Friday, October 7, 2005

Aku Merindu


Di suatu Kamis petang...


Ketika kudengar asmaMu dikumandangkan ya Rabb..


Entah kenapa aku terduduk begitu lemas..


Malam ini Ramadhan pertama..


Dan kusadari betapa aku merindunya..




Kapan lagi aku bisa mencuci diri ..


Tersirami hati dengan ceramah kyai setiap hari..


Ketika semua iblis nan jahat sedang dikebiri..


Dan aku hanya berjuang melawan nafsuku sendiri..




Begitu banyak petuah yang kudengar malam ini..


Aku terpekur diri menyesali..


Kalau esok tak lagi tiba..


Dan ku tak punya waktu lagi untuk melakukannya...




Kenapa selama ini aku harus menunggu...


Hingga orang lain melakukannya untukku...


Bagaimana jika mereka tak bisa, tak mau dan tak punya itu..


Dalam kesedihan aku akan mati lesu..




Kenapa tidak aku saja yang melakukannya untuk mereka..


Membagi kasih dan sayangku pada mereka...


Membagi harta ku pada mereka..


Membagi ilmu ku pada mereka...


Membagi semangat ku pada mereka...


Membagi senyum dan maaf ku pada mereka...




Ramadhanku...sungguh aku merindu...


Akan hadirmu untuk waktu refleksiku...


Hingga aku bisa dekat lagi dengan Rabb-ku...


Yang kurindukan sosok agungNya nan kekal selalu...




Allahu Akbar...





(Puspita - 15 Oct 04)

Thursday, October 6, 2005

[Journey] Monggo Mas Kelilingan Malioboro

Untuk seorang pecandu jalan-jalan seperti saya, rasanya tidak lengkap kalau pergi kesuatu kota tanpa melihat pemandangan indah, belanja pernak-pernik plus jajan makanan khas daerah setempat. Itu juga yg saya lakukan ditengah kesibukan acara ‘nyadran’ alias ziarah ke makam para leluhur di Yogya akhir minggu lalu. Apalagi kalo bukan ngulik kawasan seputar Malioboro yang terkenal itu. Dan seperti biasa, saya berbagi laporan pandangan mata yg bisa jadi referensi teman-teman jika terdampar disana.
Penginapan
Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali penginapan dari yg kelas melati hingga diamond. Kalau kita menyusuri dari sisi utara (selepas stasiun Tugu) hingga ke selatan (arah ke Psr Bringharjo) di jalan utama kita bisa menjumpai beberapa hotel bintang 3, Inna Garuda, Ibis dan Mutiara Baru. Sedikit menikung ke kiri ada Melia Purosani yg gagah berdiri di tengah lingkungan pertokoan grosir. Untuk kelas melati banyak terdapat di jl. Sosrowijayan dan jl. Dagen yg terdapat di sisi kanan Malioboro dengan rate yg cukup variatif, dari 50.000 hingga 150.000 tergantung fasilitas kamarnya, ada lho 80ribu udah dapet kamar ber-ac. Untuk bintang 3 berkisar 240.000 hingga 300.000. Di daerah Pasar Kembang (dekat Stasiun Tugu) juga terdapat banyak hotel melati, tapi hati-hati ya karena kawasan ini terkenal sebagai daerah tujuan pehobi prostitusi dan peseli bobo siang, salah-salah bisa kena grebek lho.
Hotel Mutiara Baru memiliki letak yg strategis persis ditengah sentra perbelanjaan dan disamping kantor Gubernur DIY, ratenya cukup kompetitif 265.000 incl breakfast. Mirip-mirip Sahid Group lah modelnya, makanannya enak (better than Inna Garuda), ada free transfer ke airport & stasiun plus yg terpenting, ada hairdryer!
Belanja Kerajinan
Yogya terkenal dengan barang-barang kerajinan yang beragam dan penuh kreatifitas seni. Murahnya upah tenaga kerja membuat Yogya menjadi sentra industri kerajinan seni, bahkan produk kerajinan yang sering kita beli dari Bali konon beberapa justru diproduksi di Yogya. Di kawasan Malioborolah berbagai model kerajinan itu dijajakan, dari mulai di kaki lima, pasar bringharjo, hingga Mall yg nyaman. Jangan panik dulu lihat pernak-pernik yg dijajakan, survey harga dulu yuuk ke toko Mirota Batik yg terdapat di ujung selatan Malioboro, jalan kaki ga jauh kok, tapi kalo mau naik becak dari sisi utara Malioboro cuma 3000an juga sih. Di toko 2 lantai ini terdapat berbagai bentuk kerajinan, batik, accessories, souvenir, perlengkapan interior, perak, keris, barang antik (telpon & mesin jahit jaman dulu), aromaterapi hingga jamu-jamu khas Jawa. Harga di Mirota umumnya cukup fair alias tidak terlalu mahal, beda 1.000-4.000 lah dari kaki lima. Surely kalo mau beli segambreng alias banyak kudu consider juga untuk cari barang sejenis di kaki lima or pasar bringharjo, at least kita tahu dulu harga pasarannya khususnya untuk standar mutu yg sama.
Khusus batik berkualitas selain di Mirota ada juga di toko Terang Bulan yg terletak di sisi jalan dekat mall. Kain batik tulis (250rb-1jt) dan batik cap (60rb-200rb), sarung (mulai 30rb), kemeja (mulai 40rb), baju muslim (mulai 125rb), sprei, taplak meja dan produk busana lainnya dari berbagai kualitas dijajakan disini. Toko Terang Bulan ini sudah ada sejak tahun 1940an dan terus menjaga kualitas dagangannya hingga saat ini.
Nyatronin kaki lima juga seru apalagi kalo pinter nawar. Sayang kalo beberapa tahun lalu saya bisa dapet harga sangat miring di kaki lima dgn berbekal bahasa jawa kromo inggil seadanya sekarang tidak lagi, soalnya sebagian besar kaki lima di malioboro saat ini adalah pendatang L. Untuk batik kualitas kaki lima bisa didapat lebih murah di Pasar Bringharjo, sayangnya pasar ini sering tutup di hari-hari tertentu (biasa deh aturan primbon).
Ngiras Jajanan
Ehm jajan! Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali jajanan lesehan yg nampaknya menggiurkan, tapi ternyata tak ada satupun yang dianggap layak untuk direkomendasikan, bahkan oleh orang Yogya sendiri. Kalaupun kepepet pengen banget nyobain lesehan pilih deh di sekitar kantor Gubernur, cukup banyak orang makan disana, harga makanan pun sudah tertera (walau tetap perlu diconfirm).
Jajanan pagi hari banyak terdapat di pasar Pathuk yg dikenal dgn bakpianya, bisa ditempuh dgn becak 3000 saja. Minta tukang becak bawa ke pasar tradisionalnya, jangan mau kalau ditawarin ke penjual bakpia yg aneh-aneh. Bakpia Yogya yg terkenal adalah bakpia Pathuk 75 dan 55. Karena sudah direferensikan dari Alm kakek saya sejak dulu, favorit kami adalah bakpia Pathuk 55 yg terletak di tusuk sate depan pasar. Bakpia Pathuk 55 punya keistimewaan di isinya kacang hijau kumbu hitam yg tidak terdapat di penjual bakpia lainnya. Kulitnya lebih tipis, renyah dan isinya melted di lidah saking lembutnya, gak bikin seret leher. Memang lebih mahal dari penjual lain yaitu sekitar 600 per buahnya tapi sesuai dgn rasanya. Selain bakpia mereka punya produk andalan lain yaitu kue bulan atau thong so pia (9000an yg ukuran besar) dengan berbagai isi.
Di samping bakpia 55 terdapat kios Serabi Notokusuman yang gurih manis legit, di seberangnya ada toko Andhini sakti (penjual abon sapi yg asli – daging semua ga pake campuran, juga kripik paru yg gurih banget), serta berbagai kue-kue jajanan pasar yg enak yg dijajakan di dalam pasar (putu mayang khas Yogya ga pake santen tapi kuenya sendiri udah gurih hmm), jangan khawatir pasarnya bersih kok ga kotor or becek. Di tikungan depan bakpia 55 saya sempat mencoba gudeg yg dijual seorang Ibu tua yang laris banget walaupun cuma dagang di emperan toko, cukup enak, 4000 rupiah udah pake ayam suwir, krecek, plus tahu.
Untuk gudeg sendiri, sentra penjualnya terdapat di jalan Wijilan dekat alun-alun utara Kraton Yogya (bisa ditempuh naik becak 5000 dari Malioboro). Yg terkenal adalah gudeg Yu Djum yg terletak paling selatan dari jajaran penjual gudeg itu. Gudegnya kering jadi tidak mudah basi walaupun dibawa perjalanan hingga 2 hari cocok untuk oleh-oleh. Kemasan kendil bisa dibeli seharga 50ribu, komplit isinya, sedangkan kemasan besek berharga 25ribu, kemasan sekedar nyicip bisa juga didapat seharga 5000. Bisa juga makan ditempat. Kalau tidak suka manis, lebih baik minta diperbanyak sambel kreceknya, pedesnya seru deh.
Ada satu rumah makan cina yg terkenal sekali di sisi kanan Malioboro, masuk di Jl. Pajeksan sekitar 200m. Namanya Restoran Mahkota, dulunya bernama Tiong San. Saking enaknya kemarin ada satu rombongan bis wisatawan dari Taiwan yang mampir disana. Saya mencoba pangsit kuahnya yg sangat terkenal sejak jaman Ibu saya kecil dulu, ternyata benar enak banget, cukup mahal sih 17500 untuk semangkuk bakso pangsit tapi no regret lah. Saya juga sempat bertanya sama Ncinya, khawatir kalo mengandung babi, tapi dia bilang kalau bukan menu babi ya tidak ada babinya, minyak babi juga tidak digunakan karena membuat makanan berkuah menjadi kotor karena minyak babi biasanya mengental. Konon rahasianya adalah minyak seafood dan minyak belut yang lebih bening dan tidak membuat eneg. Nah loh aneh lagi tuh.
Di malam hari belum afdol kalau belum makan jajanan khas Yogya yaitu bakmi Yogya yg dimasak pakai arang, serta minum wedang ronde. Wedang ronde banyak terdapat di sepanjang jalan Malioboro, rasanya tidak terlalu berbeda satu sama lain. Untuk bakmi Yogya yg enak dapat ditemui di Jl. Dagen, pedagangnya mangkal di depan SMP Stella Duce 1, laris banget, enak, murah cuma 5000 udah pakai ayam (ada juga nasi gorengnya), saking larisnya kudu sabar yah, soalnya ngantri. Entah deh sesuatu yg dimasak pakai areng itu memang membuat aroma dan rasa yg khas dan istimewa. You must try.
Arena Foto-Foto
Sepanjang jalan Malioboro berjajar gedung-gedung tua nan indah dimana kita bisa berfoto ria dengan mengambil angel kemegahan arsitektur gedung paduan Belanda dan Jawa. Dari paling utara ada stasiun Tugu yg romantis (inget lagu Sepasang Mata Bola kann?), bunderan Malioboro yg penuh lampu cantik, hotel Inna Garuda, terus ke arah selatan ada kantor Gubernur DIY, Benteng Vredenburg, Kantor Pos, Bank Indonesia, hingga Museum Sonobudoyo dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang anggun berwibawa.
Gak cukup sehari untuk bisa nikmatin Malioboro seluruhnya, apalagi keliling Yogya hingga Parangtritis, Prambanan, Borobudur, Merapi. Jadi siapkan waktu lebih panjang untuk menikmati Yogya dan banyak berbagilah untuk menghidupi salah satu daerah dengan pendapatan perkapita terendah di negeri ini, yaitu dengan cara memborong kerajinan dan mencoba segala jajanan. Yuuuukkkk…
^-Puspita Widowati * October 2005-^

You Complete Me

Kalimat yg simple namun begitu bermakna, ga heran kalo temen gue Sisca selalu terkaing-kaing tiap nonton Jerry Mcquire pas adegan Tom Cruise ngucapin kata itu ke Rene. How romantic! Intinya sih sama, manusia ga ada yg sempurna dan kita selalu butuh orang lain untuk menyempurnakannya. Hidup kita lebih berwarna karena kehadiran orang lain juga mahluk-mahluk lain yang Allah ciptakan.
Dulu gue selalu beranggapan bahwa gue cuma bisa get along sama orang yg punya minat dan kepribadian yg sama (bukan masalah SARA lho, tapi lebih tentang pandangan hidupnya); temen, rekan kerja, pacar, kecuali sama keluarga yah yg otomatis harus dijalanin. Persahabatan gue sama Eka n Eni bisa solid selama 14 tahun karena more or less kita sama, jahil-tukang ketawa-suka jalan-gila joget-nonton bola-gila parfum-ga pernah mikir terlalu ruwet-setia-hardworker- n selalu berusaha jadi pribadi yang mandiri dan all-out.

Di kost-an gue cenderung lebih cocok sama Sisca daripada sama Anna, karena Sisca gampang diajak jalan dan pola pikirnya sama kayak gue, lebih suka baca daripada nonton sinetron. Sementara Anna betah banget nangkring di depan tv dan ikut repot berkomentar atas jalannya cerita - berisik! gue juga sering banget debat sama dia karena dia suka ngotot n gue suka aja ngegodain, makin dia ngotot makin hot lah gue. Hingga suatu malam gue cuma berdua Sisca di kos, Anna pulang ke Bogor, kita berdua leyeh-leyeh di kamar, puter cd dan tenggelam dengan buku bacaan masing-masing. Tiba-tiba saat yang bersamaan kita saling melihat dan tertawa, olala rumah ini jadi terasa sepi tanpa Anna, biasanya ada suara tv yg dia setel keras-keras, dan kami pun sibuk teriak-teriak komplain sama dia. Barulah gue sadar, kehadiran mahluk yg 'berbeda' ternyata kita butuhkan dalam hidup ini.

Minggu lalu, gue jalan keliling kota di Jawa Tengah, sama Chandra-Ari-Ratna dan Ajenk, yang notabene belum lama gue kenal dan gue belum tahu banyak tentang mereka (biasanya gue ga pernah mau niy, takut ga asik). Selama menikah dengan mereka selama 5 hari itulah, gue melihat sosok yg berbeda-beda tapi justru saling melengkapi satu sama lain. Awalnya, baru beberapa km jalan (baru mau ngejemput Ari niy), Chandra udah complain karena gue-Ratna-Ajenk bercanda terus tiada henti, kata Chandra "buset, bawa 3 orang kayak bawa orang 1 bis!", sampe-sampe dia 2x salah jalan saat denger kita becanda soal 'rambut'. Lama-lama dia terbiasa dengan kebawelan kita, bahkan thankful karena kita cerewet banget ngingetin dia yg pelupa, dan dia pasrah menikmati jadi korban keusilan kita, apalagi pas dia salah mesen es beras kencur (disangka rasanya kayak jus alpukat getu) ludaslah dia kita kata-katain.

Ari, teman baru kami (yg baru sekali ini jalan bareng, konon dia niy pendiam), langsung shock..dimulai dari keributan kami saat nyamper dia "Ari.. Ari... Main bola lagi yuuukk..." hingga keluarlah tetangga depannya Ari dengan muka heran. Belum lagi liat trio kwek-kwek alias power puff girls niy beraksi foto-foto dengan cueknya di keramaian, sementara doi malu-malu kalo difoto.. Untunglah Ari cepat beradaptasi, di hari ke-3 saat di Baturaden dia sudah pintar bergaya difoto, bahkan sengaja menyingkap celana pendeknya... hmmm....

Kunci manisnya kebersamaan kami adalah keterbukaan.. diskusi begitu seru, karena semuanya tak ragu membagi cara pandang mereka terhadap hidup, menceritakan pengalaman pahit maupun lucu yang pernah mereka alami... tentang apapun.. hingga Ajenk yang menurut gue paling tertutup dan misterius pun, akhirnya bisa membuat gue terpaku selama 3 jam saat dia curhat tentang kisah cintanya.. gue surprise akan sosoknya yg sangat bijaksana, setia dan tegar...
Gue juga terpana melihat Ratna yg polos dan manja (cuma buset semua cemilan dia hajar, makan melulu kerjanya)... mmm gue jadi belajar manja deh tuh sama Nana.. Chandra dan Ari juga ngajarin kita untuk tidak takut berterus terang kalo kita suka sama seseorang (mm gue udah coba praktekin lho Kang, udah sms getuu hehe)...sementara kedua cowok itu jadi tahu betapa pentingnya membalas sms dari orang yg 'dekat di hati'... kita juga diajarin Ari untuk rajin membagi rejeki dengan para pedagang (tanpa takut bankrut khan rejeki udah diatur Tuhan)..

Pemandangan indah sepanjang perjalanan ke Cirebon - Cilacap - Nusa Kambangan - Baturaden - Ambarawa dan Yogya jadi semakin indah karena keragaman sifat kita yg saling melengkapi. Hmm mungkin itu juga yg dimaksud dengan Bhineka Tunggal Ika, Unity in Diversity ... kita selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup.. tidak harus selalu sama hitam dan rambut tidak harus sama lurus.. perbedaan kadang justru sangat diperlukan... kalo kata Aa Gym, memiliki batu bata saja tidak cukup untuk membangun mesjid, butuh semen, butuh kayu, butuh besi... semua saling melengkapi.. tinggal gimana caranya kita menyikapi perbedaan itu... gelas bisa setengah penuh atau setengah kosong tergantung cara kita memandangnya...

Aku bersyukur memiliki orang-orang hebat disekelilingku, di rumah, di kantor, di bangku sekolah hingga di kehidupan bermasyarakat... aku membutuhkan dan merindukan kehadiran mereka, walau semua begitu unik... tapi ternyata yang unik itu yang mewarnai hidupku....so I can say to all my beloved friends.. I love You coz You complete Me... thank you for being around... (mungkin gue sering lupa nunjukin ke kalian, lupa telpon pas kalian bday, tapi sungguh kalian begitu berarti..)



^- Puspita - 14 February 2005 -^


[Journey] Ngelayap ke Bandung Utara


Setiap kali pergi ke Bandung untuk bekerja, rasanya sedih sekali melihat gapura selamat datang saat memasuki kota Bandung, entah kenapa dimataku tulisannya berubah jadi selamat bekerja, hiks ngga rela. Untunglah suasana kerja di kantor Bandung cukup menyenangkan hingga tidak terasa bosan. Selepas kerja seperti biasa saya dan beberapa teman pulang larut, asyik menikmati teh hangat dan cemilan seru di resto sekitar lembang sambil ngobrol sana sini hingga lupa waktu. TGIF.

Esok harinya, bangun pagi! Kami mau melancong ke Bandung Utara mengunjungi obyek wisata Situ Patenggang dan Kawah Putih, berangkat dari Bandung usai sarapan jam 08.30, perjalanan sedikit merayap selepas dari pintu tol Kopo, satu jam kemudian kami sudah tiba di daerah Soreang (*), dimana terdapat kantor DPRD Bandung. Hmm ini benar-benar suasana desa khas Jawa Barat. Hamparan sawah di kanan kiri jalan sangat menyegarkan mata apalagi mata yg kurang tidur. Sesekali nampak kuda dan kerbau yang melenggang anggun menarik gerobak berisi hasil bumi. Ingin berfoto bersama? Hati-hati, ada banyak ranjau darat berserakan di jalan J

Karena masih pagi kami memilih untuk melihat Situ Patenggang yang terjauh terlebih dahulu , jalanan menuju kawasan Ciwidey sedikit menanjak dan berliku, untungnya pemandangan di kanan kirinya hijau menawan, kami pun memutuskan membuka jendela dan membiarkan angin sejuk semilir yang dingin bebas menyapa. Sempat kami lihat gerbang wisata Kawah Putih dan beberapa tempat pemandian air panas, tapi kami terus saja melaju ke arah Situ.

 -- Situ Patenggang --
 -- Kawah Putih --
 -- Love the fresh air --
 -- Mystic --

Memasuki kawasan perkebunan teh dan situ kita harus membayar retribusi sebesar Rp.3000 per orang. Well, its nothing compare to the scenic view you’ll see inside. Subhanallah, refresh banget lihat kebun teh bak selimut hijau, tebal nan lebar membentang, hmm what a day. Its even more catchy than what you could see along Puncak area. Tak lupa kami menyempatkan berfoto bersama Ibu-ibu yang masih asyik memetik teh, aha ternyata kami boleh juga meminjam atributnya, great.

Di bawah sana tampak situ patenggang yang berair tenang, sungguh eksotis dengan sedikit aroma mistisnya. Sayang saat kami tiba disana, hujan rintik turun menyergap hingga kami tak bisa menumpang perahu menuju batu cinta. Pernah dengar kan legenda batu cinta dan situ patenggang? Kisah seorang putri yang setia menunggu kekasihnya di batu besar yang kini disebut batu cinta, ia begitu bersedih sehingga air matanya meluap menjadi air danau. Jadi kalau kini ada teman yang menangis berember-ember karena cinta, please deh belum seberapa, belum jadi danau getu lhow.

Karena tak bisa berperahu di situ patenggang, maka kami bergegas ke wisata kawah putih, ternyata dari pintu gerbangnya pun jalan yang harus dilalui cukup jauh, berliku, berbatu, menanjak, dan sempit, hanya muat 1 bis ukuran sedang. Kabut tebal yang turun saat itu membuat suasana makin mencekam, untunglah tak ada mobil yang berpapasan. Tiba di bibir kawah waktu menunjukkan pukul 11.50, mata langsung tertumbuk pada deretan penjual strawberry segar yang konon baru dipetik dari rumah strawberry yang banyak terdapat disekitar kawasan Ciwidey, untuk satu kotak plastik ukuran chiffon cake dijual seharga Rp.10,000 lumayan besar-besar buahnya, merah ranum menggoda, rasa asam berpadu manis menyegarkan, plus pahit kalau termakan daunnya ;-p.

Memasuki kawah kita dikenakan retribusi Rp4500 per orang, aroma belerang yang kuat akan menyambut kita saat menuruni beberapa anak tangga menuju kawah. Di depan mata tampak dinding kawah white everywhere mengepung air belerang yang mengepul berwarna kehijauan. Cool. Subhanallah tak terhenti. Beberapa pengunjung nampak asik berfoto dan merendam kaki atau tangan mereka di pinggir kawah, walaupun ada peringatan di beberapa area akan bahaya pasir hisap. Udara siang itu tidak begitu dingin, kami pun langsung menggelar bekal piknik berupa nasi padang yang kami beli di perjalanan. Nikmat juga makan rendang di tengah udara dingin, serasa di bukit tinggi, J as you wish. Sayang kami kesulitan menemukan tempat berganti kostum, padahal kami sudah bawa gaun untuk berfoto di tempat indah ini.

Kawah putih memang sudah seringkali digunakan untuk tempat pengambilan foto pre-wedding, nuansa eksotis dan romantisnya juga kerap kali menghiasi halaman mode majalah wanita. Karena seringnya, pengelola setempat mengenakan biaya khusus bagi yang berniat foto untuk tujuan komersil, terutama bagi pengguna jasa fotografer profesional.

Tak terasa sudah dua jam kami ada di sekitar kawah, semakin sore semakin banyak pengunjung yang datang. Kami pun beranjak pergi, hujan kembali turun saat kami memasuki kendaraan dan terus menghadang sepanjang jalan hingga tiba kembali di daerah Kopo. Rasanya belum puas, banyak yang belum kami jelajah di Ciwidey ini, pemandian air panasnya, rumah strawberry, juga Batu Cinta. We’ll be back someday, wanna join? J


Puspita Widowati - July 2005
(*) asal usul nama Soreang :
Dahulu kala ada sepasang kekasih yg hubungan cintanya tidak disetujui oleh orang tua mereka, karena sulit bertemu di desa kemudian mereka sepakat untuk bertemu di taman bunga di kaki bukit, setelah si pemuda menunggu lama sang gadis pun tiba saat mentari sudah diufuk barat dan si pemuda menyambut gembira “SORE, YANG” si gadispun tersenyum dan menjawab “SORE juga, YANG”, sejak saat itulah tempat itu dinamakan daerah soreang, untuk mempermudah mereka saat membuat janji.
-- aming banget ga seeh, hehe --