Setiap kali pergi ke Bandung untuk bekerja, rasanya sedih sekali melihat gapura selamat datang saat memasuki kota Bandung, entah kenapa dimataku tulisannya berubah jadi selamat bekerja, hiks ngga rela. Untunglah suasana kerja di kantor Bandung cukup menyenangkan hingga tidak terasa bosan. Selepas kerja seperti biasa saya dan beberapa teman pulang larut, asyik menikmati teh hangat dan cemilan seru di resto sekitar lembang sambil ngobrol sana sini hingga lupa waktu. TGIF.
Esok harinya, bangun pagi! Kami mau melancong ke Bandung Utara mengunjungi obyek wisata Situ Patenggang dan Kawah Putih, berangkat dari Bandung usai sarapan jam 08.30, perjalanan sedikit merayap selepas dari pintu tol Kopo, satu jam kemudian kami sudah tiba di daerah Soreang (*), dimana terdapat kantor DPRD Bandung. Hmm ini benar-benar suasana desa khas Jawa Barat. Hamparan sawah di kanan kiri jalan sangat menyegarkan mata apalagi mata yg kurang tidur. Sesekali nampak kuda dan kerbau yang melenggang anggun menarik gerobak berisi hasil bumi. Ingin berfoto bersama? Hati-hati, ada banyak ranjau darat berserakan di jalan J
Karena masih pagi kami memilih untuk melihat Situ Patenggang yang terjauh terlebih dahulu , jalanan menuju kawasan Ciwidey sedikit menanjak dan berliku, untungnya pemandangan di kanan kirinya hijau menawan, kami pun memutuskan membuka jendela dan membiarkan angin sejuk semilir yang dingin bebas menyapa. Sempat kami lihat gerbang wisata Kawah Putih dan beberapa tempat pemandian air panas, tapi kami terus saja melaju ke arah Situ.
-- Situ Patenggang --
-- Kawah Putih --
-- Love the fresh air --
-- Mystic --
Memasuki kawasan perkebunan teh dan situ kita harus membayar retribusi sebesar Rp.3000 per orang. Well, its nothing compare to the scenic view you’ll see inside. Subhanallah, refresh banget lihat kebun teh bak selimut hijau, tebal nan lebar membentang, hmm what a day. Its even more catchy than what you could see along Puncak area. Tak lupa kami menyempatkan berfoto bersama Ibu-ibu yang masih asyik memetik teh, aha ternyata kami boleh juga meminjam atributnya, great.
Di bawah sana tampak situ patenggang yang berair tenang, sungguh eksotis dengan sedikit aroma mistisnya. Sayang saat kami tiba disana, hujan rintik turun menyergap hingga kami tak bisa menumpang perahu menuju batu cinta. Pernah dengar kan legenda batu cinta dan situ patenggang? Kisah seorang putri yang setia menunggu kekasihnya di batu besar yang kini disebut batu cinta, ia begitu bersedih sehingga air matanya meluap menjadi air danau. Jadi kalau kini ada teman yang menangis berember-ember karena cinta, please deh belum seberapa, belum jadi danau getu lhow.
Karena tak bisa berperahu di situ patenggang, maka kami bergegas ke wisata kawah putih, ternyata dari pintu gerbangnya pun jalan yang harus dilalui cukup jauh, berliku, berbatu, menanjak, dan sempit, hanya muat 1 bis ukuran sedang. Kabut tebal yang turun saat itu membuat suasana makin mencekam, untunglah tak ada mobil yang berpapasan. Tiba di bibir kawah waktu menunjukkan pukul 11.50, mata langsung tertumbuk pada deretan penjual strawberry segar yang konon baru dipetik dari rumah strawberry yang banyak terdapat disekitar kawasan Ciwidey, untuk satu kotak plastik ukuran chiffon cake dijual seharga Rp.10,000 lumayan besar-besar buahnya, merah ranum menggoda, rasa asam berpadu manis menyegarkan, plus pahit kalau termakan daunnya ;-p.
Memasuki kawah kita dikenakan retribusi Rp4500 per orang, aroma belerang yang kuat akan menyambut kita saat menuruni beberapa anak tangga menuju kawah. Di depan mata tampak dinding kawah white everywhere mengepung air belerang yang mengepul berwarna kehijauan. Cool. Subhanallah tak terhenti. Beberapa pengunjung nampak asik berfoto dan merendam kaki atau tangan mereka di pinggir kawah, walaupun ada peringatan di beberapa area akan bahaya pasir hisap. Udara siang itu tidak begitu dingin, kami pun langsung menggelar bekal piknik berupa nasi padang yang kami beli di perjalanan. Nikmat juga makan rendang di tengah udara dingin, serasa di bukit tinggi, J as you wish. Sayang kami kesulitan menemukan tempat berganti kostum, padahal kami sudah bawa gaun untuk berfoto di tempat indah ini.
Kawah putih memang sudah seringkali digunakan untuk tempat pengambilan foto pre-wedding, nuansa eksotis dan romantisnya juga kerap kali menghiasi halaman mode majalah wanita. Karena seringnya, pengelola setempat mengenakan biaya khusus bagi yang berniat foto untuk tujuan komersil, terutama bagi pengguna jasa fotografer profesional.
Tak terasa sudah dua jam kami ada di sekitar kawah, semakin sore semakin banyak pengunjung yang datang. Kami pun beranjak pergi, hujan kembali turun saat kami memasuki kendaraan dan terus menghadang sepanjang jalan hingga tiba kembali di daerah Kopo. Rasanya belum puas, banyak yang belum kami jelajah di Ciwidey ini, pemandian air panasnya, rumah strawberry, juga Batu Cinta. We’ll be back someday, wanna join? J
Puspita Widowati - July 2005
(*) asal usul nama Soreang :
Dahulu kala ada sepasang kekasih yg hubungan cintanya tidak disetujui oleh orang tua mereka, karena sulit bertemu di desa kemudian mereka sepakat untuk bertemu di taman bunga di kaki bukit, setelah si pemuda menunggu lama sang gadis pun tiba saat mentari sudah diufuk barat dan si pemuda menyambut gembira “SORE, YANG” si gadispun tersenyum dan menjawab “SORE juga, YANG”, sejak saat itulah tempat itu dinamakan daerah soreang, untuk mempermudah mereka saat membuat janji.
-- aming banget ga seeh, hehe --
hehehehe... soreang = sore + yang... hehehehe..
ReplyDeletekalo co bandung / sunda.. manggil ke ce nya... neng... jadi kebayang aja jadi sore+neng = soreneng.. gak enak banget ya...
pengen banget nih ke Ciwidey..
ReplyDeleteHi, makasih atas infonya ya' lumayan buat patokan jalan di Bdg euy... Lam kenal ya...
ReplyDelete