Thursday, April 2, 2009

[Journey] Escape to Gili Lombok

Duh duh jalan-jalannya udah setahun lalu nih (tepat di Liburan Nyepi tahun lalu), tapi kelupaan terus bikin cerita perjalanannya.. 

Ini adalah kunjungan kami (aku dan Sisca) kedua ke pulau Lombok, yang pertama May 2003 bersama Anna. Saat itu banyak juga tempat yang kami kunjungi, Desa Sade (tempat Suku Sasak tinggal), Pura Narmada (miniatur tiga danau di Rinjani), Desa Sukarara (desa kerajinan tenun ikat Lombok), Desa Banyumulek (desa kerajinan gerabah Lombok - bikin teko air yg ga bisa tumpah itu lhow), Pantai Kuta yang pasirnya bulat bulat kayak biji lada, ada juga Pura yang ada mata air 'awet muda'nya (lupa euy Pura apa namanya, Pura Lingsar yah kalau tidak salah), Pura Segara dan pasar kerajinan perak. Kami menginap di Hotel Jayakarta yang terletak ditengah antara Bandara Selaparang dan pusat keramaian wisata Senggigi. Kenangan terindah di kunjungan pertama itu adalah sunset cantik yang kami nikmati di bibir kamar hotel kami. Matahari terbenam yang seolah berlindung dibalik megahnya Gunung Agung di pulau Bali, cahaya oranyenya berpendar bagai jejarum  yang menancap di kelabunya Gunung. Subhanallah. Tapi kami belum sempat mengunjungi Gili Gili yang kami lihat dari puncak bukit Senggigi, one day, bisik kami dalam hati.

Lima tahun kemudian, huhu lama banget yaah, abis banyak banget godaan dari bagian lain Indonesia, aku dan Sisca berangkat juga ke Gili, rencananya singkat banget, tidak sampai seminggu persiapannya, Sisca membujukku saat kami melihat iklan Holiday Inn Lombok di taksi Blue Bird, "ayoo mbak, sebelum elu keburu nikah", ya ya ceritanya ini trip perpisahan kami berdua sebelum daku menikah (rencananyaaaaa ;p).
Maka menumpang penerbangan sore hari dari "Maskapai Full Surprise" yg udah ada ceritanya tuh, tibalah kami sekitar jam 19.30 di Bandara Selaparang, langsung menuju daerah Senggigi diantar teman Sisca dari KB Andalan. Mengingat esok pagi kami sudah akan dijemput oleh travel Dream Divers, maka malam itu kami sengaja menginap di homestay yg direferensikan teman-teman milis Indobackpacker. Sonya Homestay, 50ribu saja semalam, lengkap dengan sarapan untuk 2 orang, demikian promosinya. Tiba di Sonya yang letaknya agak nyempil masuk jalan kecil, jreng jreng.. dari luar tampak seperti rumah dengan deretan kamar kos, beberapa bule tampak duduk di teras kamar, pemilik rumah menyambut kami hangat, mengajak kami menuju kamar yg sudah disiapkan. Wow kamarnya serba pink, it's so me! langsung kami menuju kamar mandinya (yaa kami berdua memang paling cerewet soal kamar mandi kalau lagi traveling), not bad, yg penting bersih dan tidak spooky.

Hari semakin malam, perut protes minta diisi, mandi serba kilat, kami berdua berjalan ke arah jalan raya, semoga masih ada resto yg buka, Alhamdulillah Cafe Yessy masih ramai, kayaknya enak. Ohh, mereka menyediakan fasilitas free hotspot, pantes saja bule-bule betah nongkrong disitu dengan laptop masing-masing. Aku memesan Tom Yam, Sisca Tom Kha Goe dan Pelecing Kangkung. Surprisingly, pemilik resto yg pernah jadi orang Jakarta juga, menghadiahi kami sepiring pisang goreng yg uenakk banget. GBU pak.
Kembali ke homestay, waktunya tidur. Alamak kami baru sadar, kelambu  pink yg berada di atas tempat tidur tampak sangat berdebu, mana langit-langit kamarnya rendah pula. Hiks maka jadilah malam itu kami berdua tidak bisa tidur, aku yang alergi debu, langsung bersin-bersin dan sesak napas. Baru jam 04.00 pagi kami bisa terlelap, padahal besok jam 07.00 pagi harus siap dijemput.

Bangun pagi, kami dapat jatah sarapan mie instan goreng (masing-masing 2 porsi, sampe begah), sementara bule sebelah jatahnya sepotong pancake dan buah, diskriminasi? belum tentu, siapa tahu memang tarifnya beda. Tidak lama datanglah team dari Dream Divers menjemput kami, di mobil itu hanya kami turis lokalnya, lainnya bule. hiks. Dan sepanjang jalan mereka saling menceritakan tempat-tempat indah di Indonesia yg sudah mereka jelajahi, ada Flores, Komodo, Ambon.. huhu kok kita malah belum kesana yaa..

Ternyata Dream Divers punya pelabuhan kecil, di daerah Teluk Kodek, jadi kami tidak menyeberang dari Pelabuhan Bangsal. Di Teluk Kodek rombongan di pisah dua, ada yg langsung menuju Gili Trawangan, ada juga yg akan berkeliling ke Gili-Gili lain, oohhh mereka arrange juga one day tour tanpa menginap di Gili Trawangan yah. Untuk fasilitas penjemputan Dream Divers dari hotel di Sengigi sampai ke Gili Trawangan ini kami harus membayar USD5 per orang one way. Ukuran berdua masih worthed, kalau naik taksi dari Senggigi ke Bangsal juga sekitar Rp.50.000-80.000, belum bayar boatnya khan.

Tiba di Gili Trawangan, ternyata kami belum bisa cek in di Dream Divers, sambil melihat kesibukan para Divers berlatih menyelam di kolam renang hotel, kami jalan-jalan ke tepi dermaga. Ada beberapa loket yg menawarkan tour snorkel keliling tiga Gili seharga Rp.60.000 per orang. Menarik nih!! Aku dan Sisca bergegas menggunakan pakaian renang dan membawa snorkel gear karena rombongan sudah mau berangkat. Satu boat bisa menampung sekitar 20 orang, kami semua duduk berjejer di badan kapal, bagian tengah tidak bisa diduduki karena bawahnya berbahan kaca tebal, untuk memudahkan kami melihat pemandangan indah di bawah sana. Lagi-lagi sebagian besar bule! Turis lokal hanya kami berdua, plus Elisabeth, Firdi dan temannya, yg bekerja di Bali. Langsung sok akrab deh.

Setengah hari penuh kami berkeliling tiga Gili, berhenti di spot-spot yg cukup cantik untuk dipandangi, ikan-ikannya cukup banyak, besar-besar dan berwarna-warni, terutama di Gili Air, dipancing segenggam nasi langsung mereka mengerubungi, sayang disini aku tidak turun karena sudah kelelahan sempat terseret arus di Gili Meno. Kami mampir makan siang di Gili Air, yg pelayanannya leleetttt buanget, mungkin karena tamunya tumplek ruwek (bahasa apa pula ini), sementara sumber daya tidak memadai yah. 

Kembali ke Gili Trawangan, badan lengket semua, penuh pasir pula, semangat 45 masuk ke kamar hotel mau mandi. Tadi juga belum sempat cek in khan, jreng jreng.. kelambu lagi makkk! ahh untunglah langit-langitnya tinggi dan kelambunya bersih plus wangi, "bisalah kita tidur nyenyak malam ini mbak" kata Sisca. Kamar mandinya gaya bule deh, see through gitu, cucok niy buat honeymoon, langsung menghayal, tapi kok cat dindingnya biru gelap yah, hmm mungkin biar romantis pas dipasang lilin. Shower dipasang, segarnya, tapi kok airnya aneh ya, ada rasa asin.. Tuhanku, ini air laut yaa.. huaa tetep aja bakal lengket udahannya. Pasrah deh. Selidik punya selidik memang hampir sebagian besar hotel di Gili Trawangan menggunakan air tawar hanya untuk kebutuhan masak memasak.
Usai mandi, kami berjalan-jalan menyusur bibir pantai bersama teman-teman baru kami. Entah kenapa kami merasa terasing di negeri sendiri, lha wong dari ujung ke ujung didominasi bule gitu lhow.

Sore itu langit sangat cerah, bule-bule asyik bercengkerama dengan pakaian minimalisnya di sepanjang pantai, rencana kami mau keliling pulau naik cidomo (=delman), tapi kayaknya lebih enak gelar sarung bali n join d bules leyeh-leyeh, sambil makan es krim coklat, hmm. Mendekati waktunya hunting sunset, pindah lokasi. Kami sempat berpapasan dengan parade kuda Australia yg tinggi-tinggi, cantik dan anggun, serasa melihat peragawati di catwalk, cool abis, sepertinya kuda-kuda itu sadar diri kalau mereka keren deh, bikin iri. Lha kok iri sama kuda tho . Akhirnya kami memilih nongkrong di Sisha Cafe yg tidak jauh dari hotel, tempatnya enak, viewnya bagus, makanan india yg sarat bumbu menggoda perut kami yg sudah mulai lapar. Sunset turun sempat tersapu awan, tapi pesona orangenya tetaplah memukau. Sambil menikmati hidangan India yg sarat bumbu kami saling bercerita tentang berbagai tempat indah di Indonesia.

Malam makin larut, waktunya kami kembali ke kamar, tapi lagi-lagi malam itu aku ga bisa tidur nyenyak, dapat gangguan dari nying-nying (mau ga mau kudu berdoa sepanjang malam mengusir dirinya), jadi sama aja hotel yg 50ribu dan 250.000 (Dream Diver), tetep aja gue ga bisa tidur. Disampingku Sisca juga gelisah, secara dapat info kalau boat dari Dream Diver baru berangkat menuju Sengigi besok sore, padahal info awal ada boat berangkat pagi, waaa jadwal bakal berantakan, apalagi kami ingin menikmati hari terakhir kami leyeh-leyeh di Holiday Inn Senggigi. Hikss.

Bangun pagi, semangat baru donk, nyingnying udah ilang, Alhamdulillah. Mandi ngebut, sarapan ngebut, kami bergegas cari info carter boat ke pelabuhan Bangsal, pokoknya kami harus angkat kaki dari Trawangan pagi ini juga, tekad kami bulat. Awalnya kami sepakat carter satu boat (kapasitas bisa 25 orang) seharga Rp.300.000, tetapi ternyata boatnya tidak ada tutupnya, waduh bisa gosong niy, mikirr mode-on. Melihat perubahan air muka kami, pemilik boat menawarkan diskon hingga Rp.150.000, masih mikir, teteup tentang konsekuensi gosong. Saat kami lirak lirik kanan kiri, ternyata tidak jauh dari tempat kami berdiri ada boat yg akan berangkat ke Bangsal, berpenutup, sudah hampir penuh tapi masih ada tempat untuk dua orang, biayanya 10.000 saja per orang (supposedly 8.000, tapi karena kami begitu excited dapat boat jadi udah ga terpikir buat nawar lagi, buat kami 20.000 itu signifikan dibanding 300 or 150.000).

Perjalanan menuju Bangsal makan waktu 1 jam, sedikit lebih lama dibanding menggunakan boat Dream Diver. Ono rego ono rupo. Suasana di Bangsal lumayan hiruk pikuk, banyak calo taksi juga mobil omprengan. Untung saja kami sudah dijemput teman Sisca dari KB Andalan (ini bukan iklan yee), langsung deh meluncur menuju Holiday Inn. Pemandangan sepanjang jalan, indah bangett, bak foto-foto di kalender.  Subhanallah. Setibanya di kamar kami, yg dituju pertama adalah kamar mandi, bukan apa-apa sejak kemarin kami mandi air laut di Trawangan, huaa segarnya ketemu air tawar, hmm jadi nyadar deh, berkah Tuhan yg bernama air bersih benar-benar harus disayang-sayang.


--- maap dah ngantuk lagiii... ---