Saturday, April 24, 2010

Dynasty Hotel - Purwokerto

Purwokerto, sering dipelesetin jadi Puertorico, kota kabupaten Banyumas propinsi Jawa Tengah ini jadi mendadak ngetop sejak mbak Mayangsari, salah satu putri Purwokerto menikah dengan mas Bambang Tri yg putra Cendana itu. Orang-orang luar Jawa mendadak bertanya-tanya deh pastinya, dimana sih Purwokerto itu. 

Yg jelas, kalau kita naik kereta dari Jakarta menuju Jogja/Solo, pasti lewat Purwokerto, ciri khas masuk stasiunnya adalah teriakan pedagang menawarkan Nopia (kue dari bahan tepung ketan dan gula jawa yg bentuknya bulat tapi tengahnya kopong, rasanya manis gurih). my favorite. 

Selain itu biasanya para pedagang juga menawarkan Lanting (krupuk warna putih merah yg dibentuk seperti cincin atau angka 8, keras kemlotak gitu deh digigitnya, tapi seru ga ngebosenin makan Lanting). Kripik Tempe dan Tempe Mendoan juga cemilan khas Purwokerto. masih banyak lagi deh. 
 
Kalau kita berkendaraan dari Jakarta menuju Jogja via jalur selatan juga akan lewat Purwokerto, yuukk mampir semalem, nikmatin kotanya, nikmatin kulinernya, jangan lupa liat-liat pemandangan alam nan indah di Baturaden. Nginepnya dimana donk.. nah kebetulan aku kemarin habis dari sana dan stay di hotel yg sangat menyenangkan.. one of the biggest hotel in town, Dynasty Hotel. 

Hotelnya luass ajah, masuk kamarnya pun guede banget, padahal aku cuman ambil room yg standar, ini sih bisa diisi sekeluarga yah.. bednya dua, satu bed muat dua orang (kalo selangsing eke ;p). lantainya pun masih luas, just in case mau tidur di bawah, kamar mandinya pakai bath tub (though i recommend you not to use it, save the water, save the earth euy). Pegawai hotelnya ramah-ramah dan sopan. Poolnya gede, kalau ga bawa baju renang ada sewaanya kok, Makan paginya juga cukup komplit dan enak.Siip banget deh pokoknya.
Nahh berhubung malam itu aku cape banget habis perjalanan darat dari Semarang n langsung dilanjut kasih training, aku sempetin mampir ke health centrenya, wow ada massage.. mauu.. awalnya sempet suuzon, pas mau masuk dikasih list foto-foto, waduh jangan-jangan ni pijit ga beres nih.. tapi pas masuk ke ruangannya, kayaknya fine aja, semoga pijitnya enak.. sempet ciut lagi pas liat mbaknya, duh mbaknya kok cantik banget kayak Nini Carlina tapi versi tuanya.. tapi ternyata pijitannya te o pe be ge te, sepertinya mereka well trained karena bener-bener mengena di titik yg sakit. chargenya cuma 65 ribu, termasuk murah utk ukuran hotel n mengingat well trained tadi itu.. well, maybe kalau cowok-cowok ga mau tergoda, bisa bilang dari awal supaya mbaknya pakai baju yg lebih tertutup aja
Oiya untuk room ratenya, awalnya aku telpon dari Jakarta dapat rate Rp.450.000, pas disana coba minta diskon, ehh dikasih, jadinya aku cuman bayar Rp.330,000 sudah termasuk laundry beberapa potong baju.. good...
Berminat mampir ke Purwokerto, ini yah nomernya, 0281-634321..

Monday, April 19, 2010

a sign to get married soon

Udah lama ga post something in my multiply, banyak cerita, tapi belum sempet edit-edit, lagi banyak kerjaan euy.. so, this time copy paste aja email yg kuterima dari Nunink, kinda like a strike in the bowling alley.. menyindir, menohok banget deh.. its absolutely true, if its all about me than I never come to the right way, and Allah is the best manager in the entire world.. thanks to the writer, sorry that I dont know who the writer is, may God bless you.. enjoyy..

KETIKA ALLAH MENJADI ALASAN UTAMA
oleh seorang yg bijak

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berani memutuskan dengan siapa aku akan menikah. Aku tidak banyak bertanya tentang calon istriku, aku jemput dia di tempat yang Allah suka, dan satu hal yang pasti, aku tidak ikut mencampuri ataupun mengatur apa-apa yang menjadi urusan Allah. Sehingga aku nikahi seorang wanita tegar dan begitu berbakti kepada suami.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat segala kekurangan istriku. Dan sekuat tenaga pula, aku mencoba membahagiakan dia.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka menetes air mataku saat melihat segala kebaikan dan kelebihan istriku, yang rasanya sulit aku tandingi.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka akupun berdoa, Yaa Allah, jadikan dia, seorang wanita, istri dan ibu anak-anakku, yang dapat menjadi jalan menuju surgamu. Amin.

Sahabat-sahabat, kalau Allah menjadi alasan paling utama untuk menikah, maka seharusnya tidak ada lagi istilah, mencari yang cocok, yang ideal, yang menggetarkan hati, yang menentramkan jiwa, yang.....yang. ...yang.. ....dan 1000 "yang"...... lainnya.. ...Karena semua itu baru akan muncul justru setelah melewati jenjang pernikahan. Niatkan semua karena Allah dan harus yakin kepada Sang Maha Penentu segalanya.

Sahabat-sahabat, ketika usiaku 25 tahun, aku sudah memiliki niat untuk menikah, meskipun hanya sekedar niat, tanpa keilmuan yang cukup. Karena itu, aku meminta jodoh kepada Allah dengan banyak kriteria. Dan Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 30 tahun, semua orang-orang yang ada di sekelilingku, terutama orang tuaku, mulai bertanya pada diriku dan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri. Maukah aku segera menikah atau mampukah aku menikah?
Dalam doaku, aku kurangi permintaanku tentang jodoh kepada Allah.
Rupanya masih terlalu banyak. Dan Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 35 tahun, aku bertekad, bagaimanapun caranya, aku harus menikah. Saat itulah, aku menyadari, terlalu banyak yang aku minta kepada Allah soal jodoh yang aku inginkan. Mulailah aku mengurangi kriteria yang selama ini menghambat niatku untuk segera menikah, dengan bercermin pada diriku sendiri.

Ketika aku minta yang cantik, aku berpikir sudah tampankah aku?
Ketika aku minta yang cukup harta, aku berpikir sudah cukupkah hartaku?
Ketika aku minta yang baik, aku berpikir sudah cukup baikkah diriku?
Bahkan ketika aku minta yang solehah, bergetar seluruh tubuhku sambil berpikir keras di hadapan cermin, sudah solehkah aku?*

Ketika aku meminta sedikit..... Ya Allah, berikan aku jodoh yang sehat jasmani dan rohani dan mau menerima aku apa adanya, masih belum ada tanda-tanda Allah akan mengabulkan niatku.

Dan ketika aku meminta sedikit...sedikit. ..sedikit. ..lebih sedikit.....
Ya Allah, siapapun wanita yang langsung menerima ajakanku untuk menikah tanpa banyak bertanya, berarti dia jodohku. Dan Allahpun mulai menujukkan tanda-tanda akan mengabulkan niatku untuk segera menikah. Semua urusan begitu cepat dan mudah aku laksanakan.

Alhamdulillah, ketika aku meminta sedikit, Allah memberi jauh lebih banyak. Kini, aku menjadi suami dari seorang istri yang melahirkan dua orang anakku.

Sahabatku, 10 tahun harus aku lewati dengan sia-sia hanya karena permintaanku yang terlalu banyak. Aku yakin, sahabat-sahabat jauh lebih mampu dan lebih baik daripada yang sudah aku jalani. Aku yakin, sahabat-sahabat tidak perlu waktu 10 tahun untuk mengurangi kriteria soal jodoh. Harus lebih cepat!!!

Terus berjuang saudaraku, semoga Allah merahmati dan meridhoi kita semua.

Amin.

" Dengan "MEMBERI" hati ini menjadi lapang dan hati juga menjadi bahagia. So, mulailah memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup ini..."