Friday, March 28, 2008

[Journey] Ranah Minang, Nagari Rancak yang Tak Jauh di Mato

 

… pusako minang, tanah pagaruyung, dipasuntiang siang dan malam, terbayang-bayang rumah nan gadang..

 

Waktu jadi anak SD dulu, kayaknya seru banget kalo disuruh Bu Guru nyanyiin lagu daerah Sumatera Barat dengan iramanya yg begitu dinamis diantaranya Kambanglah Bungo, di benakku terbayang pastilah negeri Minang yg menjadi inspirasi sejumlah karya seni penghuninya itu begitu indah. Thanks God, akhirnya aku dikasih kesempatan buat menginjakkan kakiku di Ranah Minang, yg ternyata bukan cuma surganya rendang, tapi juga punya sejuta potensi keindahan alam yg spektakuler, rancak benar.

 

This is my journal of 3 days 3 nights exploring Ranah Minang ...

 

Lembah Anai – Padang Panjang, Sambutan yg Menyegarkan..

 

Mendekati saat-saat landing di Bandara Katapiang, pemandangan indah berupa lautan luas dgn gradasi warna birunya dan jajaran kepulauan kecil yg berpasir putih serta pohon kelapa yg berjajar menyesaki tepi pantai, seakan menyapa ceria selamat datang pada kami. Wah senangnya, langitnya cerah pula. Ternyata Pak Dedi, staf Kodim Bukit Barisan, yg akan mengantar kami berkeliling Sumatera Barat selama 3 hari ini sudah menunggu dgn wajah tegangnya, hehe maaf yah Pak, maklum deh pesawat yg kami tumpangi sempat delay 30 menit.

 

Tanpa berlama-lama, kami langsung meluncur menuju tujuan pertama yaitu Lembah Anai. Teringat belum sempat sarapan, belok isi perut dulu di RM Lamun Ombak, wah ayam popnya enak, walaupun bumbunya beda dgn yg sering aku temui di Jakarta. Kenyang perut, mata yg tadinya tinggal 5 watt jadi terbuka lagi, ditambah pemandangan indah di kanan kiri jalan, lembah hijau dgn pepohonan yg masih rapat, membuat mata makin terang. Tidak sampai setengah jam kami sudah tiba di kawasan wisata Lembah Anai, cool! ada air terjun segede itu ditepi jalan, ga perlu manjat-manjat dan ga perlu trekking, seandainya semua air terjun di Indonesia ini bisa semudah itu aksesnya, enak bangets, hehe. Airnya so pasti dingin, boleh kok mandi-mandi, tapi di pinggir aja yah.

 

Puas foto-foto, merasakan cipratan air dan main-main di rel kereta tua, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Padang Panjang, tempat mangkalnya Sate Mak Syukur, hmm yg ini memang wajib dikunjungi. Walaupun perut masih kenyang, ternyata bau harum Sate Mak Syukur mampu menggugah selera kami. Kuahnya yummy, tidak terlalu pedas, bikin semangat buat nyolek-nyolek satenya yg lembut. Pasangannya karupuak jangek alias krupuk kulit yg crunchy. Slurrpp.

 

Menunggu cowo-2 Solat Jumat, aku terlelap dgn nyenyaknya di parkiran Mesjid, angin dingin Padang Panjang membuai aku bermimpi ketemu Pak SBY, haha penting ga sih gara-gara tadi liat foto beliau di tempat sate padang itu tuh.

 

Meninjau Danau Maninjau

 

Usai Shalat Jumat beranjak ke tujuan berikutnya yaitu Danau Maninjau, penasaran nih sama yg namanya Kelok 44 yg terkenal itu. Menuruni bukit mulai kelok kesatu, Danau Maninjau tampak sangat memukau di bawah sana, begitu tenang menawarkan kedamaian jiwa bagi siapa saja yg melihatnya. Makin kebawah kelokannya semakin dahsyat, kalau bukan penduduk asli, harus yg benar-benar berpengalaman mengemudi dan super hati-hati yg mampu melewati ke-44 kelok itu dgn selamat. Di sepanjang jalan berkelok tampak beberapa ekor monyet asyik bercengkerama sambil menunggu lemparan makanan dari mobil pengunjung. Lucunya tingkah mereka, jadi inget jaman kita kecil dulu hihi. Setibanya di tepian danau, aku sedikit kecewa karena pemandangan di bawah ini tidak secantik di atas tadi, sayang sekali. Di sekitar danau ada beberapa homestay dan hotel melati yg dapat dijadikan tempat bermalam, memang bagi mereka yg kesorean tiba di Maninjau tidak disarankan untuk menempuh Kelok 44 di malam hari, too dangerous. Langit mendung dan rintik gerimis melengkapi kekecewaanku, duh gagal niy ngambil foto di tepi Maninjau, kami pun memutuskan untuk bergegas menuju Bukit Tinggi. Kembali melewati kelok 44, ternyata perjalanan menanjak lebih scary, wah ini sih kalo bawa mobil tua or yg 1000 cc bakal sport jantung punya.

 

Bukit Tinggi, Kota Gadang Berbalut Keindahan 

 

Hari masih sore saat kami tiba di Kota Bukit Tinggi, kota kedua terbesar di Sumatera Barat setelah Padang, cukup padat dan ramai. Uniknya, hampir semua traffic light di Kota Bukit Tinggi ini berbentuk segi-empat dan sudah menggunakan board penunjuk waktu. Tujuan pertama adalah Kedai Nasi Kapau Uni Lies yg berlokasi di Pasar Atas yg konon sangat laris. Kedai Uni Lies yg jadi favorit para pejabat SumBar ini berada di dalam bangunan pasar dan terletak tepat di bawah tangga. Rasanya pastilah didominasi dengan santan dan cabe yg pekat, ‘ndulek banget’ istilah Jawanya. Pedesnya bikin sakit perut. Huaahhh begah abis.

 

Baik di kota Padang, Bukit Tinggi maupun Padang Panjang mudah sekali dijumpai penjaja keripik khas SumBar yg berbahan dasar singkong, yg sangat terkenal yaitu Keripik Sanjai yg dibalur cabe merah, bagi yg tak doyan pedas ada juga Dakak-Dakak yg rasanya gurih. Selain itu banyak juga penjual jajanan Pisang Panggang (mirip pisang epe-nya Makasar), pisang yg dipanggang terlebih dahulu lalu dipipihkan, bedanya kalau pisang epe dibumbui air gula merah di SumBar ini pisang panggangnya dimakan dengan unti alias kelapa parut yg manis. Tepat di depan Pasar Atas terdapat monumen Jam Gadang yg jadi kebanggaan warga Bukit Tinggi, yiuk marii berfoto ria. Puas menikmati Jam Gadang kami meluncur ke Hotel Pusako tempat kami akan bermalam, katanya sih favoritnya Pak SBY, yg merupakan salah satu hotel terbesar di Bukit Tinggi tapi sayangnya bangunannya kok sudah tampak kusam. Pusako terletak agak jauh dari hiruk pikuknya pusat kota Bukit Tinggi, viewnya Ngarai Sianouk dan sangat tenang juga nyaman, tapi jangan khawatir di malam hari seringkali ada pementasan tari-tari dengan iringan musik khas Minang, jadi pengunjung ga bakal merasa bosan dan sepi.

 

Rintik hujan yg menghiasi pagi pertama di SumBar membuat kami sempat surut semangat untuk beranjak dari hotel, untungnya Pak Dedi terus menyemangati dengan iming-iming cuaca di SumBar ini cepat sekali berubah. Let’s go G I Joe! Masih hujan, bechek, tak ada ojek, tapi kita tetep cuek, kayak bebhek, toh kita ga bau kethek ;p. Tujuan pertama di hari kedua kami adalah Taman Panorama Ngarai Sianouk dan Goa Jepang, masih di kota Bukit Tinggi. Wauuwww! Di tengah kota ada pemandangan seindah ini!

 

Ga heran Ngarai Sianouk sangat terkenal terutama di kalangan wisatawan asing, mengundang rasa penasaran orang untuk berkunjung ke Sum-Bar. It’s worth! Hujan yg turun dan padatnya jadwal hari ini membuat kami enggan menyusuri Goa Jepang. Yiukk ahh lanjut ke tujuan berikutnya, Lembah Harau.

 

Lembah Harau - Awesome! Superb! Luar Biasa Memukau !

 

Sepanjang jalan yg kami susuri dari Bukit Tinggi menuju Lembah Harau di daerah Payakumbuh, lagi-lagi kami disuguhi pemandangan Indah yg menyehatkan mata. Sawah hijau membentang luas, perbukitan yg masih terjaga kerapatan pepohonannya dan tebing-tebing yg menjulang angkuh di sekelilingnya. Tidak sampai 1 jam kami sudah tiba di kawasan wisata Lembah Harau, mata terbelalak mulut tak terkatup, Subhanallah ! awesome! Keren abizz.. totally rock!.. kami mampir di Eco Homestay, resort yg sangat representative di tengah kemegahan Lembah Harau.. recommended buat yg mau honey moon, absolutely a nice place, exotic, apalagi bathroom-nya open air bow.. gemericik air sungai dan suara jejeritan orang hutan terdengar bersautan di kejauhan, inilah keramaian khas Lembah Harau.. dan jangan takut gempa coz tebingnya tuh batu abis bukan batu kapur..

 

Puas menikmati Eco Homestay dan ngobrol dengan pengelolanya, kami menuju Air Terjun Harau, sayang airnya lagi langka, jadi hanya seperti air menetes disela tebing saja, matahari sudah mulai tinggi, kami mampir di warung tenda di kawasan Air Terjun dan menikmati nasi goreng ala kadarnya, hehe kalo perut udah laper sih apa aja terasa enak. Nampaknya ini juga prinsip seekor anjing peliharaan pemilik warung yg berkeliaran disana, ia begitu lahap menyantap kerupuk singkong yg kami tawarkan. Ohya di tempat ini kami juga bertemu suami istri dari Italia yg pada hari sebelumnya kami jumpai di daerah Maninjau, mereka berdua menyusuri Sum-Bar dengan menyewa sepeda motor, seru yah, padahal mereka udah ga muda lagi lhow, in early 50-lah.

 

Sekali Dayung Tiga Danau Terlampaui

 

Beralih dari Harau, kami melanjutkan perjalanan ke Singkarak melalui Batu Sangkar yg terkenal dengan Istana Pagaruyung dan Rumah Adat tertua. Sayang waktu sudah terlalu siang, pake acara nyasar pula, sehingga kami harus melewatkan kesempatan berfoto ria di rumah adat. Danau Singkarak adalah danau terbesar di Sum-Bar, jika dibandingkan dengan Danau Toba di Sum-Ut ataupun Danau Tondano di Sul-Ut, dapat dikatakan Singkarak-lah yg terawat dengan baik, airnya tampak jernih, cukup bersih walaupun beberapa sampah plastic tampak menghiasi dasar danau. Ada beberapa warung kopi berjajar di pinggir danau yg menjajakan indomie dan soto, cukuplah untuk menjadi teman menikmati angin sejuk dan pemandangan kilau indah cahaya matahari yg menerpa air danau. Tapi sebelum membeli sesuatu di sana, tanya dulu yah harganya, agak menohok juga beli coffeemix Rp.5.000, padahal di seputar BII Thamrin cuma Rp.2.500.

 

Usai istirahat sejenak, kami meluncur menuju Solok untuk melihat Danau Atas dan Danau Bawah, menurut perkiraan kami akan tiba disana sekitar jam 16.30, masih sempat mencari penginapan untuk bermalam disana. Kenyataannya perjalanan menuju Danau Kembar sangatlah panjang, melalui jalan berkelok dan kebun tea yg cukup jauh dari jalan utama Solok-Padang. Pemandangan yg Indah, lembah hijau di kanan kiri jalan menjadi terkalahkan oleh tubuh yg mulai lelah kelamaan duduk di mobil. Mendekati lokasi kami mencoba mencari penginapan, hotel atau apapun bentuknya, tapi ternyata tidak ada sama sekali, rumah makan yg cukup representative pun sulit ditemui. Wah wah berarti kami ga bisa bermalam disini dan harus kembali ke Padang. Waktu sudah menunjukkan jam 18.00 ketika kami tiba di lokasi wisata Danau Kembar, hmm danaunya bagus, mirip-mirip Danau Buyan-Tamblingan yg berdampingan di Bali, sayang sekali fasilitas disekitarnya tidak memadai. Brrrrr..angin berhembus sangat dingin, mungkin karena lokasinya di pucuk gunung. Kami pun tidak berlama-lama di tempat ini, langit sudah mulai gelap, sulit untuk mendapatkan foto-foto yg baik.

 

The Horror Part of This Journey

 

Perjalanan dari Danau Kembar ke Padang terasa begitu mencekam dan menakutkan untukku. Perut lapar kruyuk-kruyuk, tapi mau makan ga ada rumah makan yg buka. Melewati jalan berkelok tajam dengan hutan dan lembah di kanan kiri kami, tanpa penerangan sedikit pun kecuali lampu mobil kami sendiri, menyeramkan. Walau berusaha tampak tetap tenang, raut wajah Pak Dedi terlihat tegang juga. Kami sibuk komat-kamit mengucap doa untuk memulangkan mahluk asal Danau Kembar yg meminta ikut kami, aku pun merasa terganggu dengan kehadirannya, kupingku terus berdengung, menandakan ada sesuatu yg tak beres. Huhu mana ga ada rumah penduduk di kanan kiri jalan, jarang banget, cuma ada 1-2 deh. Aku cuma bisa berharap semoga kami bisa cepat sampai dan ga ada kejadian aneh such as ban bocor.

 

Untunglah tak lama kami tiba di puncak yg disebut Padang Scenic View, tempat favorit wisatawan melihat Padang dari kejauhan, mirip-mirip Lembang, di siang hari tentu sangat Indah, tapi di malam hari tetap saja menyeramkan. Padang Scenic View ini terletak di jalur Lintas Sumatera, jadi lalu lintasnya cukup padat. Truk-truk bermuatan besar tampak mengantri di tanjakan yg luar biasa curam. Butuh kepiawaian pengemudi agar truknya tidak meluncur mundur. Hiiii mengerikan, apalagi kanan kirinya jurang nan gelap. Kami yg dalam posisi turun pun harus mengalah, mendahulukan yg naik. Pak Dedi pun bercerita, sering terjadi motor yg mengantri tergilas truck di depannya yg meluncur mundur karena remnya rusak. Wadoww.

 

Syukur alhamdulillah, akhirnya kami tiba di kota Padang dengan selamat. Perut lapar memaksa kami langsung menuju ke Soto Padang Simpang Karya, yg mak nyuss rasanya enak tenan, recommended!

Badan terasa lelah, kami pun bergegas mencari penginapan, malam itu hampir semua hotel bintang di Padang fully occupied, untung saja masih ada kamar di Inna Muara, langsung cek in, mandi, zzzz…

 

Indahnya Pulau Sikuai.. It’s truly a Heaven on Earth..

 

Bangun pagi, semangat lagi, apalagi Pak Dedi punya berita baik buat kami bahwa kapal menuju Sikuai baru akan berangkat jam 10.00 nanti. Horrayyy, berarti kita ga terlambat dunk.  Akhirnya usai sarapan kami pun berangkat ke Dermaga Wisata Bahari.

 

Perjalanan dengan boat tradisional memakan waktu 1 jam 15 menit. Angin semilir dan goyangan ombak yg tenang membuat kami setengah mengantuk, tapi pemandangan luar biasa di depan mata sayang untuk dilewatkan. Kami memilih duduk di bagian depan boat, yg tanpa penutup terpal, sengaja menantang matahari yg lagi lucu-lucunya. Ternyata Pulau Sikuai terletak diantara banyak pulau-pulau lain, ada yg lebih besar dan kecil. Luar biasa kontur alam di Sumatera Barat ini, kalau kita lihat kepulauan lain biasanya datar-datar aja, sementara kepulauan di seputar Sikuai ini berbukit-bukit. Jadi gradasi warnanya tuh keren banget, bukit hijau berhias pasir putih lembut disekelilingnya, terserak dibirunya laut nan jernih.. perfecto!

 

Tiba di Sikuai Resort, milik Pusako Group, kami langsung menikmati makan siang, hmm angin sepoi-sepoi membuat kami mengantuk, kudu ngopi niyy.. tapi biarpun sudah meneguk segelas kopi kantuk tak hilang juga, apalagi diluar gerimis mengundang, hallah.. Usai shalat barulah timbul semangat baru, dengan menyewa alat snorkel dan live jacket dari resort, aku langsung berlari-lari menuju pantai.. ikan, am coming !!  Perairan diseputar Sikuai ini termasuk landai hingga 10 meter dari bibir pantai, jadi jika air laut sedang surut harus berhati-hati jangan sampai menabrak karang. Untung seorang pemandu setempat memberi tahu aku jalur yg cukup aman. Hmm..Nyaman sekali rasanya melepas penat menyapa ikan-ikan nan cantik, di Sikuai ini ikan hiasnya cenderung lebih besar-besar dibanding daerah lain, walaupun karangnya tidak berwarna-warni, tapi gerombolan ikan beragam warna ini sangat menakjubkan. Memang perairan Indonesia ini masing-masing daerah punya karakteristik ekosistem yg unik satu dari yg lain. Kaya sekali negeri kita yah. Subhannallah.

 

Puas bermain dengan ikan, aku baru sadar tadi kaki kananku sempat menabrak karang, lumayan pedih rasanya, tapi gapapa, ga belajar kalo ga luka tohh... Usai berbilas, kami pun kembali ke kota Padang, dengan menumpang speedboat, kali ini perjalanan hanya 15 menit saja. Tiba di Padang, langit masih cerah, tapi tak dinyana sesaat kemudian hujan mengguyur deras, wahh balik dulu deh ke hotel, mandi-mandi dan packing yiuk.

 

Malam Terakhir di Padang

 

Waktunya makan malam, ga mau pusing kami pun kembali ke Soto Simpang Karya, abis enak sih soto padangnya, segerrr banged. Teringat belum sempat beli oleh-oleh, kami segera meluncur ke Toko Oleh-Oleh Shirley yg cukup terkenal, ahh ternyata tak jauh dari hotel kami. Kalap aku mengambil Kripik Sanjai dan Dakak-Dakak untuk keluarga dan teman-teman, hmm pasti semua suka. Pak Dedi mengajak kami menghabiskan malam terakhir dengan berkeliling menikmati Padang di waktu malam, gemerlap lampu kapal di Pantai Padang yg tampak cantik dilihat dari Jembatan Siti Nurbaya, dan para penjaja jagung bakar yg tak pernah sepi dari pengunjung. Sayang sekali tak satupun pedagang itu menjual cemilan khas Padang yg bernama Lemang Tapai, selidik punya selidik, ternyata makanan ini umumnya hanya dijual pagi hari di pasar tradisional saja. Duhh padahal aku udah penasaran abiz sama Lemang Tapai. Teringat masih ada teman yg belum kebagian oleh-oleh, maka kami menuju Toko Oleh-Oleh Christine Hakim, yg ini juga terkenal lhow. Selain keripik-keripik ada juga dendeng balado dan rendang kering. Yummy. Waahh ga kerasa lhow, ini malam terakhir, besok kami harus pulang deh.

 

Sumatera Barat memang komplit, worthed buat dikunjungi, keindahan alamnya berpadu dengan kelezatan kuliner dan kekayaan budayanya.

 

.. Kampuang Nan Jauh di Mato, Gunung Sansai Bakuliang.. eh sekarang udah ga jauh dimato lagi kok.. naik pesawat cuma sebentar hehehehe..

 

Yiukk mare teman, kunjungi Sumatera Barat. Mau ikut trip JeNus kesana? Dijamin menarik! Btw, foto-foto di album foto yahhh..

 

^Puspita Widowati^

http://chickenduck00.multiply.com/

http://chickenduck00.blogspot.com/

 

1 comment: