Monday, April 30, 2007

G4S Sales Training HKG




Another gift from my boss, joining the sales training at Group4Securicor - HKG.. I had a great time.. with lots of new lovely friends.. Mark, thanks for the treat, I respect you as a great team leader and loveable guy ever.. Joyce, Anita, Iris, Antonia, Clara, Bellina, YF, Frank, thanks for all your kindness.. Thomas, Tambrin, Vincent, Wendy, thanks for a great moment.. Milly, you are really a generous lady, love you Mom.. Apri, thanks buat segala kelucuan itu.. dapet salam dari Chong Hing :-D

Friday, April 20, 2007

G4S Singing Contest - Hong Kong

 
 
-- from rehearsal, greeting on stage, to performance--

20 April 2007 – gw berdua Apri nyangsang di Hongkong, buat acara G4S Regional Singing Contest, pesertanya 16 org dr 8 negara.. di Gordon Wu Hall - BP International Hotel yg gede bgt serasa lagi konser di JCC bo.. hampir semua nyanyi lagu Cina, slow pula.. n kita berani beda dunk.. kostum paling heboh (hasil ngaduk-2 koleksi kostum tari bali n Apri berblangkon ria) plus gaya selangit.. cuma kita yg pake joget.. gw bawain 'Bubuy Bulan', keluar deh tuh semua cengkok n ilmu tari jaipong-bali-jawa hasil belajar waktu kecil duluw.. while Apri bawain 'Cucak Rowo', ga kalah hebohnya.. pemenangnya cowo semua, 1st winner d charming guy from Macau -James- yg suaranya n mukanya Andy Lau banget.. walau ga menang yg penting boss bilang well done.. n kita disalamin banyak orang lhow..kata jurinya most entertaining.. ya iyalah Indonesia gitu lohh.. negeri kita kan kaya budaya toh, biar dunia luar tau Indonesia itu bukan cuma exportir TKI, teroris n kaya bencana aja.. yiuuuk marii..

 -- with PD G4S Indonesia, Martyn and Chris Wright --

   -- with G4S Asia Regional Head Mr. Ted Deveraux  --
 -- with some of female contestant --

- special thanks to Inge for the arrangement, my coleagues Novita-Rizaldi for the support, my best friends Sisca-Eny Rus-Rifqy buat doanya, cici Mira buat sepatunya, my Jenusers friends selaku pengajar vokal gue hehe .. love you all -

Sunday, April 8, 2007

[Journey] Negeri Indah itu Bernama Minahasa

[gara-gara Jelajah TransTv ngebahas tentang Manado, jadi inget trip kesana tahun 2005 lalu, berdua Sisca, berbekal peta dan bocoran info tempat wisata dari website, juga nomer telpon Mba Sisil n Paul]

 

14 August 2005 - Tinutuan & Boulevard

 

‘Selamat datang.. selamat datang’.. begitu deh kira-kira sambutan dari deretan nyiur melambai yang menyapa sejuk mata kami bahkan saat pesawat belum mendarat di negerinya paman Sam [Sam Ratulangi maksudna].. hmm rayuan pulau kelapa banget.. its really relieving after 3 hours flight..

 

Sesampai disana sudah menjelang siang, langsung menuju rumah keluarga Sembiring di Komo, menemui mba Sisil yang langsung mengajak kami mencicipi Bubur Manado tidak jauh dari rumahnya yang disajikan bersama bakwan Nike  [sejenis ikan seperti teri, katanya sih cuma ada di Manado].. wah uenak bangett, secara masih jet lag gitu n disuguhin bubur hangat dan nike yg gurih.. welcome drinknya nutrisari segar.. hmm mak nyuss..

 

Setelah istirahat siang hingga sore [hehe kebo banget ya, secara kamar yg disediain mba Sisil buat kita standard hotel banget getu] .. sore hari kita berdua iseng jalan-jalan naik angkot ke pusat kota, wah angkot disana heboh banget, kek diskotik jalan, secara speakernya 6-8 bo, sakhing kerasnya keknya supirnya jadi rada budeg gitu, kalo penumpang mo turun kudu pencet bel.. kocak ga seeehh.. malamnya bang Simon [yg waktu itu menjabat KaKanDaTel Telkom Manado] n keluarga ajak kita ke kawasan Boulevard tempat favoritnya anak nongkrong Manado, makan di mega mall n cuci mata liat toko-toko pakaian yg modis banget dagangannya..

 

15 August 2005 - Snorkel @ Bunaken

 

Pagi-pagi kita bedua udah nangkring di dermaga belakang hotel Celebes, menanti Pak Jalil pemilik kapal yang direferensikan oleh Tieke teman kami.. setelah negosiasi beberapa saat, dapatlah kami sewa kapal yang cukup murah (murah coz itu kapal gede banget muat deh 30 orang, n cuma 300ribu aja sewa dari pagi sampai sore).. menunggu sejenak, datanglah Paul - brondong maniz ponakan sahabatku Andrey yg memang dipesan Andrey untuk nemenin kita jalan-jalan disana.. yiuukk..

 

Berlayar dua puluh menit saja, tapi mata kami sudah tersegarkan dengan pemandangan indah gunung di pulau Manado Tua yang menghijau tampak kontras dengan birunya laut.. dan tibalah kami di Taman Laut Bunaken.. berdecak disana nganga disini.. alamak dari atas perahu aja kita bisa lihat ikan warna warni di bawah sana.. tanpa menunggu hitungan ke-5 gw n Sisca langsung memasang alat snorkel, live jacket dan menceburkan diri berbaur dengan ikan-ikan cantik itu.. kami masih dapat melihat jelas di kedalaman 10 meter terumbu karang yang bentuk dan warnanya beraneka ragam, ikan-ikan berwarna biru-orange-perak dan beragam mahluk laut lainnya.. andai gue bisa diving, hiks hiks.. kami terus berenang menuju arah daratan, hingga kedalaman 3 meter ikan dan terumbu karang cantik masih dapat ditemui, tapi semakin dekat daratan karangnya tajam-tajam membuat baju kami tersangkut.. secara jarum jam sudah menunjuk angka 1 siang, perut sudah lapar, kami pun bergegas kembali ke kapal, menuju dermaga Pulau Bunaken dan memesan makan siang ikan bara laut yg dibakar disalah satu resto disana, lezat banget apalagi dimakannya pakai sambal dabu-dabu, trus sambil nikmatin angin cepoi yg bertiup lembut..

 

[sayang deh tempat seindah Bunaken ini tidak didukung fasilitas wisata umum yg memadai, pulaunya kesannya kotor, wc di resto aja berantakan, mungkin cuma di resort yg mahal aja yg rada bersih yak L, mudah-mudahan sekarang udah better deh]

 

Usai melihat-lihat souvenir dan ngeborong kalung dolphin yg dijajakan, cita-cita mau lanjut snorkel lagi di sekitar pulau Siladen, sayang pas kapal menuju kesana arus ombak terasa makin kuat, Pak Jalil pun menyarankan agar kita kembali saja.. hiks padahal dah kebayang-bayang deh indahnya laut Siladen.. tapi no problemo.. tetep aja kita ceria gumbira bercanda sama Paul n awaknya Pak Jalil yaitu Simbar dan Jemmy.. toh esok hari masih ada acara jalan-jalan lagi..

 

16 August 2005 – Tomohon, Danau Tondano, Bukit Kasih, Danau Linow

 

Dengan menyewa angkot milik Ato rekan Paul [lengkap dgn speaker bombastisnya] dan ditemani oleh Paul, Ato, Audi dan Nathan [teman Paul dari Amurang], seharian kami berkeliling ke daerah Tomohon dan sekitarnya..

 

Pemandangan pertama yg kami temui adalah vihara Ekayana, tempat ibadah umat Budha berbentuk pagoda yg berdiri megah setinggi 20 meter, berwarna kontras diantara kehijauan alam sekitar, berhadapan dengan gunung Lokon yg menjulang angkuh dibalut awan putih dipayungi langit biru.. glekk..

 

Lanjut ke Danau Tondano, dibuai pemandangan sepanjang jalan yg asri sekali, sawah menghijau disana-sini, lagi lagi deretan pohon kelapa turut menghiasi.. wah ternyata Danau Tondano luas banget yaa, sampe cape berdecak kagumnya n berhenti futu-futunya.. lanjut ke Bukit Kasih di desa Kawangkoang..

 

Cukup jauh juga lhow Bukit Kasih itu, melewati beberapa desa, diantaranya desa Polutan yg terkenal dengan hasil kerajinan keramiknya, juga goa peninggalan Jepang yg konon dulu digunakan untuk menyimpan makanan dan obat-obatan milik pasukan Jepang.. melewati juga tempat pemandian air panas Kinali.. tapi kita ga tergoda mampir.. tiba di Bukit Kasih, kami beristirahat sejenak menikmati jagung yg direbus di air belerang, manis dan anehnya ga berbau belerang lhow.. plus pisang goreng.. n sambal roa.. yummy.. tenaga mulai kumpul, dan kami pun mulai menaiki anak tangga menuju puncak Bukit Kasih dimana terdapat 5 rumah ibadah dari 5 agama.. istirahat sebentar futu-futu sambil meluruskan betis yg terasa ketarik-tarik n melonggarkan nafas yg mulai tersengal.. hua gimana pegelnya kalo manjat tembok Cina ya.. tapi semua lelah itu terbayar dengan pemandangan indah di puncak Bukit Kasih, Tomohon nan permai, nyiur melambai, sawah keemasan, dan danau tondano yg tampak seperti permadani hijau keperakan.. belum lagi dibelai-belai sama sejuknya angin dingin yg bertiup lembut [padahal siang itu matahari lagi lucu-lucunya].. puas istirahat diatas, futu-futu di gua Maria dan salib gede yg kemarin kelihatan jelas banget dari pesawat, kami menuruni anak tangga untuk melanjutkan perjalanan ke Danau Linow..

 

Terletak tidak jauh dari Bukit Kasih, tepatnya di desa pertama belok kanan setelah gereja yg paling besar, terus aja ikutin jalan.. Danau Linow ini ga terlalu besar tapi karena airnya air belerang jadi bikin unik coz permukaannya warna-warni, sore itu tampak hijau berkilauan, konon di pagi hari warnanya lebih variasi lagi, ada kuning, hijau, biru.. wow seperti di negeri dongeng, apalagi diapit bebatuan kapur berwarna putih ditepiannya, dan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi disekelilingnya.. [mirip Kawah Putih di Bandung, tapi yg ini lebih luas dan mempesona].. disana sini tampak kawanan burung bangau bercengkerama dengan asiknya..

 

Sore terasa cepat, tampaknya kami tak akan sempat mampir ke Kali waterfall [secara menuju kesana harus trekking 3Km gitu deh].. akhirnya kami memilih menunggu sunset di kawasan Boulevard, sambil menikmati bakso kuah.. merinding aku saat melihat si orange bulat itu turun perlahan ditelan garis pantai, dihiasi bayang beberapa perahu kecil yg santai melintas.. dramatis bangett.. sementara keempat teman baru kami tampaknya sudah bisa merasa nyaman setelah seharian jalan bareng, kami berenam bercanda riang gembira menutup hari saat senja mulai turun..

 

17 August 2005 – Celebrating Independence Day with Cute Tarsius @ Tangkoko Forest

 

Merdekaa !! teriak Sisca dengan semangat pagi itu, walaupun kami berdua masih tergolek lemas di tempat tidur.. kaki sakit semua hasil manjat Bukit Kasih kemarin.. hihi.. untunglah mata langsung terang usai menyantap ikan goreng plus sambal dabu-dabu buatan mbak Garda (pembantu mbak Sisil).. apalagi dihibur tontonan karnaval anak-anak yg melintas di jalan raya depan rumah..lengkap dengan sepeda hias dan pakaian tradisional.. wah lutuna, langsung deh jeprat jepret sambil ketawa ketiwi liat tingkah laku anak-anak itu, ada lhow yg jalannya grooming banget kek keluaran sekolah model tapi kok sambil garuk-garuk, mungkin risih sama bahan bajunya yah..

 

Waktu makan siang, mbak Sisil mengeluarkan ide briliannya, secara Bang Simon dinas ke Makasar n anak-anaknya [Ina dan Ido] pingin jalan-jalan.. horew! Kita diajakin ke Tangkoko Forest untuk liat Tarsius.. rejeki ga boleh ditolak donk.. jam 3 sore kami pun berangkat ke Tangkoko.. perjalanan kesana ternyata cukup jauh juga 1.5 jam dari Manado, sumpah kalo ga diantar Michael supir keluarga Sembiring kita pasti nyasar.. setiba di kawasan cagar alam, kita diantar pemandu setempat menuju kawasan pepohonan yang digemari Tarsius, trekking dengan sedikit berlari +/- 1 Km, karena si mungil ini terlihat hanya sebentar saja menjelang senja..

 

Lagi-lagi kami beruntung.. tidak lama menunggu, primata terkecil di dunia yang konon hanya ada di Sulawesi Utara menampakkan diri di pepohonan besar tidak jauh dari tempat kami berdiri menanti.. ada lebih dari 6, sepertinya satu keluarga, tapi yg lain sangat pemalu dan akhirnya ngumpet lagi, yg 2 sepertinya golongan pede jadi santai aja ga perduli jadi tontonan.. beberapa kali pemandu memberi umpan belalang santapan favorit tarsius agar mereka mendekat.. dan beruntungnya aku, salah satu dari mereka meloncat ke ranting yg ada tepat diatas kepalaku, hingga aku bisa mendapatkan foto si imyut ini dari jarak yg cukup dekat.. kewrenn.. malam terasa mencekam saat kami meninggalkan hutan, pohon-pohon besar memberi bayangan yg menakutkan pada sinar senter kami.. hiii kaburrr.. hari indah ini kami tutup dengan makan di Restoran Sukur di daerah Bitung, makanannya enak, tempatnya nyaman, tapi sama seperti umumnya restoran di tanah paman Sam ini kita kudu sabar coz nunggu makanannya luammmaaa buanget..

 

18 August 2005 – Hidden Waterfall, Sunset @ Moinit, Stars @ Lopana, Lovely Family, Lovely Friends, Lovely Food -

 

Hari ini jadwal kami mengunjungi keluarga Paul di desa Lopana, Amurang. Bertemu Paul di Pusat Kota dan naik bis ukuran sedang dari terminal Malalayang. +/- 1 jam perjalanan, melewati resor Tasik Ria, laut biru, sawah hijau membentang, gunung, dan tentu saja pohon kelapa berjejer menawan disepanjang jalan membuat aku dan Sisca tak henti bernyanyi riang lagu-lagu bernuansa kebangsaan pede banget berasa suara bagus (while penumpang lain tidur semua hihihi..). Hingga akhirnya kami tiba di rumah d’ Walsen di Lopana yg tepat berada di pinggir jalan Trans Sulawesi, disambut papanya Paul - Om Maurits yg begitu humoris dan bugar diusianya yg sudah 82 tahun juga mamanya Paul - tante Alce yg sangat lembut dan ramah. Ternyata keluarga ini memang sangat welcome sama pendatang, tak heran rumah mereka sering diinapi traveler dari berbagai bangsa.

 

Siang itu Paul dan teman-temannya [ber-7 bronis semua bo] mengajak kami bermain ke air terjun di hutan belakang rumahnya. Hmm seru banget, secara lewatin ladang dan hutan yg jalan setapaknya perlu ‘diberesin’ dulu sama Paul n friend pake golok dan pisau.. hihi serasa syuting petualangan liar deh.. nyebrang sungai (mereka nyebutnya ‘koala’) beberapa kali.. dan akhirnya tiba juga di air terjun.. kewren.. [pantes sepupu Paul yg juga artis beken, Marcelino bangga banget ama tanah tumpah darahnya Lopana ini termasuk air terjunnya].. n ternyata mamanya Paul bawain kita rantang gede 5 tingkat berisi lauk pauk segambreng plus nasi yg dibungkusin.. huaaa tante Alce, we love you dueeh.. nikmat banget, secara masakan tante Alce uenak banget, nasinya masih hangat, plus makannya bareng temen-temen baru yg asik, sambil mandangin air terjun n nyelupin kaki ke air sungai yg sejuuk bangett… tapi endingnya dunk, Paul ngajakin kita pulang lewat tebing disisi air terjun dengan cara manjat akar pohon.. gue langsung melotot secara curam bo medannya, udah kebayang deh tuh licin banget.. tapi kayaknya kudu dijajal niy.. apalagi Paul ngeyakinin kalo we’ll be save with the 7 boys.. oke deh yiuk mari..perjuangan banget [mengingat waktu itu gw lagi gendut, almost 60 kilo bo] alhasil gue teriak-teriak terus sepanjang manjat, sekali nyangkut sampe kudu didorong sama Ato n ditarik Nathan.. pas nyampe di atas rasanya ruarrr biasa, kalo celinguk ke bawah rasanya ga percaya banget kita abis ngelewatin jalanan itu..

 

Sore menjelang, Paul ngajakin ke Pantai Moinit [tulisannya bener ga ya, secara kata Paul ini bahasa Belanda yg artinya ‘ga bagus’].. naik angkotnya Ato, lewatin jalan Trans Sulawesi yg menuju Gorontalo.. eh ketemu jembatan goyang yg rupanya merupakan bangunan gagal, salah konstruksi hingga pas kehempas arus sungai yg deras jadi ga beraturan bentuknya.. lewatin ladang jagung dan kelapa, perkampungan nelayan, dan tibalah kami di pantai yg sepi buanget.. ih sapa bilang ga bagus?! langsung deh kita berdua foto-foto dgn kostum merah putih yg emang niat banget kita siapin dari Jakarta.. bercanda cela-celaan, foto-foto [bronies-2 ini banci foto juga ternyata, ck ck ck oh dunia].. langit pun seakan ikut riang melihat kita, dihiasi awan berarak indah saat matahari terbenam..  huaaa.. sampe cape gue nganga terus hari itu..

 

Dan Pesta belum berakhir, usai dijamu makan malam yg super mewah masakan tante Alce (ayam kampung goreng, ikan bakar, dabu-dabu, roa, gulai sapi, babi panggang –Sisca banget deh-, n dessertnya klappertart made in Tante Alce yg tiada duanya).. another surprise, Tante Alce udah nyiapin 2 loyang klappertart utk kami bawa pulang ke Jakarta.. duh terharu banget.. rupanya cowo-cowo pun udah nyiapin pesta buat kami, naik angkot Ato lagi kami diajak ke pantai Lopana yg malam itu terasa hommy banget, ga ada ombak, angin lembut membuai, langit penuh bintang, dan kerlip pelita dari perahu nelayan berpendar memantul di air laut.. gue n Sisca berasa lagi mimpi.. Adi dan Audi memetik gitar, menyanyi lagu Manado dan lagunya Tantowi Yahya yg liriknya diubah paksa jadi mesum.. akhirnya kami berdua batal ngelamun romantis, jadinya malah tertawa tergelak bersama mereka.. pestapun usai tepat jam 12 malam..

 

19 August 2005 – Lembeh Straits, Serena Island, Bitung

 

Dari Amurang, kami bertolak ke Bitung, masih menumpang angkot Ato, ditemani Paul-Ato-Audi dan Nathan, dibekali nasi dan lauk pauk oleh Tante Alce, juga kelapa hijau hasil kebunnya keluarga Walsen, serta kenang-kenangan dari Om Maurits berupa kerajinan daun kering buatannya dan beberapa tulisan beliau yg dimuat di Manado Post.. sedih juga harus berpisah dengan keluarga yg ramah tamah ini..semoga Tuhan membalas budi baik mereka, melindungi mereka, memudahkan semua jalannya, amiinn..

 

Perjalanan Amurang-Bitung ditempuh dalam waktu 2 jam, super ngebut deh.. Tiba di Bitung, Eka (teman kuliah Paul di FH UnSrat) sudah menunggu, mengantar kami ke pelabuhan Bitung (yg ternyata terbesar di Sulut ya), bernegosiasi dengan pemilik kapal, dan akhirnya berlayarlah kami ber-7 berputar di Selat Lembeh.. asik banget.. naik ke atap atau duduk di ujung menjulurkan kaki ke depan, sambil melambaikan tangan ‘sok akrab’ setiap berpapasan dengan perahu lain, apalagi kalau ketemu anak-anak SD yg baru pulang sekolah.. iri banget gue ngeliat Sisca yg snorkelan ditemenin Nathan dan Eka, duh this ‘woman thing’ bener-bener ga bisa diajak kompromi, unless laut Lembeh bisa berubah jadi laut Merah.. basi.. dengan cerianya Sisca cerita ketemu nemo n ikan zebra, lihat karang warna warni – oranye, kuning emas, hijau brokoli- ikan layang warna emas dan perak, serta bintang laut biru..

 

Saat matahari sudah diatas kepala, waktunya membongkar bekal dari Tante Alce, makan siangpun kami nikmati sambil terombang-ambing di atas perahu.. lanjut, mampir di Pulau Lembeh tepatnya di penangkaran ikan letter six yg cantik banget dengan warnanya yg biru menyala.. kemudian kami mampir di pulau kosong bernama Pulau Serena, pasir lembut berwarna creamy, tebing terjal dan goa-goa alam mirip puri di negeri dongeng.. demi foto, dengan semangat kami menyeruak masuk ke goa,ternyata bebatuan di dalamnya tajam kayak ada durinya hingga kami harus bergantian oper-operan sandal untuk melewatinya.. dasar banci kamera.. duduk beristirahat di pasir lembut, kami berdua melongo melihat Audi yg cekatan banget menebas kelapa pakai golok dan membuat sendok dari batok kelapa.. bagai sulap, kelapa pun siap tersaji.. Nathan dan Eka lanjut dengan acara snorkeling [ga lupa gue nitip kamera utk mereka fotoin pemandangan indah di bawah sana].. tidak jauh dari tempat kami duduk, tampak gerombolan ikan sembilan membuat formasi khas.. hihi kewren..

 

Lanjut ke sebuah pulau [lupa namanya] pokoke ada sumber air tawarnya gitu deh.. ketemu dengan rombongan diver yg lagi istirahat sambil bakar ikan.. I wish yah, bisa ngedive.. konon Selat Lembeh ini pemandangan laut dalamnya luar biasa lhow, walaupun dari atas terlihat gelap, tapi mahluk lautnya unik dan beragam, surganya diver banget deh Lembeh ini.. trus kita ngintip juga pulaunya Pak Milton [mantan pejabatnya Sulut], wah rumahnya keren banget.. hingga akhirnya tiba saat untuk kembali ke pelabuhan Bitung..

 

Mampir di rumah Eka, kami dijamu lagi dengan ikan bakar dan dabu-dabu.. duh keluarga di Minahasa ini ramah-ramah sekali dueh, jadi ga enak hati kita makan melulu kerjaannye.. kembali ke Manado, kami bernyanyi sepanjang jalan dgn musik ekstra keras.. malam ini kami harus berpisah dgn d’ Lopana Boys.. sedihnya.. we’ll meet again one day yahhh..

 

20 August 2005 – Reunion with a Friend, Biapong, UD Kawanua

 

Hari terakhir di Manado, kami bertemu sahabat lama temen kerja di PTSI – Jully Ngantung [yg keluarganya punya resto gode di deket bandara Samrat n Quality Hotel yg lagi dibangun itcu..], Jully menemani kami belanja oleh-oleh di UD Kawanua, beli biapong (bapau babi) titipan nyokap di Jl. Wayang yg ngetop banget, n jajan mie cakalang & es kacang merah di restoran ‘Smile’..

 

Usai kangen-kangenan sama Jully, kami pun kembali ke rumah keluarga Sembiring, packing terakhir, kiss bye sama mbak Sisil, Ido , Ina dan Mbak Garda.. diantar Michael ke airport, tak lupa mampir dulu ke bakery Shella langganan Mbak Sisil, wah ternyata kami dapat hadiah lagi, another klappertart seorang seloyang.. huaaa thanks Mbak..

 

Back to Jakarta, Back to Reality.. But its really a gift –the sweetest gift- from God for having wonderful trip like this.. we call it A Blessing Trip in A Blessing Land..

 

--- Puspita Widowati * 7 April 2007 ---

futu-futu Manado di ://chickenduck00.multiply.com/photos/album/8

 

 

- sejujurnya gue heran, kenapa temen-temen gue yg punya darah Minahasa, even yg imported langsung dari Manado (my ex-, Tieke, Jully, Ribka) ga pernah ngomporin kita untuk jalan-jalan ke negerinya yg indah.. ga pernah cerita kalo bumi Minahasa tuh indah banget.. pas kita ada niatan kesana, korek-korek info teteup juga datar aja ekspresinya.. padahal kalo bukan putera daerah yg promosiin daerahnya, siapa lagi gitu loh.. Andrey lagi, udah nyambangin gunung mana aja tapi malah ke daerah asal leluhurnya belum pernah..gimane siy-

 

Monday, April 2, 2007

[Journey] Truly a Wet Holiday, Citarik-Ujung Genteng, March 07

Ujung Genteng memang punya story khusus buat JeNus (aku-leo-ajenk-nana), coz disinilah kami pertama bertemu n menyatukan visi kegeloan kami tepat 2 tahun lalu, tgl 11 Maret 2005. Long weekend minggu lalu (17-18 Maret 2007) kami merayakan second anniversary di tempat yg sama dengan mengajak serta 15 teman lainnya… It’s truly a wet holiday, wet sensation down the river to the sea.. as is our advertisement J

 

Sabtu pagi itu kami berangkat dari Tebet sekitar jam 06.30 langsung menuju basenya Arus Liar di Cikidang. Perjalanan sedikit molor karena beberapa kali berhenti untuk memenuhi panggilan alam n futu-futu. Akhirnya jam 10.30 rombongan mulai mendayung, mengarungi jeram-jeram cinta di sungai Citarik. Lots of fun ditemani hujan rintik. Ira terlempar keluar saat melewati jeram kedua, while sisca n fitri justru menceburkan diri dengan suka rela. Sesampainya di Pelabuhan Ratu, ternyata mereka sangat kelaparan dan semua makanan yg tersedia pun dilahap licin tandas.

 

Istirahat sejenak, rombongan melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Saking lelahnya sebagian besar tertidur di bis, dan sebagian lagi sibuk menggasak perbekalan, pisang dan manggis yg sempat kami beli di pasar Pelabuhan Ratu pun habis tak bersisa. Tiba di penginapan di Ujung Genteng ternyata sunsetnya tertutup awan, hikkss hiks.. untung ada pisang goreng yummy yg hadir menghibur ;-p ..

 

Usai mandi n makan malam, ternyata para ojekers sudah berkumpul siap mengantar kami ke Pantai Pangumbahan melihat penyu bertelur. Ojekers di Ujung Genteng ini luar biasa, jago banget menaklukan medan pasir-sungai-laut walaupun motornya bebek dan bukan motor trail. Mau ga mau para cewek pun terpaksa berpegang erat, udah ga inget lagi deh urusan bau wangi jaketnya si mamang. Tiba di Pangumbahan, tak lama menunggu kami sudah dapat melihat seekor penyu hijau yang habis bertelur. Untuk melihat penyu ini kita tak boleh ribut dan tidak boleh ada cahaya, dan kita juga tidak boleh mengganggu saat mereka baru naik ke darat hingga saat mereka selesai bertelur dan mulai menimbun pasir.

 

Sedih juga melihat perjuangan penyu ini, bayangkan betapa setianya mereka pada tanah air tempat mereka dilahirkan, walaupun bertahun-tahun mereka menjelajah samudera tapi saat tiba masa bertelur mereka akan kembali ke tanah airnya. Kira-kira kita yang terlahir sebagai manusia Indonesia bisa setia seperti penyu-penyu itu gak yah sama tanah air kita? Lebih sedih lagi saat melihat tetesan air mata penyu itu usai bertelur, entah berapa telur yang dapat selamat, menetas dan bertahan hidup hingga besar? Alam dan tangan manusia kerap kali membinasakan mereka. Telur dan dagingnya diburu oknum-oknum tak bertanggung jawab, diperjual belikan sebagai hidangan mewah. Kadang mereka pun mati sia-sia karena terjerat jaring nelayan yang tertanam di lautan lepas. Penyu Hijau di Ujung Genteng termasuk spesies langka, mari kita bantu melestarikannya agar kelak anak cucu kita masih dapat melihat mahluk cantik ini.

 

Sambil menunggu penyu yang lain naik ke darat, kami menikmati malam di Pangumbahan. Merebahkan diri di atas pasir lembut, ditemani pisang goreng, menikmati angin sepoi dan menatap langit cerah bertabur bintang. What a life! Wow banyak sekali bintangnya dan tampak sangat dekat, entah rasi apa aja.. (jadi inget bintang-bintang di dermaga pulau peucang deh). Satu-dua- wow! Lima !! bintang jatuh yang aku lihat. (sayang ga sempet make a wish, secara otaknya masih terisi penyu oh penyu..).. Hampir tengah malam saat kami menyerah dan memutuskan pulang.. tampaknya sekarang semakin sedikit saja penyu yang nampak, entah karena habitat alam Ujung Genteng yang sudah tak nyaman bagi mereka, atau semakin berkurangnya populasi spesies ini.

 

Tiba di penginapan kami masih sempat berkumpul lagi, ngobrol cekikikan sambil mengunyah jagung dan kacang rebus plus bandrek hangat. Ternyata ABG kita Arfan memecah rekor, kalem banget, tau-tau udah tiga jagung lenyap tak bersisa..  Udah kenyang, baru deh bobo.. zzz

 

Cita-cita mo bangun jam 5 pagi, nguber sunrise di muara pelelangan.. ternyata dini hari itu hujan deras mengguyur, ga mungkinlah sunrisenya muncul.. jadilah tarik selimut lagi, ngelanjutin mimpi.. Bangun-bangun jam 06.30 saat diberitahu bahwa sarapan sudah siap.. dasar perut karet semua!!.. Usai sarapan ojekers sudah berbaris rapi di depan penginapan, pagi ini kami kembali berojek ria untuk bermain pasir di pantai Cipanarikan dan Pangumbahan.. Cipanarikan ini agak berbukit (mirip Dreamland Beach Bali) hingga kita pun harus hiking pakai ojek.. brem brem.. huaa serem euyy.. tapi perjuangan kita mempertaruhkan pantat hingga tepos dan perut kaku kegelian terguncang-guncang sepadan dengan pemandangan indah yang terlihat.. “ it’s cool, awesome..” gitu deh komentar Irene, the Philipinos girl yang ikutan kita.. langsung deh semua berlarian menuruni bukit pasir dan bermain ombak.. psst ada couple lagi bikin prewed session, godain yuukk.. tapi keknya mukenye pada jutek-jutek niyy… ah masa kita  kalah, jadilah prewed versi Merlyn-Taufik n Sisca-Taufik.. narcis banget.. pokoke ga ada yg diperbolehkan foto sendirian.. pasti aja ada perusuh di kanan kirinya..

 

Belum puas bermain ombak, hujan deras disertai angin kencang mengguyur kami semua, neduh sebentar tapi apa daya badan udah terlanjur basah-basah-basah ah ah ahhh.. sedihh, apalagi salah satu bintang trio macan kita, Mia harus merelakan sandal kesayangannya putus disini.. Akhirnya kami memutuskan lanjut aja berojek ria ke Pangumbahan.. ternyata hujan tak terlalu deras disini, kami bisa bermain ombak lagi deh.. disini, acara utama adalah prosesi pelepasan tukik (bayi) penyu.. duh lutunya mereka berjalan cepat menuju laut dan tak lama kemudian hilang ditelan ombak.. sampai jumpa penyu-penyu cantik, selamat berjuang menuai hidup, semoga kalian dapat bertahan hingga beranak cucu nantinya.. kiss byeee… yak, lanjut.. photo session.. berpegangan, berpelukan, berlarian.. ancurrr..

 

Waktu semakin siang, sudah saatnya kembali ke penginapan.. mandi-mandi (busyeett badan isinya pasir semuaa).. makan siang.. dan cek out.. bye bye Ujung Genteng..  tujuan selanjutnya adalah Curug Cikaso yang terkenal indah dengan tiga tirai kembarnya.. bis kami berhenti tidak jauh dari jembatan besar yang melintasi sungai Cikaso, menumpang perahu motor kami menuju hulu sungai.. wow, tampak terlihat air dari curug yang berwarna hijau bercampur dengan air sungai yang berwarna coklat keemasan.. kewreenn.. trekking sedikit menuju curug jalanannya cukup licin, harus extra hati-hati (tapi ga seheboh curug Cipiit di Gunung Halimun medannya).. tak terlalu jauh dan di depan mata sudah terpampang curug kembar tiga ini.. masih tegak berdiri dengan angkuhnya.. Subhanallah.. sayang matahari tersembunyi di balik awan.. biasanya kalau cuaca cerah pantulan sinar matahari bisa membuat ketiga tirai itu berwarna warni ..mejikuhibiniu banget deh..  Pak Cik Faizul dan Taufikpun langsung bermandi-mandi di kolamnya.. segerr banget airnya.. while trio macan –Mia-Mutia-Merlyn lanjut dengan sesi foto-fotonya.. hehe.. wekksss ternyata couple yg ketemu kita di Cipanarikan juga nyusul foto-foto kesini.. lengkap dengan kebaya dan jasnya.. langsung deh kena godaan anak-anak lagi.. suit suit..

 

Puas bermain air, sadar diri waktunya pulang.. kembali ke Jakarta.. perjalanan pulang terasa lama, saat fisik sudah lelah, kelok-kelok tajam sepanjang Surade – Pelabuhan Ratu terasa menyiksa.. HIV pula.. tak heran waktu tiba di rumah makan sunda di daerah Parung Kuda tempat kami singgah makan malam, wajah-wajahnya sudah sangat lelah, dalam keheningan nasi timbel porsi besar beserta ayam-tahu-tempe-lalapan-sayur asem dilahap dengan cepat.. laperr boo.. sekitar jam 22.30 kami tiba di Jakarta.. untung Seninnya libur, jadi masih bisa istirahat.. secara badan terasa retak-retak semua.. but most of all.. it’s a nice trip with nice people.. truly a wet holiday.. wet but fun..

 

Many thanks to Leo, Ajenk, Nana.. good work pals..

 

 puspita widowati - 20 March 2007

[JeNus] Citarik - Ujung Genteng




Ujung Genteng memang punya story khusus buat JeNus (aku-leo-ajenk-nana), coz disinilah kami pertama bertemu n menyatukan visi kegeloan kami tepat 2 tahun lalu, tgl 11 Maret 2005. Long weekend minggu lalu (17-18 Maret 2007) kami merayakan second anniversary di tempat yg sama dengan mengajak serta 15 teman lainnya… It’s truly a wet holiday, wet sensation down the river to the sea.. as is our advertisement :-)
Catper lengkap ada di blog koe n futu-2 lain ada di :
http://jelajahnusa.multiply.com/photos/album/31