akan sempat mampir ke Kali waterfall [secara menuju kesana harus trekking 3Km gitu deh].. akhirnya kami memilih menunggu sunset di kawasan Boulevard, sambil menikmati bakso kuah.. merinding aku saat melihat si orange bulat itu turun perlahan ditelan garis pantai, dihiasi bayang beberapa perahu kecil yg santai melintas.. dramatis bangett.. sementara keempat teman baru kami tampaknya sudah bisa merasa nyaman setelah seharian jalan bareng, kami berenam bercanda riang gembira menutup hari saat senja mulai turun..

 

17 August 2005 – Celebrating Independence Day with Cute Tarsius @ Tangkoko Forest

 

Merdekaa !! teriak Sisca dengan semangat pagi itu, walaupun kami berdua masih tergolek lemas di tempat tidur.. kaki sakit semua hasil manjat Bukit Kasih kemarin.. hihi.. untunglah mata langsung terang usai menyantap ikan goreng plus sambal dabu-dabu buatan mbak Garda (pembantu mbak Sisil).. apalagi dihibur tontonan karnaval anak-anak yg melintas di jalan raya depan rumah..lengkap dengan sepeda hias dan pakaian tradisional.. wah lutuna, langsung deh jeprat jepret sambil ketawa ketiwi liat tingkah laku anak-anak itu, ada lhow yg jalannya grooming banget kek keluaran sekolah model tapi kok sambil garuk-garuk, mungkin risih sama bahan bajunya yah..

 

Waktu makan siang, mbak Sisil mengeluarkan ide briliannya, secara Bang Simon dinas ke Makasar n anak-anaknya [Ina dan Ido] pingin jalan-jalan.. horew! Kita diajakin ke Tangkoko Forest untuk liat Tarsius.. rejeki ga boleh ditolak donk.. jam 3 sore kami pun berangkat ke Tangkoko.. perjalanan kesana ternyata cukup jauh juga 1.5 jam dari Manado, sumpah kalo ga diantar Michael supir keluarga Sembiring kita pasti nyasar.. setiba di kawasan cagar alam, kita diantar pemandu setempat menuju kawasan pepohonan yang digemari Tarsius, trekking dengan sedikit berlari +/- 1 Km, karena si mungil ini terlihat hanya sebentar saja menjelang senja..

 

Lagi-lagi kami beruntung.. tidak lama menunggu, primata terkecil di dunia yang konon hanya ada di Sulawesi Utara menampakkan diri di pepohonan besar tidak jauh dari tempat kami berdiri menanti.. ada lebih dari 6, sepertinya satu keluarga, tapi yg lain sangat pemalu dan akhirnya ngumpet lagi, yg 2 sepertinya golongan pede jadi santai aja ga perduli jadi tontonan.. beberapa kali pemandu memberi umpan belalang santapan favorit tarsius agar mereka mendekat.. dan beruntungnya aku, salah satu dari mereka meloncat ke ranting yg ada tepat diatas kepalaku, hingga aku bisa mendapatkan foto si imyut ini dari jarak yg cukup dekat.. kewrenn.. malam terasa mencekam saat kami meninggalkan hutan, pohon-pohon besar memberi bayangan yg menakutkan pada sinar senter kami.. hiii kaburrr.. hari indah ini kami tutup dengan makan di Restoran Sukur di daerah Bitung, makanannya enak, tempatnya nyaman, tapi sama seperti umumnya restoran di tanah paman Sam ini kita kudu sabar coz nunggu makanannya luammmaaa buanget..

 

18 August 2005 – Hidden Waterfall, Sunset @ Moinit, Stars @ Lopana, Lovely Family, Lovely Friends, Lovely Food -

 

Hari ini jadwal kami mengunjungi keluarga Paul di desa Lopana, Amurang. Bertemu Paul di Pusat Kota dan naik bis ukuran sedang dari terminal Malalayang. +/- 1 jam perjalanan, melewati resor Tasik Ria, laut biru, sawah hijau membentang, gunung, dan tentu saja pohon kelapa berjejer menawan disepanjang jalan membuat aku dan Sisca tak henti bernyanyi riang lagu-lagu bernuansa kebangsaan pede banget berasa suara bagus (while penumpang lain tidur semua hihihi..). Hingga akhirnya kami tiba di rumah d’ Walsen di Lopana yg tepat berada di pinggir jalan Trans Sulawesi, disambut papanya Paul - Om Maurits yg begitu humoris dan bugar diusianya yg sudah 82 tahun juga mamanya Paul - tante Alce yg sangat lembut dan ramah. Ternyata keluarga ini memang sangat welcome sama pendatang, tak heran rumah mereka sering diinapi traveler dari berbagai bangsa.

 

Siang itu Paul dan teman-temannya [ber-7 bronis semua bo] mengajak kami bermain ke air terjun di hutan belakang rumahnya. Hmm seru banget, secara lewatin ladang dan hutan yg jalan setapaknya perlu ‘diberesin’ dulu sama Paul n friend pake golok dan pisau.. hihi serasa syuting petualangan liar deh.. nyebrang sungai (mereka nyebutnya ‘koala’) beberapa kali.. dan akhirnya tiba juga di air terjun.. kewren.. [pantes sepupu Paul yg juga artis beken, Marcelino bangga banget ama tanah tumpah darahnya Lopana ini termasuk air terjunnya].. n ternyata mamanya Paul bawain kita rantang gede 5 tingkat berisi lauk pauk segambreng plus nasi yg dibungkusin.. huaaa tante Alce, we love you dueeh.. nikmat banget, secara masakan tante Alce uenak banget, nasinya masih hangat, plus makannya bareng temen-temen baru yg asik, sambil mandangin air terjun n nyelupin kaki ke air sungai yg sejuuk bangett… tapi endingnya dunk, Paul ngajakin kita pulang lewat tebing disisi air terjun dengan cara manjat akar pohon.. gue langsung melotot secara curam bo medannya, udah kebayang deh tuh licin banget.. tapi kayaknya kudu dijajal niy.. apalagi Paul ngeyakinin kalo we’ll be save with the 7 boys.. oke deh yiuk mari..perjuangan banget [mengingat waktu itu gw lagi gendut, almost 60 kilo bo] alhasil gue teriak-teriak terus sepanjang manjat, sekali nyangkut sampe kudu didorong sama Ato n ditarik Nathan.. pas nyampe di atas rasanya ruarrr biasa, kalo celinguk ke bawah rasanya ga percaya banget kita abis ngelewatin jalanan itu..

 

Sore menjelang, Paul ngajakin ke Pantai Moinit [tulisannya bener ga ya, secara kata Paul ini bahasa Belanda yg artinya ‘ga bagus’].. naik angkotnya Ato, lewatin jalan Trans Sulawesi yg menuju Gorontalo.. eh ketemu jembatan goyang yg rupanya merupakan bangunan gagal, salah konstruksi hingga pas kehempas arus sungai yg deras jadi ga beraturan bentuknya.. lewatin ladang jagung dan kelapa, perkampungan nelayan, dan tibalah kami di pantai yg sepi buanget.. ih sapa bilang ga bagus?! langsung deh kita berdua foto-foto dgn kostum merah putih yg emang niat banget kita siapin dari Jakarta.. bercanda cela-celaan, foto-foto [bronies-2 ini banci foto juga ternyata, ck ck ck oh dunia].. langit pun seakan ikut riang melihat kita, dihiasi awan berarak indah saat matahari terbenam..  huaaa.. sampe cape gue nganga terus hari itu..

 

Dan Pesta belum berakhir, usai dijamu makan malam yg super mewah masakan tante Alce (ayam kampung goreng, ikan bakar, dabu-dabu, roa, gulai sapi, babi panggang –Sisca banget deh-, n dessertnya klappertart made in Tante Alce yg tiada duanya).. another surprise, Tante Alce udah nyiapin 2 loyang klappertart utk kami bawa pulang ke Jakarta.. duh terharu banget.. rupanya cowo-cowo pun udah nyiapin pesta buat kami, naik angkot Ato lagi kami diajak ke pantai Lopana yg malam itu terasa hommy banget, ga ada ombak, angin lembut membuai, langit penuh bintang, dan kerlip pelita dari perahu nelayan berpendar memantul di air laut.. gue n Sisca berasa lagi mimpi.. Adi dan Audi memetik gitar, menyanyi lagu Manado dan lagunya Tantowi Yahya yg liriknya diubah paksa jadi mesum.. akhirnya kami berdua batal ngelamun romantis, jadinya malah tertawa tergelak bersama mereka.. pestapun usai tepat jam 12 malam..

 

19 August 2005 – Lembeh Straits, Serena Island, Bitung

 

Dari Amurang, kami bertolak ke Bitung, masih menumpang angkot Ato, ditemani Paul-Ato-Audi dan Nathan, dibekali nasi dan lauk pauk oleh Tante Alce, juga kelapa hijau hasil kebunnya keluarga Walsen, serta kenang-kenangan dari Om Maurits berupa kerajinan daun kering buatannya dan beberapa tulisan beliau yg dimuat di Manado Post.. sedih juga harus berpisah dengan keluarga yg ramah tamah ini..semoga Tuhan membalas budi baik mereka, melindungi mereka, memudahkan semua jalannya, amiinn..

 

Perjalanan Amurang-Bitung ditempuh dalam waktu 2 jam, super ngebut deh.. Tiba di Bitung, Eka (teman kuliah Paul di FH UnSrat) sudah menunggu, mengantar kami ke pelabuhan Bitung (yg ternyata terbesar di Sulut ya), bernegosiasi dengan pemilik kapal, dan akhirnya berlayarlah kami ber-7 berputar di Selat Lembeh.. asik banget.. naik ke atap atau duduk di ujung menjulurkan kaki ke depan, sambil melambaikan tangan ‘sok akrab’ setiap berpapasan dengan perahu lain, apalagi kalau ketemu anak-anak SD yg baru pulang sekolah.. iri banget gue ngeliat Sisca yg snorkelan ditemenin Nathan dan Eka, duh this ‘woman thing’ bener-bener ga bisa diajak kompromi, unless laut Lembeh bisa berubah jadi laut Merah.. basi.. dengan cerianya Sisca cerita ketemu nemo n ikan zebra, lihat karang warna warni – oranye, kuning emas, hijau brokoli- ikan layang warna emas dan perak, serta bintang laut biru..

 

Saat matahari sudah diatas kepala, waktunya membongkar bekal dari Tante Alce, makan siangpun kami nikmati sambil terombang-ambing di atas perahu.. lanjut, mampir di Pulau Lembeh tepatnya di penangkaran ikan letter six yg cantik banget dengan warnanya yg biru menyala.. kemudian kami mampir di pulau kosong bernama Pulau Serena, pasir lembut berwarna creamy, tebing terjal dan goa-goa alam mirip puri di negeri dongeng.. demi foto, dengan semangat kami menyeruak masuk ke goa,ternyata bebatuan di dalamnya tajam kayak ada durinya hingga kami harus bergantian oper-operan sandal untuk melewatinya.. dasar banci kamera.. duduk beristirahat di pasir lembut, kami berdua melongo melihat Audi yg cekatan banget menebas kelapa pakai golok dan membuat sendok dari batok kelapa.. bagai sulap, kelapa pun siap tersaji.. Nathan dan Eka lanjut dengan acara snorkeling [ga lupa gue nitip kamera utk mereka fotoin pemandangan indah di bawah sana].. tidak jauh dari tempat kami duduk, tampak gerombolan ikan sembilan membuat formasi khas.. hihi kewren..

 

Lanjut ke sebuah pulau [lupa namanya] pokoke ada sumber air tawarnya gitu deh.. ketemu dengan rombongan diver yg lagi istirahat sambil bakar ikan.. I wish yah, bisa ngedive.. konon Selat Lembeh ini pemandangan laut dalamnya luar biasa lhow, walaupun dari atas terlihat gelap, tapi mahluk lautnya unik dan beragam, surganya diver banget deh Lembeh ini.. trus kita ngintip juga pulaunya Pak Milton [mantan pejabatnya Sulut], wah rumahnya keren banget.. hingga akhirnya tiba saat untuk kembali ke pelabuhan Bitung..

 

Mampir di rumah Eka, kami dijamu lagi dengan ikan bakar dan dabu-dabu.. duh keluarga di Minahasa ini ramah-ramah sekali dueh, jadi ga enak hati kita makan melulu kerjaannye.. kembali ke Manado, kami bernyanyi sepanjang jalan dgn musik ekstra keras.. malam ini kami harus berpisah dgn d’ Lopana Boys.. sedihnya.. we’ll meet again one day yahhh..

 

20 August 2005 – Reunion with a Friend, Biapong, UD Kawanua

 

Hari terakhir di Manado, kami bertemu sahabat lama temen kerja di PTSI – Jully Ngantung [yg keluarganya punya resto gode di deket bandara Samrat n Quality Hotel yg lagi dibangun itcu..], Jully menemani kami belanja oleh-oleh di UD Kawanua, beli biapong (bapau babi) titipan nyokap di Jl. Wayang yg ngetop banget, n jajan mie cakalang & es kacang merah di restoran ‘Smile’..

 

Usai kangen-kangenan sama Jully, kami pun kembali ke rumah keluarga Sembiring, packing terakhir, kiss bye sama mbak Sisil, Ido , Ina dan Mbak Garda.. diantar Michael ke airport, tak lupa mampir dulu ke bakery Shella langganan Mbak Sisil, wah ternyata kami dapat hadiah lagi, another klappertart seorang seloyang.. huaaa thanks Mbak..

 

Back to Jakarta, Back to Reality.. But its really a gift –the sweetest gift- from God for having wonderful trip like this.. we call it A Blessing Trip in A Blessing Land..

 

--- Puspita Widowati * 7 April 2007 ---

futu-futu Manado di ://chickenduck00.multiply.com/photos/album/8

 

 

- sejujurnya gue heran, kenapa temen-temen gue yg punya darah Minahasa, even yg imported langsung dari Manado (my ex-, Tieke, Jully, Ribka) ga pernah ngomporin kita untuk jalan-jalan ke negerinya yg indah.. ga pernah cerita kalo bumi Minahasa tuh indah banget.. pas kita ada niatan kesana, korek-korek info teteup juga datar aja ekspresinya.. padahal kalo bukan putera daerah yg promosiin daerahnya, siapa lagi gitu loh.. Andrey lagi, udah nyambangin gunung mana aja tapi malah ke daerah asal leluhurnya belum pernah..gimane siy-

 

Monday, April 2, 2007

[Journey] Truly a Wet Holiday, Citarik-Ujung Genteng, March 07

Ujung Genteng memang punya story khusus buat JeNus (aku-leo-ajenk-nana), coz disinilah kami pertama bertemu n menyatukan visi kegeloan kami tepat 2 tahun lalu, tgl 11 Maret 2005. Long weekend minggu lalu (17-18 Maret 2007) kami merayakan second anniversary di tempat yg sama dengan mengajak serta 15 teman lainnya… It’s truly a wet holiday, wet sensation down the river to the sea.. as is our advertisement J

 

Sabtu pagi itu kami berangkat dari Tebet sekitar jam 06.30 langsung menuju basenya Arus Liar di Cikidang. Perjalanan sedikit molor karena beberapa kali berhenti untuk memenuhi panggilan alam n futu-futu. Akhirnya jam 10.30 rombongan mulai mendayung, mengarungi jeram-jeram cinta di sungai Citarik. Lots of fun ditemani hujan rintik. Ira terlempar keluar saat melewati jeram kedua, while sisca n fitri justru menceburkan diri dengan suka rela. Sesampainya di Pelabuhan Ratu, ternyata mereka sangat kelaparan dan semua makanan yg tersedia pun dilahap licin tandas.

 

Istirahat sejenak, rombongan melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Saking lelahnya sebagian besar tertidur di bis, dan sebagian lagi sibuk menggasak perbekalan, pisang dan manggis yg sempat kami beli di pasar Pelabuhan Ratu pun habis tak bersisa. Tiba di penginapan di Ujung Genteng ternyata sunsetnya tertutup awan, hikkss hiks.. untung ada pisang goreng yummy yg hadir menghibur ;-p ..

 

Usai mandi n makan malam, ternyata para ojekers sudah berkumpul siap mengantar kami ke Pantai Pangumbahan melihat penyu bertelur. Ojekers di Ujung Genteng ini luar biasa, jago banget menaklukan medan pasir-sungai-laut walaupun motornya bebek dan bukan motor trail. Mau ga mau para cewek pun terpaksa berpegang erat, udah ga inget lagi deh urusan bau wangi jaketnya si mamang. Tiba di Pangumbahan, tak lama menunggu kami sudah dapat melihat seekor penyu hijau yang habis bertelur. Untuk melihat penyu ini kita tak boleh ribut dan tidak boleh ada cahaya, dan kita juga tidak boleh mengganggu saat mereka baru naik ke darat hingga saat mereka selesai bertelur dan mulai menimbun pasir.

 

Sedih juga melihat perjuangan penyu ini, bayangkan betapa setianya mereka pada tanah air tempat mereka dilahirkan, walaupun bertahun-tahun mereka menjelajah samudera tapi saat tiba masa bertelur mereka akan kembali ke tanah airnya. Kira-kira kita yang terlahir sebagai manusia Indonesia bisa setia seperti penyu-penyu itu gak yah sama tanah air kita? Lebih sedih lagi saat melihat tetesan air mata penyu itu usai bertelur, entah berapa telur yang dapat selamat, menetas dan bertahan hidup hingga besar? Alam dan tangan manusia kerap kali membinasakan mereka. Telur dan dagingnya diburu oknum-oknum tak bertanggung jawab, diperjual belikan sebagai hidangan mewah. Kadang mereka pun mati sia-sia karena terjerat jaring nelayan yang tertanam di lautan lepas. Penyu Hijau di Ujung Genteng termasuk spesies langka, mari kita bantu melestarikannya agar kelak anak cucu kita masih dapat melihat mahluk cantik ini.

 

Sambil menunggu penyu yang lain naik ke darat, kami menikmati malam di Pangumbahan. Merebahkan diri di atas pasir lembut, ditemani pisang goreng, menikmati angin sepoi dan menatap langit cerah bertabur bintang. What a life! Wow banyak sekali bintangnya dan tampak sangat dekat, entah rasi apa aja.. (jadi inget bintang-bintang di dermaga pulau peucang deh). Satu-dua- wow! Lima !! bintang jatuh yang aku lihat. (sayang ga sempet make a wish, secara otaknya masih terisi penyu oh penyu..).. Hampir tengah malam saat kami menyerah dan memutuskan pulang.. tampaknya sekarang semakin sedikit saja penyu yang nampak, entah karena habitat alam Ujung Genteng yang sudah tak nyaman bagi mereka, atau semakin berkurangnya populasi spesies ini.

 

Tiba di penginapan kami masih sempat berkumpul lagi, ngobrol cekikikan sambil mengunyah jagung dan kacang rebus plus bandrek hangat. Ternyata ABG kita Arfan memecah rekor, kalem banget, tau-tau udah tiga jagung lenyap tak bersisa..  Udah kenyang, baru deh bobo.. zzz

 

Cita-cita mo bangun jam 5 pagi, nguber sunrise di muara pelelangan.. ternyata dini hari itu hujan deras mengguyur, ga mungkinlah sunrisenya muncul.. jadilah tarik selimut lagi, ngelanjutin mimpi.. Bangun-bangun jam 06.30 saat diberitahu bahwa sarapan sudah siap.. dasar perut karet semua!!.. Usai sarapan ojekers sudah berbaris rapi di depan penginapan, pagi ini kami kembali berojek ria untuk bermain pasir di pantai Cipanarikan dan Pangumbahan.. Cipanarikan ini agak berbukit (mirip Dreamland Beach Bali) hingga kita pun harus hiking pakai ojek.. brem brem.. huaa serem euyy.. tapi perjuangan kita mempertaruhkan pantat hingga tepos dan perut kaku kegelian terguncang-guncang sepadan dengan pemandangan indah yang terlihat.. “ it’s cool, awesome..” gitu deh komentar Irene, the Philipinos girl yang ikutan kita.. langsung deh semua berlarian menuruni bukit pasir dan bermain ombak.. psst ada couple lagi bikin prewed session, godain yuukk.. tapi keknya mukenye pada jutek-jutek niyy… ah masa kita  kalah, jadilah prewed versi Merlyn-Taufik n Sisca-Taufik.. narcis banget.. pokoke ga ada yg diperbolehkan foto sendirian.. pasti aja ada perusuh di kanan kirinya..

 

Belum puas bermain ombak, hujan deras disertai angin kencang mengguyur kami semua, neduh sebentar tapi apa daya badan udah terlanjur basah-basah-basah ah ah ahhh.. sedihh, apalagi salah satu bintang trio macan kita, Mia harus merelakan sandal kesayangannya putus disini.. Akhirnya kami memutuskan lanjut aja berojek ria ke Pangumbahan.. ternyata hujan tak terlalu deras disini, kami bisa bermain ombak lagi deh.. disini, acara utama adalah prosesi pelepasan tukik (bayi) penyu.. duh lutunya mereka berjalan cepat menuju laut dan tak lama kemudian hilang ditelan ombak.. sampai jumpa penyu-penyu cantik, selamat berjuang menuai hidup, semoga kalian dapat bertahan hingga beranak cucu nantinya.. kiss byeee… yak, lanjut.. photo session.. berpegangan, berpelukan, berlarian.. ancurrr..

 

Waktu semakin siang, sudah saatnya kembali ke penginapan.. mandi-mandi (busyeett badan isinya pasir semuaa).. makan siang.. dan cek out.. bye bye Ujung Genteng..  tujuan selanjutnya adalah Curug Cikaso yang terkenal indah dengan tiga tirai kembarnya.. bis kami berhenti tidak jauh dari jembatan besar yang melintasi sungai Cikaso, menumpang perahu motor kami menuju hulu sungai.. wow, tampak terlihat air dari curug yang berwarna hijau bercampur dengan air sungai yang berwarna coklat keemasan.. kewreenn.. trekking sedikit menuju curug jalanannya cukup licin, harus extra hati-hati (tapi ga seheboh curug Cipiit di Gunung Halimun medannya).. tak terlalu jauh dan di depan mata sudah terpampang curug kembar tiga ini.. masih tegak berdiri dengan angkuhnya.. Subhanallah.. sayang matahari tersembunyi di balik awan.. biasanya kalau cuaca cerah pantulan sinar matahari bisa membuat ketiga tirai itu berwarna warni ..mejikuhibiniu banget deh..  Pak Cik Faizul dan Taufikpun langsung bermandi-mandi di kolamnya.. segerr banget airnya.. while trio macan –Mia-Mutia-Merlyn lanjut dengan sesi foto-fotonya.. hehe.. wekksss ternyata couple yg ketemu kita di Cipanarikan juga nyusul foto-foto kesini.. lengkap dengan kebaya dan jasnya.. langsung deh kena godaan anak-anak lagi.. suit suit..

 

Puas bermain air, sadar diri waktunya pulang.. kembali ke Jakarta.. perjalanan pulang terasa lama, saat fisik sudah lelah, kelok-kelok tajam sepanjang Surade – Pelabuhan Ratu terasa menyiksa.. HIV pula.. tak heran waktu tiba di rumah makan sunda di daerah Parung Kuda tempat kami singgah makan malam, wajah-wajahnya sudah sangat lelah, dalam keheningan nasi timbel porsi besar beserta ayam-tahu-tempe-lalapan-sayur asem dilahap dengan cepat.. laperr boo.. sekitar jam 22.30 kami tiba di Jakarta.. untung Seninnya libur, jadi masih bisa istirahat.. secara badan terasa retak-retak semua.. but most of all.. it’s a nice trip with nice people.. truly a wet holiday.. wet but fun..

 

Many thanks to Leo, Ajenk, Nana.. good work pals..

 

 puspita widowati - 20 March 2007