Saturday, August 6, 2005

[Journey] Meriahnya Hari di Zona Inti Kepulauan Seribu - June '05


"From My Diary"... by Puspita Widowati
Jujur saja awalnya saya sedikit hopeless dapat melihat keindahan bawah laut di Pulau Seribu mengingat pemberitaan seputar pencemaran di teluk Jakarta yang sudah sangat memprihatinkan sering menghiasi surat kabar kita, namun demikian saya tidak menampik ajakan dari Explorer Indonesia untuk mengunjungi zona inti taman laut nasional pulau seribu 25 Juni lalu, maklum deh tidak semua hidung bisa berkunjung ke zona inti yang sangat dilindungi ini kecuali untuk tujuan penelitian.
 
 
Rombongan berangkat dari dermaga Marina yang berada di komplek perumahan Pantai Mutiara Pluit Sabtu pagi dengan menggunakan 2 buah kapal besar, 1 kapal Andarini yang mewah ber-AC dan 1 lagi kapal kayu tradisional. Teringat pengalaman menumpang kapal mewah di Karimun Jawa yang justru membuat kami norak dan mabuk laut, maka saya dan teman-teman memilih menumpang kapal kayu, angin laut yang cepoi cepoi sepertinya lebih bersahabat buat kami.. J
 
 
Keberangkatan yang sedikit molor dari jadwal, membuat kami tertidur di sepanjang perjalanan dan baru membuka mata lagi saat kapal merapat di pulau bidadari yang hari itu tampak meriah oleh deretan kapal-kapal hias. Masih dalam rangka perayaan hari ulang tahun ibukota Jakarta tercinta dan upaya pemda pulau seribu untuk menggalakkan wisata bahari, malam itu di pulau bidadari digelar pesta DJ yang konon akan dihadiri 1,500 pengunjung, wow.
 
 
Tak lebih dari sepuluh menit kami sandar di Bidadari, kapal pun melaju ke pemberhentian berikutnya yaitu Pulau Pramuka. Tiga jam berlayar tibalah kami di Pramuka, rombongan istirahat sejenak di balai taman nasional sambil mengisi perut dan menyegarkan diri dengan berwudhu. Selanjutnya kami mengunjungi tempat penangkaran penyu sisik dan pembibitan pohon mangrove, sungguh ini adalah hiburan yang menarik dan sarat ilmu. Senang rasanya melihat dan dapat mengelus tukik (bayi) penyu yang berenang-renang di dalam bak juga kolam. Sempat tercekat dalam haru saat mendengar penuturan petugas taman nasional tentang kehidupan penyu-penyu yang dilindungi ini, beratnya perjuangan mereka untuk hidup di laut, sulitnya mencari tempat yang aman untuk bertelur bahkan hingga ribuan mil dan ketidakberdayaan mereka menghadapi pengrusakan ekosistem pantai. Selain penyu sisik, di penangkaran ini dapat juga ditemui penyu hijau yang dibawa dari pantai ujung genteng Sukabumi.
 
 
Puas bermain dengan penyu, perjalanan dilanjutkan ke pulau yang akan menjadi base camp kami yaitu pulau Pamegaran yang berjarak tempuh 1 jam dari pulau Pramuka. Hmm air lautnya sudah tampak lebih jernih sekarang, tak lagi hitam ataupun hijau penuh sampah. Merapat di Pamegaran yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bira, tampak tenda-tenda kami sudah tegak berdiri, ternyata pulaunya tidak terlalu besar tapi justru asri karena tak berpenghuni. Rombongan langsung menyebar, sebagian langsung sibuk dengan snorkle dan masker, ada yang mencoba bermain kano, ada pula yang langsung mengambil kamera dan sibuk mengatur posisi bersiap mengabadikan momen sang surya tenggelam. Sayang sekali di seputar pulau pantainya sudah dikepung bulu babi dan ubur-ubur sehingga butuh kehati-hatian ekstra bermain di pantai. Beberapa teman tampak meringis kesakitan terkena bulu babi dan ada yang tampak sibuk menggaruk tubuhnya karena gatal-gatal terkena ubur-ubur. Walau tak berenang terlalu jauh tapi saya cukup senang dapat menemukan bintang laut berwarna biru yang cukup besar, juga bertemu rombongan ikan warna warni. (pls don’t ask me name of the fish, I only familiar with – ikan goreng & ikan bakar ;-p)
 
 
Saat langit mulai kelam barulah kami berhenti bermain air, ada yang langsung berbilas, ada juga yang sibuk membuat api unggun dan bermain pasir. Saya dan teman-teman, Sisca-Leo-Jimmy-Azhar-Andreas, bercanda-canda menikmati kebersamaan sambil saling menimbun diri dalam pasir yang putih dan halus, ditemani sebungkus kacang kulit dan minuman hangat. Kebetulan kami berenam tingkat stressnya sudah mencapai batas maksimal, jadi di tempat terpencil ini disaat jauh dari klien, bos dan tumpukan kertas kerja benar-benar dimanfaatkan untuk pelepasan stress sepenuhnya. Tertawa sepuasnya entah apa saja yang ditertawakan. Man! This is what we call Life!
 
Usai membersihkan diri dengan air seadanya (satu peserta dibatasi mandi dengan dua gayung saja maklum air bersih terbatas), kami menikmati makan malam dengan menu ikan bakar.. hmm yummy.. gurih tenan.. baru saat itu saya tahu ternyata harga ikan di pulau seribu lebih mahal daripada di muara angke.. sebabnya? simpel saja, hukum ekonomi..
 
 
Dalam keadaan perut kenyang, sungguh nikmat rasanya duduk di tepi pantai sambil saling bercerita, bernyanyi, menjulurkan kaki hingga ujungnya sesekali tersentuh air laut, menunggu munculnya plankton-plankton yang tampak bersinar seperti fosfor saat terdampar di pasir, memandang bintang-bintang yang bertaburan di atas sana J. Malam itu kami berenam memutuskan tidur di luar tenda menggelar sleeping bag… zzz (walaupun seperti biasa, harus tergopoh-gopoh bangun di dini hari karena hujan mulai turun)
 
Keesokan pagi, setelah puas dengan session foto sunrise dan mengisi perut secukupnya rombongan pun mengemas barang-barang dan segera bertolak ke zona inti di perairan pulau Penjaliran. Tak sabar rasanya menanti perjalanan selama 1.5 jam, beberapa teman bahkan sudah mulai lemas karena mabuk laut. Tiba di Penjaliran, huah lega luar biasa, apalagi pemandangan di depan mata sungguh indah, bak batu permata hijau ditengah hamparan permadani biru. Teman-teman yang enggan berbasah-basah memilih trekking di pulau, menikmati perpustakaan flora yang kaya disekeliling hutan bakau Penjaliran. Sementara saya dan teman-teman lain diantar kapal ke perairan laut dangkal taman nasional yang masih diperbolehkan dikunjungi untuk tujuan wisata. Sambil menunggu giliran menceburkan diri ke laut, saya menikmati pemandangan burung elang laut, camar dan bangau berterbangan disekeliling pulau sambil sesekali meliuk ke laut memangsa ikan.
 
 
Pemandangan di bawah laut Penjaliran hampir sama seperti pulau Geleang di Karimun Jawa, bunga karang yang cantik (walaupun warna-warninya tidak semeriah Karimun), nemo dan saudara-saudaranya… Subhanallah tak terhenti… sayang, visibility di bawah sana tidak terlalu bagus sehingga beberapa foto yang diambil di dalam laut tidak terlalu jelas hasilnya.. selain itu, sakhing dangkalnya laut tempat kami diceburkan beberapa teman luka luka karena tergores karang… saya sendiri beberapa kali terpaksa habis waktu menarik-narik baju saya yang tersangkut di karang.. nggak lucu kan kalo pas naik ke kapal baju saya jadi compang camping.. Sisca tampak sangat bersemangat berenang paling jauh ke tengah, bersama Andreas yang sebelumnya sempat manyun karena tak ada teman menyelam.. Ketika sadar bahwa arus laut semakin kuat dan perut sudah lapar, kami pun bergegas naik ke kapal.
 
Perjalanan hari itu sungguh melelahkan, seharian penuh kami berada di tengah laut, sejak pagi jam 09.00 hingga tiba saat kapal merapat di Muara Angke jam 19.30.. banyak peserta tumbang karena mabuk laut .. apalagi ombak yang sangat kuat setinggi hampir 2 meter terus menerus menghantam kapal kayu yang kami tumpangi sejak kapal bertolak dari Pramuka.. awalnya saya, Sisca, Jimmy, Leo dan Lina bertahan duduk di buritan untuk menghindari mual dan pusing yang umumnya diderita mereka yang duduk di bagian dalam kapal, ombak yang semakin kuat memaksa kami masuk ke dalam (takut kelempar gitu lhow, langit semakin gelap pula).. akhirnya saya pun tak kuat menahan mabuk..lemas.. hampir putus asa rasanya karena daratan yang dituju tak tampak jua di depan mata..
 
 
Hmm tak terbayang bagaimana beratnya perjuangan nelayan kita, kadang mereka harus berhari-hari meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berlayar mencari ikan, tantangan alam seperti ombak, angin kencang, hujan lebat dalam kegelapan malam yang mencekam... belum lagi perlakuan tidak manusiawi yang kerap mereka terima jika mereka terdampar di pulau atau negara lain (masih ingat donk kasus pertikaian nelayan jawa dengan kalimantan, penyiksaan nelayan asal Maluku yang terdampar di perairan Australia).. sungguh mereka layak disebut pahlawan pangan.. terimakasih bapak-bapak nelayan.. karena kegigihan kalian lah kami dapat dengan mudah menikmati ikan yang lezat..
 
 
nenek moyangku seorang pelaut.. gemar mengarungi luas samudera.. syalala :-) (lha kok jadi qasidahan yaa ;-p)




[Journey] Agustusan di Peucang Island - 2004

Wiken kemarin ini (14-16 Agt) bener-2 jadi Weekend of the Year buat gw… gw berdua Yeyen ke Pulau Peucang di Ujung Kulon sana ikutan rombongan anak Nature Trekker.. fiuuu amazing banget pantainya.. pasirnya putih bersih (lebih putih dari pasir putih yg di jawa timur or dreamlandnya bali), tapi lembuuutt banget (selembut hati gue gituu lho), kalo ga takut masuk angin sih pengennya tidur di pantai aja beralas pasir.. airnya juga bersih banget, ombaknya tenang (setenang lovina tapi yg ini lebih manteb).. kita main-2 di tempat yang sepaha gw gitu aja, kanan kiri gw ikan nan cantik berseliweran .. mungkin masih kalah sama ambon or bunaken tapi gw ga nyangka laut jawa juga punya kekayaan secantik itu.. enaknya lagiii tak ada pedagang!! yg ngrusuhin di sepanjang pantai..

Pulaunya sendiri sih cuma kecil, cuma sekitar 450 hektaran.. konon pulau ini sempet kerendam pas krakatau meletus ratusan tahun lalu (terbukti pas kita nyusur hutan kita bisa nemu serpihan karang laut & pasir di tengah hutan).. tapi sungguh Tuhan punya rahasia.. aneh juga di pulau yang pernah terendam ini bisa hidup binatang-2 macam rusa, kancil, merak, celeng, biawak, phyton n surely sodara kita – monyet!! Uh uh ah uh… ini yg gw sebutin cuma yg gw ikut liat or temen di rombongan kita yang nemuin.. tapi konon masih banyak lagi… di depan penginapan kita aja rusa & monyet mondar-mandir kayak setrikaan, entah buat minta makan or fashion show niatnya..

Masih jarang yg tau pulau ini.. yg sering dateng sih orang Jepang or bule.. buat kesana tuh kita berangkat dari Jakarta jam 7an, bermobil ke daerah Sumur (Tanjung lesung kesana lagi deh) + 6 jam, trus dari Sumur naik perahu cilik ke tengah laut n dari tengah laut kita naik kapal motor yg gedean dikit.. berlayar + 3,5 jam baru deh sandar di dermaganya Peucang.. katanya sih kalo org Jepang itu perginya naik Yacht dari Anyer + 3 jam doank .. tapi yah mahal lah yauw, ga asik..

Temen seperjalanan gw tumplek dari bermacam asal usul n usia, kita ber-32 , umumnya gawe n cukup mapan.. sebagian besar pikirannya sama.. udah lelah banget sama hari-2 di Jakarta yg serba cepat, penuh polutan, bikin stres, penuh basa-basi tanpa ketulusan.. n pingin nikmatin alam buat nemuin keseimbangan hidup, supaya kelak lebih sabar, arif dan bijaksana .. cieh sedapp.. Penyelenggaranya anak Nature Trekker tuh juga pro banget deh ngerancang acaranya sehingga kita bener-2 bisa jadi penikmat alam yg TAK merusak.. gw iri banget ngeliat mereka (Andre, Igo, Agus), kelihatan banget jiwa-2 mereka damai, penuh toleransi, kasih sayang terhadap sesama n sabaaarrrr banget…
 
Hari –1, berhubung kita sampe udah sore (jam 5) jadi after taruh barang-2 di penginapan, kita langsung naik kapal lagi ke daerah Cidaon (masih pulau Jawa), masuk hutan buat ngeliat banteng-banteng merumput di padang rumput yg luas (tapi dikelilingin hutan gitu lho).. banteng2nya masih liar tapi ga galak malahan takut sama orang.. beda banget sama bantengya Mbak Mega yg makanannya tepung keluaran bogasari sampe moncongnya putih semua gitu hehe.. trus pas udah magrib kita balik deh ke peucang, makan n malemnya tiduran di dermaga ngeliat bintang-2 bertaburan di langit yg indah.. sumpah langitnya tuh bersih berkilauan banget…

 -- Green Savana, photo by Yeyen --

Hari kedua, pagi-2 banget kita nyebrang lagi ke pulau jawa, ke daerah Cibom (masih masuk taman nasional ujung kulon juga) buat liat mercu suar.. trekking + 1,5 jam masuk hutan yg pohonnya guede-guede bangget (kalah deh kebon raya bogor) n nyamuknya juga gede berwarna ijo (trendy banget ga sih).. buat gw yg ga pernah 'jalan kaki' lagi 10 tahun terakhir kecuali ke mall, sumpah capek banget mana jalannya pada ngebut sakhing excitednya ngeliat ijo-ijo.. belum lagi kita ber-12 sempet nyasar (kejauhan), ngelewatin medan yg cukup berat, naik turun yg curam banget.. tapi begitu ngeliat yg namanya tanjung layar tuh keren banget, tebingnya kayak Jurassic Park.. mercu suarnya udah cukup tua juga (belum pake tutup kayak yg di anyer) tapi pemandangan n anginnya uhhh uenak tenan.. pas perut udah keroncongan baru deh kita jalan balik, nyebrang lagi ke pulau peucang buat makan siang (siangggg banget, tapi tumben lho biasanya kan gw kalo kelaparan dikit aja tuh jadi galak yah, bisa nyakar.. kali ini gaaa lho malah masih nyanyi-2 di atas kapal).


 -- Trekking at Cibom, with Yeyen --
-- Tanjung Layar --


-- The edge of Java Island, south west --

Sorenya jam 4an kita trekking lagi tapi cuma di dalem pulau buat ngeliat sunset di karang copong, sebelah baratnya peucang.. masuk hutan lagiii jalan lagiiii.. ternyata hutan di peucang juga pohonnya gede-2, kayaknya dah ribuan tahun deh (makanya gw bingung gimana logikanya ini pulau pernah kerendem gitu lhow).. di kanan kiri ada rusa yg malu-malu mengintip or binatang lain yg langsung blezz kabur gara-2 kita jalannya brisik banget kayak ratusan tentara lagi baris brak bruk brak bruk … sekitar 1 jam kita sampe deh di karang copong, aduh pantainya tuh paduannya kuta lombok & uluwatu.. pasir putih bulet-2 n karangnya kayak kuta lombok tapi lebih bersih.. bintang laut bertebaran dimana-mana, udang, ikan.. ombaknya juga ga galak…tebing-2nya kayak uluwatu.. pas kita naik ke tebingnya, cantiiiik banget pemandangannya, I love the blue of Indonesia banget deh (mirip-2 view di senggigi atas tapi yg ini kesannya lebih laut lepas).. abis ngeliat mataharinya terbenam kita sibuk jadi pemulung, ngumpulin batu2an warna-warni di pantai itu… walaupun pas pulang kita bergelap-gelap nyasar di hutan sampe 3x muter-muter (padahal dah ditemenin ama polisi hutan) tapi tetepp bersemangat…

 -- Karang Copong, photo by Sugi --


 -- Roommate --
 
Hari-3… aduh maleessss banget menyambut kedatangan hari ketiga… soalnya hari itu kita pulang ke Jakarta… pagi-2 sebelum sarapan masih sempet lari2an main pasir di pantai.. foto-2 ala Cleopatra lagi lulur pake pasir barengan Titi, Irma, Iyus, Usep.. sementara ditepian pantai Sisca sibuk bikin benteng pasir sendirian (biar udah dicelain autis ama anak-2 dia tetep cuek aja).. pas berlayar balik, di tengah laut gw cuma bisa berpikir… gimana kalo Tuhan ga kasih gw mata sehingga gw ga bisa liat tempat seindah ini oh betapa sedihnya..terima kasih Tuhan.. trus gw mikir lagi kasihan sekali Indonesia yg indah ini selalu tersia-sia, pasir laut dijual, pulau ditutup buat sampah impor.. duh merananya…

 -- at the Island pier --
 -- white sandy beach, photo by Sugi --

Di perjalanan pulang di bis kita rame-2 nyanyi lagu 17 agustus… di dalam hati gw juga masih tetep nyanyi.. Tanah airku Indonesia, Negeri Elok amat kucinta, Tanah tumpah darahku yang mulia, Yang kupuja sepanjang masa….
Eh tau-2 pas sampe rumah, anak-2 AFI juga pada nyanyi lagu Tanah airku tidak kulupakan… kan kukenang sepanjang hidupku…
Aduh emang liburan tuh enak banget… apalagi temennya asik-asik… trus pulangnya beli otak-otak yg gurih banget…. Selamat Ulang Tahun Indonesiaku.. Merdeka !

[Journey] Exploring Karimun Jawa Island - April 2005


Sudah cukup lama aku mendengar keindahan gugusan pulau di karimun jawa, jadi ketika Ratna dan Ajenk memberitahu tentang ekspedisi yang diadakan oleh Explore Indonesia bersama Majalah Tamasya, langsung tanpa ba-bi-bu kuputuskan berangkat. Untunglah sebelumnya aku memang sudah packing untuk persiapan liburan ke Ujung Kulon bersama Nature Trekker yang kemudian dibatalkan akibat isu-isu seputar kondisi anak Krakatau yang sedang menggelora.


Kamis malam, bertepatan dengan hari Kartini, kami berkumpul di meeting point Jl. Jaksa, surprise juga bertemu beberapa rekan yang sebelumnya kami kenal di Nature Trekker seperti Diana, Iyus, Nuri dan Nurhayati. Jadi jangan heran kalau berikutnya tim kami jadi tamu paling berisik di perjalanan ini. 
Kurang lebih jam 11.30 kami bertolak menuju Semarang menggunakan 2 bis carteran. Perjalanan terasa panjang dan melelahkan karena umumnya peserta yang berjumlah 60 orang bekerja di pagi harinya. Jalan yang rusak di sepanjang pantura membuat waktu perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam 8 jam molor menjadi 12 jam. Kelelahan perjalanan darat membuat sebagian peserta mabuk laut saat menyebrangi lautan, padahal kapal eksekutif Kartini yang kami tumpangi dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang sangat kokoh dan cukup stabil menghadapi ombak tinggi yang menghantam. Untunglah aku sempat minum antimo yang membuatku terlelap sepanjang penyeberangan selama 4 jam itu.
Tiba di pulau Karimun Jawa saat surya terbenam, kami langsung dijemput dengan mobil pick up dan diantar menuju homestay. Ada 3 homestay yang disewa EI untuk menampung kami semua, yang terbesar adalah Ham Fah milik Pak Arief. Dalam lelah dan lengket tubuh kami, pisang goreng, kacang rebus dan wedang jahe hangat yang disediakan timnya Pak Arief menjadi pelipur lara yang terindah. Setelah mandi, kami langsung disuguhi makan malam ikan bakar, cumi goreng dan juga sup ikan yang melimpah. Berlanjut dengan sedikit briefing yang disampaikan Mas Arya, ketua EI dan pembagian kamar oleh Tamasya, aku dan beberapa rekan merangsek jalan ke dermaga lama, menikmati indahnya bulan purnama sambil mengintip para nelayan yang berangkat melaut.

 -- sunrise at Watu Putih --


Dini hari jam 4, suara lantang Maruf dari EI sudah membangunkan kami mengajak bergegas trekking menuju Pantai Watu Putih untuk melihat sunrise. Masih setengah mengantuk aku, Ajenk dan Ratna berganti kostum, pagi ini tema kami adalah batik. Trekking ke Watu Putih hanya memakan waktu 30 menit, jalan yang menanjak membuat kami terpaksa membuka mata. Senang juga rasanya pagi hari berjalan memandang kehijauan pohon nan tinggi di perbukitan hutan lindung, sambil mencium aroma segar kayu bakar, ditemani meriahnya kukuruyuk ayam (entah milik warga desa atau ayam hutan, sama sih bunyinya ;p). Sesuai namanya, watu putih, pantai ini dipenuhi oleh bebatuan besar, namun berpasir putih lembut, airnya tenang berwarna biru muda kehijauan, dikelilingi oleh pohon mangrove dan nyiur melambai nan seksi. Saat sang mentari mulai terbit para rekan fotografer pun mulai sibuk beraksi. Setelah puas jeprat-jepret kami pun kembali ke homestay, mandi, sarapan dan bersiap dengan rencana perjalanan hari ini.


Jam 10, kami sudah berkumpul di dermaga lama, lengkap dengan ransel dan life jacket masing-masing. Tujuan pertama hari ini adalah pulau Menjangan Besar yang dapat ditempuh dalam 15 menit perjalanan dengan kapal tradisional (yang hanya mampu bermuatan maksimal 20 orang termasuk awaknya). Di pulau ini terdapat resort terapung, penangkaran ikan hiu dan penyu yang dikelola oleh keluarga keturunan suku Bajo. Beberapa rekan nekat menceburkan diri untuk merasakan sensasi berenang bersama 7 ekor hiu. Hiii, biar pun jinak please deh sama hiu gitu lhow…

 -- Menjangan Besar Island --

 -- the baby sharks --

Tak lama kami pun kembali ke kapal, melanjutkan perjalanan ke pulau Menjangan Kecil tempat kami akan bermalam. Hanya 15 menit dari pulau Menjangan Besar, kami sudah bisa melihat pulau kosong yang hanya dihuni oleh deretan pohon kelapa. Saat menunggu kapal merapat, aku melihat ke bawah kapal, ohlala jernihnya. Tim EI rupanya sudah selesai membangun 3 buah tenda besar yang akan kami gunakan untuk tidur malam ini, lengkap dengan toilet darurat persis seperti di film blue lagoon. Mampir sebentar untuk menaruh ransel dan bawaan lain di tenda, kami pun berangkat lagi menuju pantai sebelah barat pulau ini dimana terdapat titik penyelaman yang indah, Mylim Reef. Aku terus menerus melihat kebawah kapal dan berteriak-teriak kegirangan melihat terumbu karang yang indah. Teman-teman tampak tak sabar untuk langsung terjun ke air, mereka sudah siap dengan life jacket dan alat snorkel, saat jangkar dilepaskan, byurrr. Awalnya aku masih mencoba membujuk Ajenk dan Ratna agar mereka mau ikun terjun, sampai akhirnya aku yang tak pandai berenang ini tak kuat menahan godaan indahnya pemandangan bawah laut akhirnya menerjunkan diri juga. Pertama kali aku masih gelagapan belum terbiasa bernafas lewat mulut, akhirnya kali kedua aku justru ketagihan dan tak mau naik. Subhanallah tak terhenti, melihat karang berwarna merah, ungu, biru yang membentang, belum lagi sekelompok ikan kecil berwarna-warni yang berenang ke arahku seperti mengucapkan selamat datang dengan ramah. Ratnapun akhirnya tergoda dan sempat mencoba terjun 2x, walaupun cepat-cepat naik lagi karena panik melihat kedalaman laut.

 -- Menjangan Kecil Island --
-- Snorkeling :) --


Ketika Yana (EI) sudah berteriak-teriak mengingatkan kami akan tibanya waktu makan, barulah kami naik ke kapal untuk kembali ke daratan pulau. Tiba di tenda ternyata makanan belum datang, sehingga kami memutuskan untuk trekking keliling pulau menyusuri pantai. Baju yg kami kenakan, yang sempat basah dipakai berenang akhirnya kering di badan, iyalah mataharinya jam 12 terik banget getu. Pulau Menjangan Kecil ini memang pulau kelapa, keliling pulau isinya pohon kelapaaaa doank plus semak belukar. Trekking 1 jam, kami sudah tiba lagi di tenda. Ransum sudah mulai dibagikan, hmm sambil berteduh dibawah pohon kelapa kami menikmati segarnya buah semangka plus nasi dkk. Sumpah ternyata semangka itu enak sekali, maka jadilah kami merayu mas Kelik, fotografernya Tamasya buat mengambil lebih banyak lagi, kres kres kres, segeerrr…

Setelah kenyang makan, kami bersiap lagi menuju pulau Geleang, konon pemandangan laut disana lebih indah, walaupun matahari masih diatas kepala, tetep deh temen-temen semangat bersnorkeling ria. Ratna memilih tinggal di pulau untuk mencari rumah kerang bersama rekan-rekan dari Tamasya. Arus di perairan Geleang lebih kuat daripada di Menjangan Kecil, sehingga kapal pun harus dipindahkan dari areal snorkeling, kali ini aku harus puas saja diatas kapal bersama Ajenk, Yana, Mbak Atiek dan beberapa rekan lain, melihat ikan-ikan oranye berenang-renang jauh disana. ( Uups itu temen-temenku yah, kirain ikan hihihi… ;-p)

Sekitar jam 4, barulah kami kembali ke Menjangan Kecil. Masih dalam rangka tergila-gila dengan laut, aku merayu Ajenk & Ratna untuk canoing bersama, kebetulan ada perahu yang nganggur. Huuplah, blub blub.. ternyata perahunya penuh air, jadi kami harus menguras dulu. Saat kami mulai mendayung ke arah barat, ternyata ada sepasang calon pengantin sedang session foto pre-wedding, seperti biasa bukan kami kalo nggak usil, mulai dengan siul-siul nakal, akhirnya kami berteriak-teriak “cium-cium-cium” menggoda pasangan tersebut. Sunset turun saat kami berada di tengah laut, untung Ajenk bawa kamera sehingga sempat memotret indahnya sang surya tenggelam.


 -- sunset over the Geleang Island --

Sampai kembali ke tenda, Yana dan Mas Arya dari EI sudah menyiapkan bubur kacang hijau yang masih hangat, mmm enak, lagi dwonk… Malam ini EI mengadakan game ‘Cast Away’, kami diminta memasak beras di dalam kelapa, dibakar dgn api unggun hingga menjadi nasi uduk. Teman-teman semangat sekali menjaga agar api unggun tidak mati, aku memilih bersantai di pasir bersama Uwi dan Iyus, menatap bulan purnama yang sinarnya sangat terang, terpantul di air laut. Ternyata memasak dengan api unggun tidak semudah yang dibayangkan, hasilnya kelapanya gosong dan isinya masih mentah. Untung saja pihak panitia tetap menyediakan makan malam, ikan bakar, ayam goreng, sup, sosis, omelet, indomi, banyak banget.. sampai begah rasanya… Makan malam yg terlalu banyak membuat sebagian besar peserta kegerahan dan memilih tidur diluar tenda, menggelar sleeping bag, tidur menatap langit, bintang dan bulan. Sayang tiba-tiba hujan turun, kami bergegas tidur berhimpitan di dalam tenda. Kulirik jam di tanganku, tepat di angka 3 jarum pendeknya. Zzz… tidur lagi aahh…

Jam 6 pagi, beberapa rekan sudah mulai kegiatannya, ada yg berenang, canoing, dan snorkeling, ada juga yang sudah berkemas, pagi ini kami akan kembali ke Karimun Jawa, untuk selanjutnya kembali ke Jakarta. Berat rasanya hati meninggalkan Menjangan. 

Tiba kembali di Karimun sekitar jam 9, kami langsung berebut kamar mandi, gile lengket sekali rasanya (maklum kami tidak mandi sewajarnya kemarin sore dan pagi tadi). Setelah semua peserta wangi dan rapih seperti sediakala, tim EI mengajak kami bertandang ke kantor dinas kehutanan setempat, mendengarkan informasi dari para petugas tentang perlindungan flora dan fauna di taman laut nasional maupun di hutan lindung karimun jawa yang sangat terkenal dengan tanaman khas pohon dewandaru. Hmm ternyata kesadaran masyarakat pulau tersebut tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem alam sangat tinggi, hebat! salut deh buat penduduk Karimun Jawa. 



 -- love the blue of Karimun Jawa Island --

Selesai makan siang, ransel-ransel besar yang sudah tertata rapih di depan homestay mulai diangkut dengan mobil bak terbuka. Peserta bersiap jalan menuju pelabuhan Karimun Jawa yang hanya berjarak 5 menit dari homestay. Kapal Kartini sudah menanti untuk membawa kami ke Semarang. Tepat jam 2 siang kami bergerak meninggalkan pulau Karimun, haru rasanya memandang daratan karimun yang perlahan-lahan tak tampak lagi di sudut mata, satu kenangan indah terlekat disana dan satu janji tersimpan di hati, aku kan datang lagii…..