Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Kira-kira itu kata yg paling cocok melukiskan hari-hariku pasca lebaran kemarin, disaat hampir semua orang heboh cuti, aku duduk manis di kantor, panas dingin kelimpahan tugas dari bos item, secara bos putih dan teman-teman cuti padahal bos item mau presentasi ke calon investor. Sementara badan masih remuk secara selama lebaran jadi infal PRT merangkap supir dan chef di rumah. Menderita. Yang kupikirkan dan membuatku tersenyum kembali cuma satu hal, minggu depan liburannn !! jalan-jalan !!
Di hari Selasa yg sangat dinantikan, aku dan Sisca bertemu di terminal 2 bandara Soetta. Phuket, am coming. Lupa check in online, untung masih bisa check in di komputernya Air Asia yg tersedia di seberang counternya, ga perlu ngantri, tinggal drop bagasi saja. Waktu drop bagasi sempat deg-degan, takut lebih, soalnya kami cuma beli 1 bagasi 15 kg saja untuk berdua. Eh bener aja lhow, dua tas pas ditimbang 16.2 kg, waduhh, untung masnya baik, jadi kita ga perlu bayar lebihannya.
Hanya ada satu penerbangan Air Asia Jkt-Phuket, jam 11.00, berangkat tepat waktu dan lumayan penuh. Kami dapat duduk di row 22, tengah, hiks hiks,udah kebayang, kita ga bakal kebagian nasi nih, padahal jam makan siang, mana tadi pagi cuma minum shake aja.
note 1 : naik Air Asia di waktu makan siang, kalau anda manusia yg wajib makan nasi seperti saya, lebih baik pesan dulu di internet biar aman, atau makan besar sebelum masuk pesawat, or unless pasrah deh makan sandwich atau pop mie.
Tiba di Phuket jam 14.00 (dua setengah jam perjalanan), kami celingukan mencari bis umum, info yg kami dapatkan bis umum menuju Phuket Town tersedia di sebelah kiri pintu keluar dari bandara, aha itu dia bisnya warna orange, sebelum menuju bis kami tukar uang kecil baht dulu di money changer bandara. Bis umum dari airport ke Phuket Town bertarif THB85, dari Phuket Town menuju Patong beach kita bisa menumpang Seng Tau (kendaraan umum seukuran metromini yg berjendela terbuka, kursi penumpangnya berhadapan seperti di angkot, Seng Tau biasanya melayani rute Phuket Town-Patong-Karon-Kata Beach) bertarif THB25-30. Tapi karena kami malas naik turunnya, jadi kami putuskan naik taxi travel (kayak Cipaganti ke Bandung gitu, satu mobil isi 7-10 orang) yg langsung diantar ke hotel, airport menuju Patong kena tariff THB150 per orang, nombok THB40, tapi tinggal duduk aja.
Di hari Selasa yg sangat dinantikan, aku dan Sisca bertemu di terminal 2 bandara Soetta. Phuket, am coming. Lupa check in online, untung masih bisa check in di komputernya Air Asia yg tersedia di seberang counternya, ga perlu ngantri, tinggal drop bagasi saja. Waktu drop bagasi sempat deg-degan, takut lebih, soalnya kami cuma beli 1 bagasi 15 kg saja untuk berdua. Eh bener aja lhow, dua tas pas ditimbang 16.2 kg, waduhh, untung masnya baik, jadi kita ga perlu bayar lebihannya.
Hanya ada satu penerbangan Air Asia Jkt-Phuket, jam 11.00, berangkat tepat waktu dan lumayan penuh. Kami dapat duduk di row 22, tengah, hiks hiks,udah kebayang, kita ga bakal kebagian nasi nih, padahal jam makan siang, mana tadi pagi cuma minum shake aja.
note 1 : naik Air Asia di waktu makan siang, kalau anda manusia yg wajib makan nasi seperti saya, lebih baik pesan dulu di internet biar aman, atau makan besar sebelum masuk pesawat, or unless pasrah deh makan sandwich atau pop mie.
Tiba di Phuket jam 14.00 (dua setengah jam perjalanan), kami celingukan mencari bis umum, info yg kami dapatkan bis umum menuju Phuket Town tersedia di sebelah kiri pintu keluar dari bandara, aha itu dia bisnya warna orange, sebelum menuju bis kami tukar uang kecil baht dulu di money changer bandara. Bis umum dari airport ke Phuket Town bertarif THB85, dari Phuket Town menuju Patong beach kita bisa menumpang Seng Tau (kendaraan umum seukuran metromini yg berjendela terbuka, kursi penumpangnya berhadapan seperti di angkot, Seng Tau biasanya melayani rute Phuket Town-Patong-Karon-Kata Beach) bertarif THB25-30. Tapi karena kami malas naik turunnya, jadi kami putuskan naik taxi travel (kayak Cipaganti ke Bandung gitu, satu mobil isi 7-10 orang) yg langsung diantar ke hotel, airport menuju Patong kena tariff THB150 per orang, nombok THB40, tapi tinggal duduk aja.
-- airport bus yg murmer, pintu keluar bandara belok kiri--
Note 2. di money changer Indonesia jarang ada uang kecil baht, biasanya pecahan 1000, untuk nyamannya sempatkan tukar uang kecil dahulu sebelum menggunakan kendaraan umum, meskipun supir tuk-tuk atau taxi punya uang kecil di dompet kadang mereka enggan mengembalikan en kita disuruh bergerilya mencari tukarannya.
Ternyata, travel ini berhenti sebentar di ruko tour pengelolanya, penumpang digiring turun dengan alasan pengecekan tiket, pas sampai di dalam kita ditawarkan paket-paket tournya, diantaranya mereka menawarkan tour ke phiphi island dengan harga THB3200 untuk dua orang. Ngeles bahwa kami punya teman dari Bangkok yg akan datang, kami meminta diperbolehkan menunggu saja di dalam mobil. Hampir 45 menit kami mampir di tempat tersebut. Ada dua pasang turis asia (entah Jepang atau Korea) dan dua turis Timur Tengah yg terjebak. Selanjutnya kendaraan bergerak menuju Patong dan 30 menit kemudian kami tiba di depan hotel kami, alamak jadi kalau tadi tidak mampir ke tour office itu, hanya satu jam saja perjalanan dari airport ke Patong yaaa.
Dua malam di Patong, kami menginap di Patong Paradee (Paradise) Resort, review hotelnya terpisah. Malam pertama itinerary kami adalah jalan santai melihat night life di Patong sambil mencari penjaja tour ke PhiPhi Island. Tidak jauh dari hotel kami melihat loket penjaja tour, pilih-pilih ngobrol-ngobrol nawar-nawar dapet deh tour ke PhiPhi dengan speed boat THB1200 per orang untuk besok pagi, termasuk transport transfer dari/ke hotelnya. Good. Urusan tour beres, kami jalan aja semampu kaki melangkah, ada Patong souvenir market di depan Hard Rock Café, hmm Hard Rocknya kerenan di Bali ahh, mana pemandangan depannya penuh dengan kabel listrik yg super berantakan. Lanjut jalan menyusur tepian pantai, ada deretan pedagang souvenir juga, wiii bikininyaa lucu lucuuu.. toko pertama nawarin harganya THB800, toko kedua langsung nawarin THB400, ujug-ujug dapatlah THB300, bikini two piece nan lucu yg di bali minimal 150ribuan ini 90ribu sajah, bahannya bagus pula, meskipun belum tau bakal dipakai dimana beli sajahh hihihi. Niat mau jalan sampai Bangla Road yg happening itu (satu ruas jalan yg khusus ditutup untuk pejalan kaki sesudah jam 6 sore, biasanya ramai oleh cabaret show jalanan yg dimeriahkan oleh lady boy yg cantik-cantik), apa daya kaki dah sengkle, jadi balik arah kembali ke hotel, mampir dulu jajan banana pancake, mirip crepes tapi basah ga garing, dan dibentuk kotak seperti martabak telur, isinya pisang dan disiram madu, manis legit yummy.
Ternyata, travel ini berhenti sebentar di ruko tour pengelolanya, penumpang digiring turun dengan alasan pengecekan tiket, pas sampai di dalam kita ditawarkan paket-paket tournya, diantaranya mereka menawarkan tour ke phiphi island dengan harga THB3200 untuk dua orang. Ngeles bahwa kami punya teman dari Bangkok yg akan datang, kami meminta diperbolehkan menunggu saja di dalam mobil. Hampir 45 menit kami mampir di tempat tersebut. Ada dua pasang turis asia (entah Jepang atau Korea) dan dua turis Timur Tengah yg terjebak. Selanjutnya kendaraan bergerak menuju Patong dan 30 menit kemudian kami tiba di depan hotel kami, alamak jadi kalau tadi tidak mampir ke tour office itu, hanya satu jam saja perjalanan dari airport ke Patong yaaa.
Dua malam di Patong, kami menginap di Patong Paradee (Paradise) Resort, review hotelnya terpisah. Malam pertama itinerary kami adalah jalan santai melihat night life di Patong sambil mencari penjaja tour ke PhiPhi Island. Tidak jauh dari hotel kami melihat loket penjaja tour, pilih-pilih ngobrol-ngobrol nawar-nawar dapet deh tour ke PhiPhi dengan speed boat THB1200 per orang untuk besok pagi, termasuk transport transfer dari/ke hotelnya. Good. Urusan tour beres, kami jalan aja semampu kaki melangkah, ada Patong souvenir market di depan Hard Rock Café, hmm Hard Rocknya kerenan di Bali ahh, mana pemandangan depannya penuh dengan kabel listrik yg super berantakan. Lanjut jalan menyusur tepian pantai, ada deretan pedagang souvenir juga, wiii bikininyaa lucu lucuuu.. toko pertama nawarin harganya THB800, toko kedua langsung nawarin THB400, ujug-ujug dapatlah THB300, bikini two piece nan lucu yg di bali minimal 150ribuan ini 90ribu sajah, bahannya bagus pula, meskipun belum tau bakal dipakai dimana beli sajahh hihihi. Niat mau jalan sampai Bangla Road yg happening itu (satu ruas jalan yg khusus ditutup untuk pejalan kaki sesudah jam 6 sore, biasanya ramai oleh cabaret show jalanan yg dimeriahkan oleh lady boy yg cantik-cantik), apa daya kaki dah sengkle, jadi balik arah kembali ke hotel, mampir dulu jajan banana pancake, mirip crepes tapi basah ga garing, dan dibentuk kotak seperti martabak telur, isinya pisang dan disiram madu, manis legit yummy.
Day 2 - Snorkeling @ Phi Phi Island
Usai menikmati sarapan pagi berupa roti, omelet dan salad, kurleb jam 8 kendaraan penjemput kami tiba, supirnya rada jutek gara-gara kesal lama mencari kami di lobby sementara kami menunggunya di cafeteria hotel. Sambil meracau dalam bahasanya, ia menunjuk jam tangannya. Iya dehh om, jam tangan situ keren hihihi. Perjalanan ke dermaga pemberangkatan makan waktu 45 menit. Tiba di dermaga, yg mengingatkan aku pada dermaga di karimun jawa, kami didata namanya dan seorang pria cantik menyambut kami dengan ramah, “Hi, am Mey, I will be your tour guide, our group name is green team, if I call you green team green team please follow me”, hmm gemulai sekalii, tapi sepertinya orangnya asik.
Jam 9 tepat speed boat kami diberangkatkan. satu speed boat berisi kurleb 30 orang peserta, sebagian duduk di bagian depan bertudung matahari, kami berdua memilih duduk di belakang yg adem takut item hihi. Anehnya, satu boat ini kok isinya turis asia semua yaa, ada yg dari cina, jepang, korea. hebatnya si mey bisa lhow ngobrol semua bahasa mereka, meskipun sepatah dua patah kata, dia bahkan bisa bahasa melayu, sepanjang jalan dengan fasih dia bercerita bahwa budaya Thai hampir sama dgn budaya Indonesia, dia ingin sekali jalan-jalan ke keraton jogjakarta, belajar tentang wayang kulit dan membuat gamelan. Menurut Mey, gamelan yg digunakan di Thai itu adalah produksi orang Jogja. Wah, bangga deh rasanya.
Tujuan pertama kita adalah Maya bay, itu lhow pantai tersembunyi yg dipakai syuting film The Beachnya leonardo dicarpio. maya bay ini seperti semacam celuk yg dikelilingi bukit-bukit, pasirnya putih lembut, gelombangnya tenang, sekilas mengingatkanku pada Pantai Tanjung Tinggi di Belitung, enak banget buat berenang-renang, cibang cibung. sayangnya, sakhing turisnya banyak banget (kurleb ada 10an speed boat yg sandar) jadi serasa di ancol deh pantainya, rame kayak cendol.
note 3 : untuk tour ke phi phi island, memang lebih puas ambil yg tour speed boat dibanding yg big boat, karena ada beberapa lokasi yg tidak bisa di singgahi oleh big boat karena pantainya terlalu landai, seperti di maya bay dan khai nok island, big boat mampir ke maya bay tanpa sandar, hanya foto-foto saja di tengah laut, snorkelingnya pun kurang puas jadinya. biasanya tour dengan big boat ditawarkan antara THB800-1200, sedangkan tour dengan speed boat berkisar di harga THB1200-1600. untuk sajian makanan (snack dan makan besar) mungkin di big boat lebih banyak, karena di speed boat hanya tersedia minuman saja air mineral dan soft drink, makan siang disediakan di pulau.
Saat boat mematikan mesin, segerombolan ikan langsung mendatangi boat kami, what a lovely greeting, Mey dan beberapa orang langsung menyebarkan roti tawar yg langsung disambut ikan-ikan itu dengan lahap. Aku dan Sisca bergegas menuju tangga kapal. Lho tapi kok orang-orang santai aja, masih sibuk oles-oles sunblock dan ngobrol. Aah sebodo teuing, ayo turun ciinn. cie duo tigo, byuurr. yum yum para ikan menyambut dengan mengerumuni kami, lhaa bukannya takut tapi malah pipiku, kakiku digigitin, alamak dikira roti kali yak. Untung saja kami pakai baju renang yg serba panjang. Ikannya memang luar biasa banyak, tapi hanya ada 3-5 jenis saja, paling banyak nemo kuning strip hitam. Terumbu karangnya pun biasaa banget, duh masih cantikan terumbu karang di Sepa deh, ikannya pun di Sepa lebih beragam. But still, it was fun!
Puas berenang, kembali ke kapal kami baru menyadari, ternyata banyak teman dari satu boat kami yg tidak bisa berenang, sama sih ama aku, tapi kan aku nekat hihihi. Sudahlah pake live jacket, kok yaa masih pakai ban, ada pula yg masih juga minta ditarik oleh kru kapal. Waah kalo ada Leo-Jimmy JeNus, entah apa jadinya mereka diusilin yah. Berenang pun para turis asia ini tetep modis, anting gede yg sejak tadi dipakai, tak juga dilepaskan, kostumnya pun entah ganti berapa kali. Tapi ada satu cewek Chinese yg jagoan, dia berenang kesana kemari tanpa live jacket tanpa alat snorkel, rambut kriwilnya, bahkan jepitan bunga kain segede gaban di rambutnya tak kena basah sedikitpun. Luar biasaaa.
Puas di Phi Phi Don kami menuju Khai Nok Island untuk makan siang dan bersantai. Yaah jadi ga mampir di Phi Phi Islandnya yah. Kecewa sih tapi ahh palingan mirip Madura (emang pernah ke Madura? ya belum lahh).
Puas di Phi Phi Don kami menuju Khai Nok Island untuk makan siang dan bersantai. Yaah jadi ga mampir di Phi Phi Islandnya yah. Kecewa sih tapi ahh palingan mirip Madura (emang pernah ke Madura? ya belum lahh).
Dari Phi Phi Don menuju Khai Nok Island dibutuhkan waktu 30 menit, jauhh yaa. Sambil mengutuki kebodohan kami yg tidak membawa camilan apapun, kami sibuk menutupi tubuh dengan handuk. Speed boat melaju kencang, ombak terasa menampar-nampar sisi kapal, mereka yg duduk di buritan mulai berteriak ketakutan, kain dan topi yg tipis mulai berterbangan, Mey dengan sigap menangkap dan menyimpannya. Kombinasi goyangan kapal, erangan naga di dalam perut, serta angin laut yg berhembus kencang membuatku dan Sisca mengantuk. We laugh to realize, yeaahaha we will not recommend our future husbands to buy “kasur air”, coz the more they do the move, the cooler the aircon blows, the faster they make us fall asleep, zzzzzz :D.
Gelombang laut makin mengganas, jeritan dari depan sudah tak terdengar, semua diam ketakutan, Mey terduduk di tengah kapal, kakinya ditekuk ke belakang, kepalanya tertunduk, ahh dia berdoa. Tak lama kemudian teman dari Cina yg duduk di samping kiriku diminta pindah ke sebelah kanan, begitupun dua orang awak kapal, untuk keseimbangan kata Mey. Sebagian besar peserta tampak mulai pucat, entah takut atau lapar seperti kami. Untuk mencairkan suasana hening, aku dan Sisca mencoba berceloteh, tertawa-tawa sendiri dan menggoda Mey. Nun jauh disana, awan gelap menutupi Phi Phi Island, hujan ciinn di Phi Phi. Lucky us!
Gelombang laut makin mengganas, jeritan dari depan sudah tak terdengar, semua diam ketakutan, Mey terduduk di tengah kapal, kakinya ditekuk ke belakang, kepalanya tertunduk, ahh dia berdoa. Tak lama kemudian teman dari Cina yg duduk di samping kiriku diminta pindah ke sebelah kanan, begitupun dua orang awak kapal, untuk keseimbangan kata Mey. Sebagian besar peserta tampak mulai pucat, entah takut atau lapar seperti kami. Untuk mencairkan suasana hening, aku dan Sisca mencoba berceloteh, tertawa-tawa sendiri dan menggoda Mey. Nun jauh disana, awan gelap menutupi Phi Phi Island, hujan ciinn di Phi Phi. Lucky us!
Lalu tibalah kami di Khai Nok Island , pulau kecil yg tidak berpenghuni, hanya ada satu restoran yg dikelola khusus untuk menjamu turis. Payung dan kursi pantai tampak berjajar rapi siap menemani mereka yg mau bersantai. Pantainya landai, berpasir putih dan arusnya tenang. Mengingatkanku pada ... Ka, ini kayak pulau kuburan cina yg kita cast away di Pulau Seribu yah? Ho oh. Kalo sama Pulau Burung yg di Belitung? Yaa enggalahh mba, gile kali lo, kerenan itu kaleee! Usai berfoto-foto di bibir pantai sejenak, kami langsung menyerbu makanan. Menunya lumayan komplit, ada mie baso kuah ala thai, nasi goreng, cah sayur, ayam goreng, daging, ikan asam manis, salad, kerupuk dan buah. Yumm.
Sambil makan Mey mengumumkan bahwa kami dapat berenang di sisi belakang pulau ini, karena di sisi depan banyak kapal yg bersandar. Tuntas dua babak, kami langsung menuju arah yg disebut Mey, lhaa kok pantainya berkarang, sakit di kaki, ga bagus, udah banyak orang pula, kami pun berjingkat ke arah depan, naaah tuh ternyata ada juga yg berenang di depan tapi agak ke sisi kanan, agak jauh dari kapal sandar. Karena airnya tenang dan landai, kami tinggalkan live jacket di kursi pantai, hmm lebih enak, ga terasa berat di punggung. Serombongan ikan datang menyambut kami, satu jenis saja, berwarna putih strip hitam dan berukuran kecil saja. Saking asyiknya berkejaran dengan ikan, tak sadar aku berenang ke tengah, untung ada pemandangan di depan sana yg membuatku gelagapan dan berbalik arah, apakahh ituuu? Sepasang turis asal negeri kamasutra berasa lagi syuting film 21 tahun ke atas. Ajegile, padahal disebelah sana masih banyak orang yg berenang dgn alat snorkel.
Sambil makan Mey mengumumkan bahwa kami dapat berenang di sisi belakang pulau ini, karena di sisi depan banyak kapal yg bersandar. Tuntas dua babak, kami langsung menuju arah yg disebut Mey, lhaa kok pantainya berkarang, sakit di kaki, ga bagus, udah banyak orang pula, kami pun berjingkat ke arah depan, naaah tuh ternyata ada juga yg berenang di depan tapi agak ke sisi kanan, agak jauh dari kapal sandar. Karena airnya tenang dan landai, kami tinggalkan live jacket di kursi pantai, hmm lebih enak, ga terasa berat di punggung. Serombongan ikan datang menyambut kami, satu jenis saja, berwarna putih strip hitam dan berukuran kecil saja. Saking asyiknya berkejaran dengan ikan, tak sadar aku berenang ke tengah, untung ada pemandangan di depan sana yg membuatku gelagapan dan berbalik arah, apakahh ituuu? Sepasang turis asal negeri kamasutra berasa lagi syuting film 21 tahun ke atas. Ajegile, padahal disebelah sana masih banyak orang yg berenang dgn alat snorkel.
Tepat jam 4, Mey meminta kami kembali ke boat 9013, waktunya pulang. Hiks sedih juga berpisah sama Mey. This trip would not be the same without Mey guiding us. Kapunkaa Mey. Back to the car, back to the hotel. Untuk melunakkan rambut yg seharian kena air laut dan membersihkan baju dari pasir pantai, kami berenang lagi di kolam hotel, sampai tangan berkerut membeku. Naik ke kamar, mandi lagi yg bersih, baru teringat kami punya janji dengan Tik, si penjaja tour. Bergegas kami turun dan menemuinya, kami mengambil city tour untuk esok hari dan tour ke James Bond Island untuk lusa. Harga yg terbaik yg kami dapat THB1000 untuk city tour dan THB1200 untuk James Bond, mahalll, alasannya karena kami pindah hotel ke Karon beach. Hmm gimana nih, hitung hitung timbang timbang, coba lirik brosur dari tour lain yg kami lihat kemarin malam, masih lebih murah sih. Ya sudahlah, bungkus Tik. Urusan tour beres. Masih ada uang lebih untuk jajan. Eeh ada tukang aneka sate di depan hotel, kayaknya enak tuh. Aku menjajal jantung ayam dan bakso ikan, sementara Sisca mengambil babi pedas dan ampela ayam. Satu tusuk THB10, isinya 4 pcs. Kami duduk di tepi kolam menikmati cemilan sate sambil membahas trip hari ini dan menikmati sinar bulan, full moon! Hmm enak niy satenya, beli lagi yuk, nambahh lagii masing-masing 2 tusuk, hahaha, diet gagal.
Note 4: Untuk mempermudah mobilisasi memang lebih baik menginap di Patong jika ke Phuket, kecuali temans menyewa mobil . Sejak di Jakarta kami sudah membayar akomodasi di Karon, tergiur oleh cerita bahwa Karon – Kata beach pantainya lembut dan daerahnya lebih tenang, jika di Bali Patong adalah Kuta dan Karon adalah Sanur or Nusa Dua. Jajanan dan street marketnya lebih murah di Patong, night lifenya lebih happening. Kalau mau mencoba menginap di Karon, lebih baik jadwalnya dari airport ke Karon dulu, enjoy sepi sepinya, main-main ke Kata atau Rawai Beach dengan menggunakan Seng Tau, dan baru pindah ke Patong untuk ikut tour ke PhiPhi or pulau lainnya, untuk ke airport juga harga taxinya ga jauh beda antara dari Patong maupun dari Phuket Town.
to be continued..
foto2nya mana????
ReplyDelete