Saturday, August 6, 2005

[Journey] Meriahnya Hari di Zona Inti Kepulauan Seribu - June '05


"From My Diary"... by Puspita Widowati
Jujur saja awalnya saya sedikit hopeless dapat melihat keindahan bawah laut di Pulau Seribu mengingat pemberitaan seputar pencemaran di teluk Jakarta yang sudah sangat memprihatinkan sering menghiasi surat kabar kita, namun demikian saya tidak menampik ajakan dari Explorer Indonesia untuk mengunjungi zona inti taman laut nasional pulau seribu 25 Juni lalu, maklum deh tidak semua hidung bisa berkunjung ke zona inti yang sangat dilindungi ini kecuali untuk tujuan penelitian.
 
 
Rombongan berangkat dari dermaga Marina yang berada di komplek perumahan Pantai Mutiara Pluit Sabtu pagi dengan menggunakan 2 buah kapal besar, 1 kapal Andarini yang mewah ber-AC dan 1 lagi kapal kayu tradisional. Teringat pengalaman menumpang kapal mewah di Karimun Jawa yang justru membuat kami norak dan mabuk laut, maka saya dan teman-teman memilih menumpang kapal kayu, angin laut yang cepoi cepoi sepertinya lebih bersahabat buat kami.. J
 
 
Keberangkatan yang sedikit molor dari jadwal, membuat kami tertidur di sepanjang perjalanan dan baru membuka mata lagi saat kapal merapat di pulau bidadari yang hari itu tampak meriah oleh deretan kapal-kapal hias. Masih dalam rangka perayaan hari ulang tahun ibukota Jakarta tercinta dan upaya pemda pulau seribu untuk menggalakkan wisata bahari, malam itu di pulau bidadari digelar pesta DJ yang konon akan dihadiri 1,500 pengunjung, wow.
 
 
Tak lebih dari sepuluh menit kami sandar di Bidadari, kapal pun melaju ke pemberhentian berikutnya yaitu Pulau Pramuka. Tiga jam berlayar tibalah kami di Pramuka, rombongan istirahat sejenak di balai taman nasional sambil mengisi perut dan menyegarkan diri dengan berwudhu. Selanjutnya kami mengunjungi tempat penangkaran penyu sisik dan pembibitan pohon mangrove, sungguh ini adalah hiburan yang menarik dan sarat ilmu. Senang rasanya melihat dan dapat mengelus tukik (bayi) penyu yang berenang-renang di dalam bak juga kolam. Sempat tercekat dalam haru saat mendengar penuturan petugas taman nasional tentang kehidupan penyu-penyu yang dilindungi ini, beratnya perjuangan mereka untuk hidup di laut, sulitnya mencari tempat yang aman untuk bertelur bahkan hingga ribuan mil dan ketidakberdayaan mereka menghadapi pengrusakan ekosistem pantai. Selain penyu sisik, di penangkaran ini dapat juga ditemui penyu hijau yang dibawa dari pantai ujung genteng Sukabumi.
 
 
Puas bermain dengan penyu, perjalanan dilanjutkan ke pulau yang akan menjadi base camp kami yaitu pulau Pamegaran yang berjarak tempuh 1 jam dari pulau Pramuka. Hmm air lautnya sudah tampak lebih jernih sekarang, tak lagi hitam ataupun hijau penuh sampah. Merapat di Pamegaran yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bira, tampak tenda-tenda kami sudah tegak berdiri, ternyata pulaunya tidak terlalu besar tapi justru asri karena tak berpenghuni. Rombongan langsung menyebar, sebagian langsung sibuk dengan snorkle dan masker, ada yang mencoba bermain kano, ada pula yang langsung mengambil kamera dan sibuk mengatur posisi bersiap mengabadikan momen sang surya tenggelam. Sayang sekali di seputar pulau pantainya sudah dikepung bulu babi dan ubur-ubur sehingga butuh kehati-hatian ekstra bermain di pantai. Beberapa teman tampak meringis kesakitan terkena bulu babi dan ada yang tampak sibuk menggaruk tubuhnya karena gatal-gatal terkena ubur-ubur. Walau tak berenang terlalu jauh tapi saya cukup senang dapat menemukan bintang laut berwarna biru yang cukup besar, juga bertemu rombongan ikan warna warni. (pls don’t ask me name of the fish, I only familiar with – ikan goreng & ikan bakar ;-p)
 
 
Saat langit mulai kelam barulah kami berhenti bermain air, ada yang langsung berbilas, ada juga yang sibuk membuat api unggun dan bermain pasir. Saya dan teman-teman, Sisca-Leo-Jimmy-Azhar-Andreas, bercanda-canda menikmati kebersamaan sambil saling menimbun diri dalam pasir yang putih dan halus, ditemani sebungkus kacang kulit dan minuman hangat. Kebetulan kami berenam tingkat stressnya sudah mencapai batas maksimal, jadi di tempat terpencil ini disaat jauh dari klien, bos dan tumpukan kertas kerja benar-benar dimanfaatkan untuk pelepasan stress sepenuhnya. Tertawa sepuasnya entah apa saja yang ditertawakan. Man! This is what we call Life!
 
Usai membersihkan diri dengan air seadanya (satu peserta dibatasi mandi dengan dua gayung saja maklum air bersih terbatas), kami menikmati makan malam dengan menu ikan bakar.. hmm yummy.. gurih tenan.. baru saat itu saya tahu ternyata harga ikan di pulau seribu lebih mahal daripada di muara angke.. sebabnya? simpel saja, hukum ekonomi..
 
 
Dalam keadaan perut kenyang, sungguh nikmat rasanya duduk di tepi pantai sambil saling bercerita, bernyanyi, menjulurkan kaki hingga ujungnya sesekali tersentuh air laut, menunggu munculnya plankton-plankton yang tampak bersinar seperti fosfor saat terdampar di pasir, memandang bintang-bintang yang bertaburan di atas sana J. Malam itu kami berenam memutuskan tidur di luar tenda menggelar sleeping bag… zzz (walaupun seperti biasa, harus tergopoh-gopoh bangun di dini hari karena hujan mulai turun)
 
Keesokan pagi, setelah puas dengan session foto sunrise dan mengisi perut secukupnya rombongan pun mengemas barang-barang dan segera bertolak ke zona inti di perairan pulau Penjaliran. Tak sabar rasanya menanti perjalanan selama 1.5 jam, beberapa teman bahkan sudah mulai lemas karena mabuk laut. Tiba di Penjaliran, huah lega luar biasa, apalagi pemandangan di depan mata sungguh indah, bak batu permata hijau ditengah hamparan permadani biru. Teman-teman yang enggan berbasah-basah memilih trekking di pulau, menikmati perpustakaan flora yang kaya disekeliling hutan bakau Penjaliran. Sementara saya dan teman-teman lain diantar kapal ke perairan laut dangkal taman nasional yang masih diperbolehkan dikunjungi untuk tujuan wisata. Sambil menunggu giliran menceburkan diri ke laut, saya menikmati pemandangan burung elang laut, camar dan bangau berterbangan disekeliling pulau sambil sesekali meliuk ke laut memangsa ikan.
 
 
Pemandangan di bawah laut Penjaliran hampir sama seperti pulau Geleang di Karimun Jawa, bunga karang yang cantik (walaupun warna-warninya tidak semeriah Karimun), nemo dan saudara-saudaranya… Subhanallah tak terhenti… sayang, visibility di bawah sana tidak terlalu bagus sehingga beberapa foto yang diambil di dalam laut tidak terlalu jelas hasilnya.. selain itu, sakhing dangkalnya laut tempat kami diceburkan beberapa teman luka luka karena tergores karang… saya sendiri beberapa kali terpaksa habis waktu menarik-narik baju saya yang tersangkut di karang.. nggak lucu kan kalo pas naik ke kapal baju saya jadi compang camping.. Sisca tampak sangat bersemangat berenang paling jauh ke tengah, bersama Andreas yang sebelumnya sempat manyun karena tak ada teman menyelam.. Ketika sadar bahwa arus laut semakin kuat dan perut sudah lapar, kami pun bergegas naik ke kapal.
 
Perjalanan hari itu sungguh melelahkan, seharian penuh kami berada di tengah laut, sejak pagi jam 09.00 hingga tiba saat kapal merapat di Muara Angke jam 19.30.. banyak peserta tumbang karena mabuk laut .. apalagi ombak yang sangat kuat setinggi hampir 2 meter terus menerus menghantam kapal kayu yang kami tumpangi sejak kapal bertolak dari Pramuka.. awalnya saya, Sisca, Jimmy, Leo dan Lina bertahan duduk di buritan untuk menghindari mual dan pusing yang umumnya diderita mereka yang duduk di bagian dalam kapal, ombak yang semakin kuat memaksa kami masuk ke dalam (takut kelempar gitu lhow, langit semakin gelap pula).. akhirnya saya pun tak kuat menahan mabuk..lemas.. hampir putus asa rasanya karena daratan yang dituju tak tampak jua di depan mata..
 
 
Hmm tak terbayang bagaimana beratnya perjuangan nelayan kita, kadang mereka harus berhari-hari meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berlayar mencari ikan, tantangan alam seperti ombak, angin kencang, hujan lebat dalam kegelapan malam yang mencekam... belum lagi perlakuan tidak manusiawi yang kerap mereka terima jika mereka terdampar di pulau atau negara lain (masih ingat donk kasus pertikaian nelayan jawa dengan kalimantan, penyiksaan nelayan asal Maluku yang terdampar di perairan Australia).. sungguh mereka layak disebut pahlawan pangan.. terimakasih bapak-bapak nelayan.. karena kegigihan kalian lah kami dapat dengan mudah menikmati ikan yang lezat..
 
 
nenek moyangku seorang pelaut.. gemar mengarungi luas samudera.. syalala :-) (lha kok jadi qasidahan yaa ;-p)




No comments:

Post a Comment