Untuk seorang pecandu jalan-jalan seperti saya, rasanya tidak lengkap kalau pergi kesuatu kota tanpa melihat pemandangan indah, belanja pernak-pernik plus jajan makanan khas daerah setempat. Itu juga yg saya lakukan ditengah kesibukan acara ‘nyadran’ alias ziarah ke makam para leluhur di Yogya akhir minggu lalu. Apalagi kalo bukan ngulik kawasan seputar Malioboro yang terkenal itu. Dan seperti biasa, saya berbagi laporan pandangan mata yg bisa jadi referensi teman-teman jika terdampar disana.
Penginapan
Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali penginapan dari yg kelas melati hingga diamond. Kalau kita menyusuri dari sisi utara (selepas stasiun Tugu) hingga ke selatan (arah ke Psr Bringharjo) di jalan utama kita bisa menjumpai beberapa hotel bintang 3, Inna Garuda, Ibis dan Mutiara Baru. Sedikit menikung ke kiri ada Melia Purosani yg gagah berdiri di tengah lingkungan pertokoan grosir. Untuk kelas melati banyak terdapat di jl. Sosrowijayan dan jl. Dagen yg terdapat di sisi kanan Malioboro dengan rate yg cukup variatif, dari 50.000 hingga 150.000 tergantung fasilitas kamarnya, ada lho 80ribu udah dapet kamar ber-ac. Untuk bintang 3 berkisar 240.000 hingga 300.000. Di daerah Pasar Kembang (dekat Stasiun Tugu) juga terdapat banyak hotel melati, tapi hati-hati ya karena kawasan ini terkenal sebagai daerah tujuan pehobi prostitusi dan peseli bobo siang, salah-salah bisa kena grebek lho.
Hotel Mutiara Baru memiliki letak yg strategis persis ditengah sentra perbelanjaan dan disamping kantor Gubernur DIY, ratenya cukup kompetitif 265.000 incl breakfast. Mirip-mirip Sahid Group lah modelnya, makanannya enak (better than Inna Garuda), ada free transfer ke airport & stasiun plus yg terpenting, ada hairdryer!
Belanja Kerajinan
Yogya terkenal dengan barang-barang kerajinan yang beragam dan penuh kreatifitas seni. Murahnya upah tenaga kerja membuat Yogya menjadi sentra industri kerajinan seni, bahkan produk kerajinan yang sering kita beli dari Bali konon beberapa justru diproduksi di Yogya. Di kawasan Malioborolah berbagai model kerajinan itu dijajakan, dari mulai di kaki lima, pasar bringharjo, hingga Mall yg nyaman. Jangan panik dulu lihat pernak-pernik yg dijajakan, survey harga dulu yuuk ke toko Mirota Batik yg terdapat di ujung selatan Malioboro, jalan kaki ga jauh kok, tapi kalo mau naik becak dari sisi utara Malioboro cuma 3000an juga sih. Di toko 2 lantai ini terdapat berbagai bentuk kerajinan, batik, accessories, souvenir, perlengkapan interior, perak, keris, barang antik (telpon & mesin jahit jaman dulu), aromaterapi hingga jamu-jamu khas Jawa. Harga di Mirota umumnya cukup fair alias tidak terlalu mahal, beda 1.000-4.000 lah dari kaki lima. Surely kalo mau beli segambreng alias banyak kudu consider juga untuk cari barang sejenis di kaki lima or pasar bringharjo, at least kita tahu dulu harga pasarannya khususnya untuk standar mutu yg sama.
Khusus batik berkualitas selain di Mirota ada juga di toko Terang Bulan yg terletak di sisi jalan dekat mall. Kain batik tulis (250rb-1jt) dan batik cap (60rb-200rb), sarung (mulai 30rb), kemeja (mulai 40rb), baju muslim (mulai 125rb), sprei, taplak meja dan produk busana lainnya dari berbagai kualitas dijajakan disini. Toko Terang Bulan ini sudah ada sejak tahun 1940an dan terus menjaga kualitas dagangannya hingga saat ini.
Nyatronin kaki lima juga seru apalagi kalo pinter nawar. Sayang kalo beberapa tahun lalu saya bisa dapet harga sangat miring di kaki lima dgn berbekal bahasa jawa kromo inggil seadanya sekarang tidak lagi, soalnya sebagian besar kaki lima di malioboro saat ini adalah pendatang L. Untuk batik kualitas kaki lima bisa didapat lebih murah di Pasar Bringharjo, sayangnya pasar ini sering tutup di hari-hari tertentu (biasa deh aturan primbon).
Ngiras Jajanan
Ehm jajan! Di sepanjang jalan Malioboro terdapat banyak sekali jajanan lesehan yg nampaknya menggiurkan, tapi ternyata tak ada satupun yang dianggap layak untuk direkomendasikan, bahkan oleh orang Yogya sendiri. Kalaupun kepepet pengen banget nyobain lesehan pilih deh di sekitar kantor Gubernur, cukup banyak orang makan disana, harga makanan pun sudah tertera (walau tetap perlu diconfirm).
Jajanan pagi hari banyak terdapat di pasar Pathuk yg dikenal dgn bakpianya, bisa ditempuh dgn becak 3000 saja. Minta tukang becak bawa ke pasar tradisionalnya, jangan mau kalau ditawarin ke penjual bakpia yg aneh-aneh. Bakpia Yogya yg terkenal adalah bakpia Pathuk 75 dan 55. Karena sudah direferensikan dari Alm kakek saya sejak dulu, favorit kami adalah bakpia Pathuk 55 yg terletak di tusuk sate depan pasar. Bakpia Pathuk 55 punya keistimewaan di isinya kacang hijau kumbu hitam yg tidak terdapat di penjual bakpia lainnya. Kulitnya lebih tipis, renyah dan isinya melted di lidah saking lembutnya, gak bikin seret leher. Memang lebih mahal dari penjual lain yaitu sekitar 600 per buahnya tapi sesuai dgn rasanya. Selain bakpia mereka punya produk andalan lain yaitu kue bulan atau thong so pia (9000an yg ukuran besar) dengan berbagai isi.
Di samping bakpia 55 terdapat kios Serabi Notokusuman yang gurih manis legit, di seberangnya ada toko Andhini sakti (penjual abon sapi yg asli – daging semua ga pake campuran, juga kripik paru yg gurih banget), serta berbagai kue-kue jajanan pasar yg enak yg dijajakan di dalam pasar (putu mayang khas Yogya ga pake santen tapi kuenya sendiri udah gurih hmm), jangan khawatir pasarnya bersih kok ga kotor or becek. Di tikungan depan bakpia 55 saya sempat mencoba gudeg yg dijual seorang Ibu tua yang laris banget walaupun cuma dagang di emperan toko, cukup enak, 4000 rupiah udah pake ayam suwir, krecek, plus tahu.
Untuk gudeg sendiri, sentra penjualnya terdapat di jalan Wijilan dekat alun-alun utara Kraton Yogya (bisa ditempuh naik becak 5000 dari Malioboro). Yg terkenal adalah gudeg Yu Djum yg terletak paling selatan dari jajaran penjual gudeg itu. Gudegnya kering jadi tidak mudah basi walaupun dibawa perjalanan hingga 2 hari cocok untuk oleh-oleh. Kemasan kendil bisa dibeli seharga 50ribu, komplit isinya, sedangkan kemasan besek berharga 25ribu, kemasan sekedar nyicip bisa juga didapat seharga 5000. Bisa juga makan ditempat. Kalau tidak suka manis, lebih baik minta diperbanyak sambel kreceknya, pedesnya seru deh.
Ada satu rumah makan cina yg terkenal sekali di sisi kanan Malioboro, masuk di Jl. Pajeksan sekitar 200m. Namanya Restoran Mahkota, dulunya bernama Tiong San. Saking enaknya kemarin ada satu rombongan bis wisatawan dari Taiwan yang mampir disana. Saya mencoba pangsit kuahnya yg sangat terkenal sejak jaman Ibu saya kecil dulu, ternyata benar enak banget, cukup mahal sih 17500 untuk semangkuk bakso pangsit tapi no regret lah. Saya juga sempat bertanya sama Ncinya, khawatir kalo mengandung babi, tapi dia bilang kalau bukan menu babi ya tidak ada babinya, minyak babi juga tidak digunakan karena membuat makanan berkuah menjadi kotor karena minyak babi biasanya mengental. Konon rahasianya adalah minyak seafood dan minyak belut yang lebih bening dan tidak membuat eneg. Nah loh aneh lagi tuh.
Di malam hari belum afdol kalau belum makan jajanan khas Yogya yaitu bakmi Yogya yg dimasak pakai arang, serta minum wedang ronde. Wedang ronde banyak terdapat di sepanjang jalan Malioboro, rasanya tidak terlalu berbeda satu sama lain. Untuk bakmi Yogya yg enak dapat ditemui di Jl. Dagen, pedagangnya mangkal di depan SMP Stella Duce 1, laris banget, enak, murah cuma 5000 udah pakai ayam (ada juga nasi gorengnya), saking larisnya kudu sabar yah, soalnya ngantri. Entah deh sesuatu yg dimasak pakai areng itu memang membuat aroma dan rasa yg khas dan istimewa. You must try.
Arena Foto-Foto
Sepanjang jalan Malioboro berjajar gedung-gedung tua nan indah dimana kita bisa berfoto ria dengan mengambil angel kemegahan arsitektur gedung paduan Belanda dan Jawa. Dari paling utara ada stasiun Tugu yg romantis (inget lagu Sepasang Mata Bola kann?), bunderan Malioboro yg penuh lampu cantik, hotel Inna Garuda, terus ke arah selatan ada kantor Gubernur DIY, Benteng Vredenburg, Kantor Pos, Bank Indonesia, hingga Museum Sonobudoyo dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang anggun berwibawa.
Gak cukup sehari untuk bisa nikmatin Malioboro seluruhnya, apalagi keliling Yogya hingga Parangtritis, Prambanan, Borobudur, Merapi. Jadi siapkan waktu lebih panjang untuk menikmati Yogya dan banyak berbagilah untuk menghidupi salah satu daerah dengan pendapatan perkapita terendah di negeri ini, yaitu dengan cara memborong kerajinan dan mencoba segala jajanan. Yuuuukkkk…
^-Puspita Widowati * October 2005-^
numpang promo ya sis
ReplyDeletehalo sis
ReplyDeletemampir yuk ada BANTAL MEJA LAPTOP lucu lho...
warna kain bisa pilih sendiri ....
Ayooo buruan ....
Order 085740075447
http://sugarsbong.multiply.com
BISA RESELLER lho....