Wednesday, May 16, 2007

My Meaningful Life

Am just an ordinary girl living in the 'big and crowded' city named Jakarta.. I believe, many people has the same story with me.. We are not alone at all..

 

Sama seperti kebanyakan orang kota, waktu saya habis dengan sibuk menata diri untuk mendapatkan karir lebih baik dipekerjaan, mengejar materi, menuntut ilmu dan hal lain yang berorientasi kepuasan fisik.. sisa waktu yg ada digunakan untuk bersosialisasi.. sedikit saja waktu untuk merenung dan membangun hubungan baik dengan Sang Pencipta..

 

Kebetulan juga, saya dikaruniai beberapa talenta oleh Sang Pencipta yang sayang sekali tidak saya maksimalkan karena selama ini hanya digunakan untuk berbagai hal yang bernama kesenangan diri..

 

Ego, sebagai anak perempuan satu-satunya dikeluarga, paling kecil, dan jarak usia yg cukup jauh dengan kakak, maunya menang sendiri, enggan mendengar pendapat orang, makin terasah didukung oleh berbagai keberuntungan disana-sini, save by the bell in any critical situation, apalagi pemahaman saya tentang agama sangatlah minim, makin lah ego terpupuk, jauh dari kegiatan bersyukur..

 

My turning back time.. was When I fall in Love..

 

Ketika si egois jatuh cinta, pada sosok yg nyaris sempurna inside out.. rintangan menghadang.. cinta yg membuat saya mau berkorban untuk orang lain, karena begitu ingin melihatnya bahagia, dengan cara yg ekstrim karena tak mau pengorbanan saya diketahui orang lain bahkan dirinya.. akting berlanjut.. tertawa riang dalam tangis, tegar dalam kekecewaan, tidak saja menipu orang lain juga diri sendiri..  

 

Pelarian pun dimulai.. dugem seminggu 2-3x.. joget naik meja? pulang pagi? biasa aja tuh… Alhamdulillah tidak sempat kenal narkoba.. akhirnya menyerah karena tetap merasa sepi di dalam segala bentuk keramaian itu..

 

Since I found You..

 

Pelarian diri berlanjut.. traveling.. tahun-tahun pertama yg jalan-jalan hanya fisiknya saja, pikiran masih melayang-layang merasa sebagai mahluk yg menderita.. kesan yg didapat hanyalah menumpuknya foto-foto saya di kota A, B, C dst.. masih berujung pada kebanggaan diri.. hingga saat pembelajaran pertama yang sedikit demi sedikit mulai mengikis ego.. saat saya mengikuti trip bersama komunitas Nature Trekker ke Ujung Kulon, siang itu dalam perjalanan pulang dari Pulau Peucang perahu nelayan yg kami tumpangi terkepung ombak yg cukup tinggi, padahal langit sangat cerah dan tak ada tanda-tanda angin bertiup kencang, tawa riang kami pun berubah jadi teriakan cemas.. saya dan beberapa teman tak bisa berenang dan tak satupun dari kami di perahu itu mengenakan live jacket.. hampir 45 menit drama ketakutan kami dimainkan, hingga saat menapak daratan banyak diantara kami yg bersujud syukur.. saat itulah saya mulai merasakan betapa saya merindukan Tuhan saya..

 

Perjalanan-perjalanan berikutnya, selalu terisi dengan tangisan.. kali ini bukan tangis ketakutan lagi, tetapi tangis haru.. haru karena hati saya mulai terbuka memaknai kebesaranNya.. bersyukur memiliki mata yg bisa saya gunakan untuk melihat, bersyukur diberi kesehatan, bersyukur diberi rejeki.. sekali lagi teruji dalam ketakutan, terombang-ambing ombak dalam perjalanan dari Pulau Penjaliran – kepulauan seribu, langit gelap, hampir semua peserta trip terkapar karena mabuk laut, saya bahkan hampir terlempar keluar saat ombak setinggi 2M menerpa perahu kami..  perjalanan ke Nusa Kambangan menyentuh sisi kemanusiaan saya, saat kami mengobrol ringan dengan seorang napi mantan pembunuh yg sangat merindukan keluarganya hingga hampir meneteskan airmata saat bercerita kepada kami..  tukang ojek di Ujung Genteng yg begitu lirih mengucap, ‘teteh sering-sering kesini ya, ajak temen-temennya juga, kalo sepi gini kita susah teh’.. hingga perjalanan ke Manado yg benar-benar membuka hati saya pada tulusnya persaudaraan..

 

Ternyata saya tidak sendirian, beberapa teman sudah mulai membawa hati dan pikirannya saat traveling untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Apalagi tempat-tempat indah di Indonesia umumnya masih alami, sedikit sekali sentuhan tangan manusia dan hanya lukisan indah Tuhan-lah yg kita temui disana.. keharuan semakin menyeruak saat menyadari jalan-jalan kita ternyata tidak hanya memberi dampak positif untuk diri kita sendiri tapi juga untuk saudara-saudara kita di tempat yang dikunjungi.. mereka senang karena diberi peluang untuk melakukan sesuatu yg bisa membantu penghasilan keluarganya, katakanlah bagi tukang ojek tadi, penyedia catering dan penginapan.. maka kami berhimpun menjadi beberapa EO, yang walaupun aktivitasnya berbeda visinya tetap sama, memberi arti bagi sesama dengan mengajak teman-teman baru menyambangi tempat-tempat indah dan menghidupi pariwisata di daerah terpencil di Indonesia, tak lupa kami mengajak juga mereka melakukan kegiatan social untuk daerah yg didatangi.. ternyata teman-teman kami pun yg notabene orang kota yg umumnya lelah dengan rutinitas hidup merasa senang juga memiliki keluarga-keluarga baru.. inilah kepuasan jiwa, melihat orang lain tersenyum dengan tulus..

 

Sedekah Pembuka Pintu Hati

 

Bagaimanapun dari sedekah inilah Allah mulai memberi pengalaman-pengalaman jiwa yg beragam.. kini yg kami belajari adalah hati yg memberi.. sedekah bukan milik para pejabat atau pengusaha yg berkelebihan saja tetapi milik siapapun yg punya hati dan empaty.. bisa berupa bantuan fisik, tetapi ternyata bantuan psikispun sangat diperlukan.. menyediakan waktu mendengarkan teman yg lagi curhat itu juga sedekah lho.. satu pengalaman batin yg membuat saya terharu adalah kepercayaan dan dukungan teman-teman pada kegiatan ini, pada peristiwa banjir kemarin awalnya saya hanya mau mengirimkan masakan saya untuk korban banjir, karena bingung harus kemana jadi saya menanyakan pada beberapa teman, alih-alih memberi jawaban mereka malah nitip dana untuk sekaligus dibelikan sembako, akhirnya saya, Mira dan Nuning kewalahan karena dalam 30 menit saja dana yg terkumpul banyak sekali dari 10 teman kami.. Subhanallah.. sesungguhnya kita hanya perlu punya niat baik, dan sisanya Tuhan yg mengerjakan..

 

90:10

 

Saya pernah membaca sebuah artikel tentang 90:10, penulisnya mengatakan dalam setiap kegiatan yg dilakukannya 90% adalah apa yg dilakukannya, tapi ternyata dari 10% porsi Tuhan saja bisa mengubah apa yg diinginkan si penulis itu.. ketika itu saya setuju pendapat si penulis, hingga suatu hari seorang teman justru bilang bahwa apa yg terjadi pada dia adalah sebaliknya 10:90 karena dia merasa dirinya tidak kompeten tapi bisa mendapatkan sesuatu yg lebih dari kemampuan dirinya..

 

Saat ego dan kesombongan sudah luruh, saya ikut menyetujui pendapat teman saya.. iya juga ya, secara kita cuma berniat baik saja malaikat sudah mencatat, selanjutnya memang Allah yang melakukannya, fisik kita hanyalah media yg dipinjamkan.. ketika kita mengulurkan sesuatu dengan tangan kita, Allah-lah yg menggerakkan tangan itu, rejekinya yg kita ulurkan juga dari Allah,  otak yg kita gunakan untuk berpikir mencari rejeki itu juga milik Allah..modal kita cuma niat.. even dalam beribadah, niat berpuasa kita sampaikan pada malam sebelumnya, esoknya Allah memberikan tenaga untuk kita bangun, memasak, makan dan menahan lapar seharian penuh, termasuk makanan yg kita makanpun rejeki dari Allah..

 

 

--- kisah ini juga yg saya ceritakan pada pendengar setia Radio Pesona 103.8 FM, pada acara tentang kajian hidup yg bermana, yg dibawakan oleh Bp. Wisnu Prayudha, pada hari Senin tgl 28 May 2007 jam 08.00-09.00.. --

 

Apa yg saya tuangkan disini InsyaAllah atas ijin Allah, bukan untuk riya atau pamer, tapi untuk memotivasi teman-teman yg tengah mencari cinta Illahi..  Allah masih mau menyayangi saya, memberi kesempatan kedua setelah semua kenakalan saya, pasti Allah juga menyayangi teman-teman..

Alone and Lonely

 Apakah yg salah untuk suatu status kesendirian?
Kenapa kesendirian itu dianggap begitu memalukan untuk banyak orang?'
 
Hingga seorang teman saya membatalkan datang ke pesta pernikahan sahabat baiknya hanya karena tak punya gandengan, lelaki in this case. 
 
Tapi Allah memang selalu punya jawaban, ditengah tanda tanya Allah gave me pemandangan luar biasa which I believe will change my mindset forever, just simple sih, gara-gara ngeliat prosesi pemakamannya Alm Bpk. Matori yg dishoot close banget oleh para reporter TV terutama saat jenazah beliau yg dibalut kain kafan ditidurkan di dalam lubang yg sempit itu. Walaupun pemandangan ini biasa banget disuguhin di sinetron pintu hidayah, hikayah dan sejenisnya tapi mungkin selama ini saya cuma ngelihat adegan itu dengan mata dan bukan dengan hati. So, melihat seksama pemakaman Bp. Matori itulah saya jadi terhenyak.. pikiran saya langsung mengembara dan sibuk berdiskusi sendiri..
 
..firstly dampak fisik dulu..
"Ya ampyuuun, lubang utk bobonya cuma sekecil itu kah nanti, huaa sempit amat, padahal berapa lama kita kudu bobo disitu, ga tau kan berapa lamanya, dingin pula, sendirian pula.. huhu"
 .. secondly dampak psikologis..
"ahh ntar kan ruh kita sudah berpisah dari raga, fisik kan memang bakal ancur, tinggal ruh aja yg bersisa, dan kondisi ruh tidak terkait dengan sempitnya lubang itu tadi..",
oh oke deh.. but next..
"tetep aja judulnya ruh itu bakal sendiri, apalagi pas ditanya-tanya malaikat itu, sendirian lhow jawabnya.. ga ada pilihan 50:50 or phone a friend pula.. huhu ntar kalo ga bisa jawab gimana, trus kalo dirajam sendirian gitu donk nanggung sakitnya.. "
dan segala macam pertanyaan miris lainnya.. mengembara lagi..
"huhu di dunia sih masih ada keluarga, masih ada temen, masih ada kerjaan dan kesibukan lain.. ngerasa kesepian bisa ngafe, karaoke, nonton bola, or ngeriung ikut pengajian.. rame khan tuh..  tidur-tiduran bisa sambil baca buku, jilat-jilatin coklat n dengerin mp3.. tapi kalo di dalam kubur, sendirian, gelap, menunggu dalam ketidakpastian hingga saat pengadilan tiba.. hiii sewremm"..
akhirnya isi doa shalat malam saya pun berubah jadi begini..
"Ya Allah, ita serahkan kepadaMu kehidupan di dunia ini dan atributnya, aku minta yg terbaik saja menurutMu Ya Rabb.. tapi boleh yaa ita minta ditemenin sama malaikat dan bidadara di kubur nanti, ga mau sama kecoa, takutt.. Ya Allah, trus kalo tabungan amal ibadah ita belum cukup, semoga bisa tercukupi oleh doa orang tua ita, doa kakak-kakak, doa teman-teman untuk ita, doa mereka yg pernah mengucapkan terima kasih dgn tulus, doa binatang-binatang yg pernah ita sayangin, doa dari pohon-pohon yg pernah ita siramin, dan doa anak-anak kecil yg polos yg pernah Kau buat tersenyum saat mereka bersamaku.. amiinn.."    
 
mengarungi laut... saat hanya ada kita dalam kapal nelayan tradisional.. sepanjang mata memandang hanya ada lautan biru tiada bertepi dan langit putih biru kelabu luas membentang.. tak bisa ada kesombongan disana.. luruh sudah dalam pasrah dan doa yg dipanjatkan hamba-hamba pada Sang Khalik... bermain di lautan.. ombak menyeret semua kesombongan dalam ketidakpastiannya.. saat pasrah ada di dalam dada, mahluk-mahluk laut nan indah pun menyambut kehadiran kita, bermain untuk membuat kita tersenyum..
 
saya tak bisa berenang, mencintai lautan tapi sangat bergantung pada live jacket.. untuk di dalam kubur nanti, di tempat yg gelap dan sempit itu, saya juga pasti butuh live jacket.. konon menurut para Ustadz ialah doa, zikir dan amal baik selama di dunia.. semoga kita bisa masuk dalam golongan orang-orang yang dilindungi dan bukan termasuk mereka yg sesat.. amiinn..
 
 ita - 14 May 2007 -